13 : kesalahan fatal

1.2K 200 8
                                    

Seungmin melangkahkan kakinya dengan lesu menuju ruang kelasnya. Sembari menggenggam kotak makan berwarna biru muda yang telah kosong. Isinya berpindah sebagian ke dalam perutnya, sementara yang lain berakhir ke tempat sampah.

Sebenarnya Seungmin tak bermaksud begitu. Bukan dia yang akan dengan percuma membuang makanan. Seungmin jelas masih kelaparan. Hanya saja rasa laparnya terkalahkan oleh mood-nya yang mendadak buruk.

Apalagi jika bukan karena Minho yang lebih memilih untuk meninggalkannya bersama Jisung, entah ke mana. Pemuda itu bukan tipe orang yang mudah cemburu tanpa alasan. Namun, entah kenapa hatinya terasa panas. Matanya juga ikut berair jika mengingat-ingat kejadian beberapa saat yang lalu.

Seungmin menjatuhkan bokongnya ke atas kursi dengan sedikit lebih keras daripada biasanya. Menghasilkan pekikan terkejut dari Daehwi yang duduk di belakangnya, tengah mengerjakan tugas.

"Kenapa lagi, Min?"

Seungmin menggeleng. Sontak saja membuat lawan bicaranya menautkan kedua alisnya, bingung. Ia mengalihkan pandangannya ke sekeliling, seolah bisa membaca apa yang terjadi, Daehwi sontak mengangguk paham.

"Pasti gara-gara Kak Minho lagi," celetuknya begitu. "btw, Jisung mana?"

Seungmin mengendikkan bahu, acuh. "Nggak tau, tuh!"

"Dih, galak!"

*

Bel istirahat sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Namun hingga saat ini, teman sebangkunya belum juga kembali. Entah sedang ada di mana. Mungkin masih sibuk dengan Minho, atau dengan yang lain.

Seungmin terdiam dan buru-buru membuang jauh-jauh pemikiran jahat mengenai Jisung. Dia menghela napas, mungkin saja keduanya sedang punya urusan yang sama. Pemuda itu sadar bahwa dirinya tengah cemburu tanpa alasan yang jelas.

Seungmin mengulas senyum tipis, "Lo bukan siapa-siapa dia, Min. Atau mungkin, belom."

Terlalu asyik merenung sampai-sampai dirinya tak sadar jika guru yang baru saja masuk tengah memanggilnya. Sampai-sampai Felix harus turun tangan agar Seungmin segera sadar dari lamunan tidak berartinya.

"Min, dipanggil sama guru tuh!"

Seungmin gelagapan, "Eh-eh ada apa, bu?"

Guru itu menghela napas, "Kamu ngelamunin apa, Seungmin? Sampai-sampai nggak sadar saya panggilin daritadi. Sekarang, tolong carikan Jisung. Dia teman sebangkumu, kan?"

Seungmin mengangguk dan buru-buru bangkit dari tempatnya. Menunduk sejenak dan melangkah ke luar kelas. Dalam diam ia berpikir, kira-kira dimanakah Jisung saat ini.

Entah dari mana tercetus pemikiran bahwa saat ini Jisung ada di ruang musik. Seungmin harus mencoba menemukannya, sekarang atau tidak sama sekali.

*

Seungmin tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Tepat di depan matanya, Minho dan Jisung ....

Berciuman?!

Dia tak bisa lagi menahan diri untuk tidak berteriak menyerukan nama keduanya, "KAK MINHO! JISUNG!"

Keduanya sontak menoleh padanya. Dan langsung melotot saat tahu Seungmin memergoki keduanya. Minho buru-buru bangkit dari duduknya, hendak melangkah menghampiri Seungmin. Namun, sebelum itu ia sempat melirik Jisung dengan tatapan yang tak dapat diartikan.

Ia berjalan mendekati Seungmin, "Seungmin, ini nggak seperti yang kamu kira. Kitaㅡ"

"Apa kak? Apa lagi yang mau Kakak jelasin ke aku?" katanya terdengar kecewa sembari mundur selangkah. Ia sekuat tenaga berusaha menahan air mata yang hampir lolos dari pelupuknya, "Gimana bisaㅡ kalian yang notabenenya orang terdekatku, bisa-bisanya nusuk aku dari belakang?!"

"TERUTAMA KAMU, JISUNG!"

Jisung tersentak dan menatap Seungmin takut, "A-aku bukannya mau khianatin kamu, Seungmin. Bukan aku yang mulai semuanya, itu terjadi gitu aja."

"Apa? Terjadi gitu aja?" Seungmin tertawa sarkas, "Nggak bakal ada asap kalo nggak ada api, Jisung. Terus terang aku kecewa sama kamu. Dan Kak Minho?"

Minho menatap pemuda itu lamat-lamat.

"Aku tau kita bukan siapa-siapa, Kak. Tapi, seenggaknya aku udah berusaha buat jaga komitmen yang udah kita bangun selama ini. Aku nggak nyangka Kakak tega khianatin apa yang udah kita bangun."

"Setelah ini, jangan harap bisa ketemu ataupun ngobrol sama aku lagi." Dan setelahnya, Seungmin pun melangkah pergi dengan rasa kecewa yang tertoreh  dalam hatinya.

"Seungminㅡ!" Jisung menggapai angin kosong dan hendak berlari menyusul sang sahabat, jika saja Minho tak menahannya.

"Sung, biar aku yang kejar Seungmin. Kamu tenang aja, ya. Jangan terlalu dimasukin hati omongannya Seungmin. Dia gitu karena emosi. Tolong ngerti, ya."

Mau tak mau Jisung mengangguk. Membiarkan Minho pergi berlari menyusul Seungmin yang entah ada di mana saat ini. Meninggalkannya dalam kekosongan yang kentara jelas.

Jisung berjongkok, menyembunyikan isak tangisnya dalam lipatan kedua lengannya. Merutuki kesalahan fatal yang telah ia lakukan hingga berhasil merusak persahabatannya dengan Seungmin. Hatinya mencelos, terus menerus menyalahkan dirinya. Bahwa tak seharusnya ia jatuh pada orang yang sudah jelas telah menjadi milik orang lain.

"Harusnya kamu sadar kamu siapa."

*

Jisung tak bisa menemukan Seungmin dimanapun. Ia lelah melangkah mengitari sekolahnya yang begitu luas. Kedua tungkai kurusnya terasa kebas, bahkan punggungnya sampai terasa sakit. Dia sampai melewatkan mata pelajaran kesukaannya demi mencari Seungmin untuk menjelaskan sekalipun minta maaf kepadanya.

Kesannya sangat pengecut jika ia melewatkan kesempatan emas untuk berbaikan dengan sahabatnya itu. Sekalipun kecil kemungkinan Seungmin akan memaafkannya. Jisung takkan menyerah begitu saja. Dia bisa menomor-sekian-kan segala urusan. Tapi, tidak dengan persahabatannya.

Matanya menangkap keberadaan Seungmin yang berdiri tak jauh dari tempatnya berada. Namun, tak sendiri. Ada Minho bersamanya, sedang memeluknya. Menenangkan Seungmin yang tengah terisak sedih. Beruntunglah lorong sekolah sedang sepi, jadi takkan ada seorang pun yang memergoki keduanya.

Jisung mengulas senyum tipis, merasa lega karena bisa menemukan Seungmin. Sekalipun apa yang dilihatnya terasa begitu menyesakkan, Jisung sudah harusnya ikut bahagia.

Jisung mundur perlahan, sebisa mungkin tak menimbulkan banyak suara. Membiarkan kedua insan yang saling mencintai itu menghabiskan waktunya berdua. Kini yang ada dalam pikirannya hanyalah menemukan tempat sementara untuk menghilangkan penatnya. Jisung merasa aneh, ia ingat betul baru saja memakan habis semua makanannya.

Entah kenapa tubuhnya terasa lemas. Jisung sempat berpikir, mungkin efek setelah menangis. Jadi, ia putuskan untuk melangkahkan kakinya menuju UKS yang untungnya tak begitu jauh dari sana.

Jisung bergumam, "Lurus dan belok kanan."

Tangannya merogoh saku celana, mengeluarkan ponsel pintarnya. Mengetikkan pesan pada ruang obrolannya dengan Felix.

Aku di UKS.
Tiba-tiba ngerasa nggak enak badan.
Nanti, tolong bawain tasku ya.

Felix
Oke!
Get well soon, Jisung.

Setelah mendapat balasan. Ia segera mengembalikan ponsel itu ke dalam saku celana. Lalu melangkah gontai memasuki ruang kesehatan. Syukurlah saat siang ruangan itu cukup lenggang. Jadi, Jisung tak perlu berbohong dan menambah daftar dosanya untuk mencari-cari alasan agar diberi izin untuk mengistirahatkan tubuhnya barang sejenak di sini.

Jisung membaringkan tubuhnya pada ranjang yang letaknya paling pojok. Dekat dengan jendela yang mengarah langsung pada taman belakang sekolah yang kelewat cantik. Semilir angin yang menerpa wajahnya membuatnya perlahan terlelap dilahap kantuk.

Entah Jisung sadar atau tidak bahwa sedari tadi ada orang yang memerhatikannya dalam diam.

---
ererere aku suka keributan :v

 Song For Jisung ㅡ minsung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang