11 : masakan mama

1K 199 9
                                    

"Mama 'kan tau sendiri, Jisung nggak mau kalo nggak makan masakannya mama!" balas Jisung saat ibunya lagi-lagi mengingatkannya perihal makan tepat waktu. Kini keduanya telah berkutat di dapur. Sebenarnya hanya sang ibu yang dibuat sibuk, sementara Jisung hanya mengacau.

Wanita itu tidak peduli lagi dengan tampilan kantorannya yang dibawa ke dalam dapur demi memasakkan makanan kesukaan sang anak. Meskipun gurat lelah terlihat jelas di wajahnya, ia lebih mementingkan untuk memberikan asupan gizi yang cukup untuk anak semata wayangnya.

"Sung, 'kan ada Tante Suzy yang bisa masakin kamu makan malam. Pasti dibolehin kok. Kan Mama sendiri yang nitipin kamu ke dia," ujar sang ibu sembari menumis kangkung yang telah diberi bumbu.

Jisung menggaruk tengkuknya, "Tapi Jisung ngerasa nggak enak sama keluarganya Tante Suzy, Ma. Tau Hyunjin? Dia kayaknya nggak suka gitu waktu Jisung ikutan makan malam di rumah mereka."

Ibunya terdiam, "Gitu, ya. Kayaknya kamu harus Mama pesanin katering buat makan malam, deh. Gimana?"

Jisung tampak berpikir, sedikit enggan sejujurnya. Lantaran terakhir kali sang ibu memesankan katering untuk makan malam, rasa makanannya hancur. Jisung sendiri ragu apa benar makanan itu telah dimasak sebelumnya. Akhirnya makanan tanpa rasa itu berakhir dalam tong sampah tiap malamnya.

Jisung menggeleng, akhirnya. "Nggak usah deh, Ma. Jisung mau cari alternatif lain aja. Ikut kelas masak mungkin, biar jago masak."

"Bisa-bisa habis kebakar dapurnya kalo kamu yang masak, Sung." Mamanya berkata seolah tahu jika Jisung memiliki tangan penghancur, terlebih jika ada di dapur. "Mama akan cari alternatifnya. Di kompleks sebelah ada katering nasi 24 jam, menunya macam-macam. Ganti tiap harinya, dijamin kamu nggak bakalan bosan."

Dimatikannya kompor dan menyajikan semua masakannya dihadapan Jisung. "Gimanapun caranya, makan malam itu penting, Sung. Kamu kurus banget loh? Gimana mau bentuk otot kalo disuruh makan aja susah. Inget ya, tujuan makan biar berenergi. Asal nggak berlebihan, pasti nggak gendut!"

"Kekurangan gizi juga nggak baik," Mamanya mengusap rambut Jisung penuh kehangatan, "dimakan ya? Mama mau mandi dulu."

Jisung terdiam sembari menatap hidangan di depannya lapar. Sesungguhnya, Jisung punya alasan tersendiri kenapa selalu menolak untuk makan malam dan selalu makan dalam porsi sedikit. Jisung punya alasan, sekali lagi. Mungkin akan ia beritahu kapan-kapan.

***

"Minho, sini le!" panggil sang ibu dari dapur rumah mereka. Minho yang tadinya tengah sibuk merapikan buku-buku pelajaran dan hendak memainkan piano terpaksa beranjak dari tempatnya. Berjalan menghampiri sang ibu yang sepertinya butuh bantuan.

"Kenapa, Bu?" Begitu menginjakkan kakinya di dapur, Minho mendapati sosok ibunya tengah sibuk mengemas beberapa macam menu masakanㅡ sepertinya pesanan pelanggan, ke dalam kotak-kotak besar.

Matanya menatap jam dinding di dekatnya. Lalu kembali pada sang ibu yang telah selesai dengan urusannya, "Siapa yang pesan katering malem-malem, Bu?"

Ibunya mendongak, "Oh, orang kompleks sebelah. Katanya buat anaknya yang bandel banget kalo disuruh makan malem. Apalagi mamanya single parent yang sibuk kerja, jadinya nggak bisa tiap hari mantau anaknya udah makan apa belum."

"Minho, tolong anterin makanannya ya? Ibunya tadi pesen, anaknya itu pasti udah tidur di atas jam delapan. Tolong dianterin sebelum jam delapan, ya? Ibu tinggal ke atas dulu."

Minho menatap jam dinding, pukul tujuh malam. Disambarnya jaket dan kunci mobil, lalu dengan tangan kiri kanan menenteng kotak-kotak berisi nasi dan lauknya. Setelah memastikan semua barang bawaannya aman, dilajukanlah mobil itu menuju alamat yang sebelumnya telah diberikan ibunya.

***

Jisung tengah menggerakkan sepasang kakinya yang berbalut kaos kaki putih itu dengan random. Beberapa menit yang lalu dia baru saja kembali dari bandara, lagi-lagi mengantar sang ibu yang hendak melanjutkan perjalanan bisnisnya. Waktu seminggu mungkin terlalu singkat, namun bagi Jisung itu lebih dari cukup. Karena biasanya bisa saja dalam waktu satu bulan ibunya itu sama sekali tidak pulang lantaran terlalu sibuk.

Jisung memaklumi hal itu. Tak lama lagi dia akan masuk ke bangku perkuliahan. Banyak yang harus dibayar. Apalagi hanya ibunya yang menjadi tulang punggung keluarga. Penyokong kehidupan. Jadi, Jisung merasa tak masalah dengan hal itu.

Meski terkadang sempat ada rindu menyelip dalam relung hatinya, Jisung tak terlalu mempermasalahkannya. Zaman sudah canggih, manusia tentu mengenal teknologi bernama video call. Bisa jadi dalam seminggu ia akan menghubungi sang ibu dan mengeluh rindu selama dua hari berturut-turut.

Lama melamun akhirnya ia putuskan untuk bangkit dari sofa ruang tamu yang hening. Hanya terdengar bunyi jarum jam yang menunjukkan pukul 7.15 malam. Jisung hendak melangkahkan kakinya menuju dapur, jika saja tak terdengar suara mesin mobil yang sepertinya berhenti di depan rumahnya.

Awalnya ia tak peduli, namun karena suara bel yang tiba-tiba berbunyi, ia putuskan untuk berbalik menuju pintu depan. Sekedar mencari tahu siapa yang malam-malam bertamu.

Cklek...

Pintu terbuka perlahan dan saat itu juga Jisung langsung tahu siapa orang yang berdiri membelakanginya dengan tangan kanan dan kiri yang dipenuhi kotak-kotak sedang berisi makanan. Dari jaket dan potongan rambutnya saja sudah jelas terlihat jika orang yang ada di depannya ini adalah seorang kakak kelas yang akhir-akhir ini selalu datang ke kelasnya. Mencari Seungmin.

Tentu saja. Siapa lagi jika bukan Minho.

Jisung mencoba mengingat pesan yang Mamanya katakan sebelum lepas landas beberapa saat yang lalu. Mereka sepakat untuk memesan makanan untuk makan malam di katering yang sang ibu rekomendasikan. Namun tak ada ciri spesifik kapan makanan itu akan diantar. Jisung kira akan datang mulai besok.

Dia juga tidak pernah tahu kalau kakak kelasnya kini bekerja sambilan menjadi kurir pengantar makanan. Bukannya sibuk belajar, mengingat tahun ini merupakan tahun terakhir Minho di SMA.

Ia memutuskan untuk mendekatinya, menepuk pundak sang kakak kelas. "Kak Minho."

Yang dipanggil sontak menoleh dengan cepat membuat lawan bicaranya terkesiap. Hal yang sama terjadi pada dirinya. Minho jelas terkejut, namun ia memilih untuk tidak terlalu memperlihatkannya.

Pemuda itu berdeham, "Gue nggak tau kalo anak yang susah makan itu ternyata lo."

Jisung menggaruk tengkuknya, "Hehe, aku juga nggak pernah tau kalo ternyata kakak kerja sambilan di tempat katering. Bukannya sibuk belajar buat persiapan ujian."

"Enak aja! Gue nggak-"

Jisung menggerakkan tangannya ribut, "Udah-udah nggak usah ngeles gitu. Ayo masuk ke dalem dulu, Kak."

Minho tak membalas. Memilih untuk mengalah dan melangkahkan tungkai kakinya memasuki rumah Jisung.

"Kak Minho temenin aku makan, ya."

Minho tak menjawab. Namun, bukan berarti ia menolak. Ia mengangguk kecil menyanggupi permintaan Jisung. Sementara Jisung menyunggingkan senyum senang.

---
Haloooooooooo
Aku lagi bahagia karena STAY ultah yang pertama hari ini. Makasih banyak buat kalian semua yang udah dukung Stray Kids dari zaman survival sampe sekarang. Buat kalian yang baru mengenal juga aku mau bilang makasih banyaaak!

Ily'all💛💛

 Song For Jisung ㅡ minsung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang