I

183 148 11
                                    


Langit membiru menampakkan cuacanya yang cerah. Matahari bersinar memantulkan cahaya pada semesta.

Suasana ramai sepatu melangkah dan
kicauan masing - masing murid menguar kala bel sekolah belum berdering.

Semua koridor penuh dengan murid yang ingin menghabiskan waktu pagi bersama sebelum akhirnya mereka harus kembali duduk di bangku dan memulai pelajaran.
Memang terasa membosankan jika
berkata soal pelajaran. Duduk di depan
meja, buku tebal yang terbuka, guru yang menjelaskan dengan sepahamnya, dan
soal-soal yang bahkan dapat memecah kepala. Membayangkannya saja, sudah
menjadi ketakutan tersendiri, mungkin untuk sebagian murid.

Tapi sepertinya tidak bagi Sia.
Perempuan dengan paras anggun yang
saat ini sedang melangkahkan kaki untuk yang pertama kalinya di sekolah ini, bahkan berpikir jika apa yang dilakukan oleh remaja kebanyakan adalah suatu hal yang membosankan. Bagaimana tidak? Baginya hal-hal seperti berlibur bersama, pergi karaoke, mengadakan party, atau bahkan hanya sekadar berjalan jalan ke mall bersama, adalah tindakan yang membuang waktu dan menghabiskan banyak uang.
Ia tidak suka melakukannya.

Seperti sekarang, ketika ia berjalan
dengan santainya di koridor kelas 2 dan
melihat semua hal membosankan disana. Remaja perempuan yang sedang berkumpul untuk membicarakan seseorang meskipun itu temannya sendiri, dan remaja lelaki yang berkongsi sesuatu, itu sangat memuakkan untuk dilihat.

Ngomong-ngomong soal Sia. Dia hanyalah gadis remaja seperti
kebanyakan, yang bersekolah dengan
seragam, rambutnya panjang lurus yang menguntai, dan ia juga melakukan kegiatan harian yang menyenangkan.
Tapi hal yang membuatnya selalu terkesan anti sosial adalah, ketika ia selalu diam tak bergeming walaupun dihatinya sendiri ia sama sekali tak suka.

Sebenarnya Sia akan terbuka jika ada
seseorang yang ingin mendekatinya atau bahkan hanya sekedar ingin berteman. Hanya saja, ia tahu sampai mana ia harus terbuka dengan seseorang. Sia bukanlah tipikal gadis yang suka merengek, atau memandang kesenangan adalah segalanya dalam dunia. Sebab baginya, menjadi diam dan mengamati setiap laku seseorang adalah emas. Ketika banyak yang menilai seseorang sesuka kita tanpa tau kebenarannya dan itu adalah hal yang bodoh. Karena kita tidak bisa menilai dan menyimpulkan bagaimana seseorang hanya dari penampilannya saja. Banyak orang yang terlihat baik dari penampilannya namun tidak dengan karakternya.

...

Kakinya melangkah berbelok pada ruangan berlabel 2B. di kelas itu situasi dan pemandangan yang disuguhkan juga masih sama saja seperti apa yang Sia lihat sebelumnya di koridor. Sangat ramai, dan benar-benar membuang waktu. ingin rasanya Sia menegur satu persatu remaja yang telah menghabiskan waktunya dengan melakukan hal membosankan seperti itu. Membicarakan keburukan orang lain. Padahal dirinya sendiri lebih buruk daripada orang yang dibicarakan.

Sayangnya, Sia tak ingin ambil pusing
dengan itu sekarang. Ia lebih memilih
untuk berdiam di ambang pintu sambil mengamati apakah ada bangku yang kosong di kelas. Setelah berhasil menemukan bangku yang sepertinya kosong dengan segera ia memasuki kelas dan menuju ke sana tanpa menggubris semua tatapan yang ditujukan padanya. Entah apa yang terjadi pada dirinya yang pasti, dia tak akan mempersoalkan hal kecil seperti itu.

Langkahnya masih tetap stabil dan raut
wajahnya juga sama dingin seperti
sebelumnya. Telinganya mendengar
berbagai bisikan yang terlalu jelas untuk didengar. dasar bodoh.

"Itu siapa?"

"Apa kau mengenalnya?"

"Sepertinya dia salah kelas haha"

"Dia terlihat tidak baik"

"Sepertinya itu murid baru yang dibicarakan Pak Kim".

"Wah, dia menawan."

"Dia terlihat dingin, aku jadi takut"

Ya, kira-kira seperti itulah yang terdengar. Oh ayolah, apakah harus mempermasalahkan status murid baru
disini? Padahal Sia juga sama seperti
mereka yang hanya ingin bersekolah dan
menamatkan pendidikan SMA nya.
Ah, sungguh membuang waktu.

Kemudian Sia berhenti tepat di bangku
yang diinginkan dan ia duduk dengan raut dan perasaan hati yang sama. Tak berubah sedikit pun sedari tadi ia melangkahkan kakinya masuk ke gedung sekolah.

...

Kondisi kelas masih saja ramai, tiba-tiba
suasana semakin heboh kala seorang
gadis cantik berambut wavy panjang disertai dengan raut muka datarnya masuk ke dalam kelas dan berjalan menuju ke ujung kelas bagian belakang.
Entah apa yang membuat hal se sepele
itu menjadi heboh. Padahal ia hanya
berjalan masuk ke ruangan kelas dan
menuju ke bangkunya.

Mereka berbisik dan hal itu jelas membuat perempuan itu risih. hal yang paling memuakkan adalah melihat orang-orang berbisik, membicarakan orang lain tanpa sebab ataupun menggebu nggebu membicarakan keburukan orang lain, dan tanpa disadari orang yang sedang dibicarakan mendengar seluruh pembicaraan. rasanya ingin sekali mengikat dan membuangnya ke laut.

Namun biarlah, sepertinya dia tipikal gadis yang tak ingin repot - repot melakukan hal yang tidak berguna. Selama hal itu tidak menyakiti hati dan tubuhnya, ia akan tetap diam.

...

Kakinya melangkah dengan ringan ke
ujung kelas, namun seketika terhenti saat ia melihat anak perempuan yang
sedang tidur di bangkunya dengan rambut terurai yang menutupi wajahnya.

Dia mendekat pada anak itu. Dia berdiri di samping meja dan mengamati anak itu yang sedang tidur. Sepertinya anak itu bukan murid kelas ini.
Dia beranggapan, mungkin anak perempuan itu adalah murid pindahan dari kelas lain, atau mungkin murid akselerasi, bisa juga kakak kelas yang tidak naik kelas atau murid pindahan sekolah lain.

Selang beberapa menit, perempuan itu
membuka mata dan mendongak ke arahnya. Wajahnya cantik, tatapannya dingin, namun netranya indah saat bertatapan dengan netra miliknya.

"Kau duduk disini?" Ujarnya yang masih berdiri.

Perempuan itu hanya diam, dan mengabaikan pertanyaannya.

"Baiklah, kau duduk saja disitu."

Kemudian ia menarik bangku di depan perempuan itu dan mendudukinya.
Dia tahu, anak itu pasti anak baru, dan bukan berasal dari Korea. Terlepas dari wajahnya yang memang tidak familiar, dan lipatan kelopak matanya jelas, yang tidak dimiliki kebanyakan orang asli korea, dan juga kulitnya yang berwarna putih langsat, bukan putih pucat. Itu cukup untuk dugaan. Namun sifatnya yang masih tertutup juga membuatnya berpikiran jika anak itu memang benar anak baru.

Ia menghadap ke belakang dan melihat anak baru itu sudah kembali menaruh kepalanya pada meja. tukang tidur batinnya. Dia terus mengamatinya, berharap untuk menemukan sedikit informasi atau mungkin sekedar namanya saja. Namun nihil, ia hampir lupa jika pin nama akan diberikan setelah lewat 3 hari masa orientasi.

Bel masuk berbunyi, anak baru itu
bangun dari tidurnya dan mendapatinya yang masih mengamati dirinya. Mata anak itu lagi-lagi menatap netra miliknya dan kemudian, pandangannya jatuh pada pin nama di dadanya. Lalu, anak baru itu tersenyum.

"Halo Kang So Young."

  
  

  
Attention!
Tolong setelah baca untuk dukung dan komen ya yeorobun.. gomawoo evribadeh :*

Lavender° [exo ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang