VII

94 82 11
                                    

Koridor kelas 2 memang sangat berbeda dengan koridor kelas 3 yang jauh lebih tenang. Sia tidak tahu mengapa hal itu berbeda, yang pasti itu cukup membuat sia malas ketika melangkahkan kaki di koridor kelasnya.

Ia kembali pada kelasnya, dan menemukan Soyoung yang duduk dengan kepala yang menempel di tangan sehingga wajahnya tidak kelihatan. Sia menghampirinya.

"Soyoung."

Soyoung yang menunduk akhirnya mengangkat kepala dan melihat Sia yang berdiri di samping bangkunya. Perempuan itu masih sama dimata Soyoung, aura lavender masih menyelimuti tubuh Sia.

"Ada apa?"

"Aku ingin berbicara denganmu. Jika kau tidak keburu, ayo bicarakan nanti saat pulang sekolah." Sia langsung mengutarakan apa yang sedari kemarin ingin ia katakan.

Kemudian ia pergi meninggalkan Soyoung dan duduk pada bangkunya. Sia tidak habis pikir, perubahan sifat Soyoung benar-benar berbeda. Kemarin ia terlihat sangat khawatir padanya. Namun sekarang, ia hanya diam dan menjadi cuek seakan ia tak pernah berbicara sepatah katapun bersama Sia. Memang aneh!

"Baiklah." Ujar Soyoung yang kemudian kembali menutup wajahnya pada kedua tangan yang ia letakkan diatas meja.

...

"Baik anak-anak, cukup sekian materi hari ini." Tutup seorang guru perempuan yang kemudian berjalan keluar dengan sepatu heels nya yang berbunyi.

Tak lama, bel sekolah berbunyi pertanda berakhir nya sekolah terdengar. Semua murid-murid berhambur keluar, namun ada juga yang masih tetap berada di kelas hanya untuk sekedar berbincang-bincang dan mengulur waktu. Ya ampun lagi, benar-benar pekerjaan tidak berguna.

Sia tak ingin berlama-lama di kelas. Ia memakai tasnya dan menghampiri Soyoung yang masih berbenah. Sia berdiri tepat di samping bangku Soyoung. Ia menunggu perempuan itu selesai dan ingin segera membawanya pergi untuk berbincang bersama. Astaga, bahkan hanya karena lavender saja Sia harus dibuatnya pusing seperti ini.

"Katakan saja dimana tempatnya, aku akan menyusul." Ucap Soyoung saat ia tahu jika Sia tengah menunggunya.

"Tidak, akan lebih baik jika pergi bersama." Sia tetap menunggu Soyoung yang akhirnya menyusulnya berdiri.

"Ayo, aku tidak bisa lama-lama." Soyoung berjalan mendahului Sia.

Sia yang melihatpun akhirnya menyusul dan berjalan mengiringi Soyoung. "Baiklah. Kita akan ke cafe dekat sekolah."

...

Mereka berdua sekarang berada di meja cafe dekat jendela dengan minuman yang menemani. Sejenak mereka berada di suasan hening yang terjadi. Karena nyatanya, Sia sedikit takut untuk membicarakan masalah lavender yg sudah mengganggu pikirannya.

"Kau ingin bicara apa?" Namun Soyoung pun akhirnya membuka.

Sia mengaduk minumannya. Kemudian tanpa menatap Soyoung, ia berbicara sedikit pelan. "Lavender."

Soyoung tertawa kecil sembari memalingkan pandangannya ke luar jendela. "Sudah kuduga." gumamnya. Kemudian Soyoung kembali menghadap Sia yang masih saja menunduk menatap minuman. "Baiklah, apa yang perlu kau ketahui?"

"Aku sudah membaca buku tentang aura kemarin. Tapi aku tidak menemukannya." Sia tetap menunduk, tak ingin menatap Soyoung.

Namun setelah itu, Sia mengangkat wajahnya, menghadap Soyoung yang memperhatikannya sedari tadi. Tepat dimanik mata hazel Soyoung, Sia menatapnya dengan tatapan seolah benar-benar ingin mengetahui sebuah jawaban mengenai lavender. "Kau bisa jelaskan semuanya padaku."

Soyoung meminum minumannya, kemudia meletakkan gelasnya kembali. "Aku tidak seberapa tahu tentang lavender."

Sia sedikit bingung, wajahnya sedikit berkerut.

"Setahuku, lavender adalah campuran warna dari violet dan putih." Soyoung melanjutkan bicaranya sembari melihat ke luar jendela.

"Hm, setahuku warna lavender memang memiliki arti yang buruk. Bahkan aku sendiri tidak menyangka jika warna yang biasa diartikan dengan artian lembut itu, ternyata memiliki makna aura yang terbalik." Tukas Soyoung yang diakhiri dengan meminum minumanya kembali.

"Kenapa kau selalu mengatakan kalimat dengan awal setahuku? Apa kau mengarang semua jawaban dan membuatku berpikir layaknya orang gila seperti ini?" Sia semakin kesal karena sedari tadi, Soyoung hanya memberikan jawaban yang tidak jelas. Sia dibuatnya semakin bingung. Namun ia berbicara dengan nada yang datar, ia hanya tak ingin terlihat emosi.

"Aku memang tidak tahu jawabannya, Sia. Kau melupakan kata 'prediksi' saat aku memberitahu tentang auramu di kamar mandi kemarin." Jawab Soyoung tanpa adanya intonasi sama sekali. Ia juga tidak ingin emosinya terpancing.

"Lalu kenapa kau memberitahuku, jika kau sendiri tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi padaku, Soyoung?"

Soyoung mengedikkan bahunya sembari menatap ke arah gelas. "Entahlah, aku hanya ingin membantumu."

"Berhenti membuatku bingung Soyoung. Sebenarnya apa yang terjadi?"

Soyoung yang semula menunduk menghadap gelas, akhirnya menatap mata Sia yang berbinar seakan berkata jika ia memang ingin mencari tahu jawaban tentang lavender. Soyoung menatapnya intens dan kali ini ia benar-benar serius dan ingin memberitahukan kenyataan tentang dirinya pada Sia.

"Aku mempunyai 'Six Sense'. Orang-orang yang seharusnya tak kasat oleh mata, nyatanya terlihat olehku. Termasuk auramu. Dan ya, karena hal ini semua anak di sekolah hampir menganggapku aneh karena mereka sering melihatku berbicara sendiri."

Sia terdiam. Sebenarnya ia takut jika Soyoung mengatakan sesuatu yang sedang ia karang lagi. Tapi melihat cara bagaimana Soyoung menatapnya, itu cukup membuat Sia sedikit percaya tentang apa yang sedang Soyoung katakan.

"Terserah kau ingin percaya atau tidak. Yang jelas, aku bisa melihat hal-hal diluar nalar. Tapi aku masih tidak berani memastikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Karena ya, aku bukan seorang peramal. Melainkan hanya seorang pelajar yang kebetulan bisa melihat." Soyoung mengakhiri penjelasannya.




To be continued...
Ayok Vomment, biar cepet up 💃🔥🔥

Lavender° [exo ff]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang