Prolog

6.4K 307 23
                                    

Seorang wanita muda tengah terbaring lemah ditempat tidur sebuah ruangan rawat VIP rumah sakit besar diSeoul. Wajahnya sangat pucat. Kedua matanya terpejam rapat, seolah sedang tidur. Selang infus menghiasi pergelangan tangan kanannya. Bibirnya yang pucat dan kering perlahan mulai terbuka.
"Omma...appa..." ucap lirih wanita itu berulang-ulang kali dalam alam bawah sadarnya. Kemudian air pun mengalir tumpah dari matanya yang masih terpejam. Kesedihan nampak terpancar diwajahnya yang menyedihkan.

Diluar ruangan kamar rawat itu. Dibalik pintu yang tertutup rapat, Kim Bum yang merupakan seorang pria muda berwajah tampan dan bertubuh tinggi namun dengan penampilan yang sedikit berantakan, sedang berdiri diam dengan kedua tangannya yang tersembunyi didalam saku celananya. Pandangan matanya tengah fokus memperhatikan wanita muda itu dari balik kaca pintu dengan tatapan mata prihatin.

Sudah satu jam lalu, tepatnya sejak ia membawa wanita yang tak dikenalnya itu kesini namun sampai detik ini pun, wanita itu belum juga sadarkan diri. Bahkan Kim Bum pun kesulitan untuk bisa menghubungi keluarganya, karena tak ada apapun yang dibawa oleh wanita itu selain baju dress putih tulang yang melekat ditubuh mungilnya saat ia menyelamatkannya dan membawanya kerumah sakit ini. Tidak ada ponsel maupun dompet bahkan juga belum ada laporan pencarian keluarga yang hilang.

Sedang fokus memperhatikan, sebuah telapak tangan tiba-tiba saja mendarat cepat di pundaknya, hingga membuyarkan semua perhatiannya. Kim Bum pun langsung menoleh kearah tangan itu berasal. Dilihatnya, seorang pria yang tak kalah tampan, dan berumur 3 tahun lebih tua darinya itu tengah tersenyum manis dan berdiri sejajar disampingnya sambil kemudian ikut memandang kearah wanita didalam kamar itu.
"Bagaimana kondisinya?" tanya pria bernama Kim Joon Hyuk itu dengan santai, yang tak lain merupakan kakak tiri dari Kim Bum. Mereka terlahir dari ayah yang sama, yaitu Kim Suk Hoon namun ibu yang berbeda.

Kim Bum tak banyak merespon. Ia hanya mengangkat pundaknya, kemudian kembali menatap kearah wanita itu.
"Dokter bilang dia mengalami syok yang cukup berat," katanya mengingat apa yang sudah dijelaskan dokter padanya. Ia pun menghela nafas pendek.
"Apa hidupnya begitu sulit hingga bunuh diri menjadi pilihan. Dia bahkan masih sangat muda," lanjutnya lagi sambil menatap wanita itu dalam-dalam.

"Tua-muda hanya dasar! Hidup ini pilihan! Jika kau ingin tetap hidup maka kau harus memilih jalanmu, namun jika kau tidak ingin, maka mati ada pilihan terbaik," kata Joon Hyuk dengan santai terus memandangi wanita itu, kemudian ia menoleh pada adiknya yang nampak serius mendengarkan.
"Tapi memilih mati tidak akan berlaku untuk orang seperti kita," lanjutnya dengan senyuman miring, dan kemudian memberikan sebuah paper bag besar yang sejak tadi dipengangnya untuk Kim Bum yang langsung menerimanya tanpa banyak bertanya.

"Pakaianmu basah! Cepatlah ganti, setelah itu kita harus segera pergi. Mereka semua sudah menunggu kita untuk makan malam," kata Joon Hyuk sedikit memaksa.

Kim Bum hanya mendesah malas. "AH! aku tidak ikut, kau saja yang pergi," jawabnya yang lagi-lagi selalu menolak setiap kali keluarganya mengadakan acara makan malam bersama.
"Kau tau kan hyung, jika aku datang kesana maka Halmeoni akan semakin mendesakku."

Joon Hyuk merespon penolakan adiknya dengan menatapnya tajam. "Jika kau terus bersikeras seperti ini, maka kau akan semakin membuatku mendapat banyak masalah. Halmeoni bisa marah besar padaku jika kau tidak datang lagi," jelasnya sedikit emosi yang tiap kali harus merasakan pahitnya diperlakukan sebagai cucu yang tak dianggap oleh neneknya sendiri. Joon Hyuk bahkan harus menahan sakitnya setiap kali neneknya terus menghakiminya, memaki bahkan ia harus menahan amarah saat mendengar wanita tua itu terus mengoceh buruk tentang ibunya. Dalam pikiran wanita tua itu tidak ada yang lebih penting selain masa depan terbaik bagi cucu tersayangnya, Kim Bum.

Kim Bum hanya terdiam sambil merasa bersalah. Ia pun menepuk pundak Joon Hyuk dengan hangat.
"Maafkan aku hyung! Aku terus saja membuatmu kesulitan. Baiklah! Aku pastikan akan datang kali ini, tapi...bagaimana dengan dia?" kata Kim Bum kemudian kembali menatap cemas kearah wanita yang masih nampak belum juga menunjukan tanda-tanda akan segera sadarkan diri itu.

Joon Hyuk pun ikut menoleh menatap wanita malang itu.
"Kau tidak perlu terlalu khawatir. Ada dokter dan suster yang akan menjaganya disini. Setelah dia sadar nanti, kita akan bisa menghubungi keluarganya," ucapnya pengertian dan Kim Bum pun dengan langkah berat, segera berjalan pergi menjauh dari ruangan rawat itu meninggalkan hyung-nya yang masih berdiri disana, untuk segera bersiap-siap menghadiri acara makan malam yang baginya sangat membosankan.

Bukan tanpa alasan jika Kim Bum bersikap seperti itu. Siapa pun pasti tak ingin melewatkan makan malam bersama keluarga ditengah kesibukannya dengan pekerjaan yang padat. Namun hal ini tak berlaku bagi seorang Chaebol seperti Kim Bum, yang kini sudah berubah menjadi pembisnis muda yang sukses bahkan ia juga telah mengambil alih 90% posisi ayahnya sebagai CEO tertinggi perusahaan terbesar di Korea milik keluarganya, KSH Group yang kini sudah semakin melebarkan sayapnya menguasai ke berbagai sektor industri besar di Korea hingga Luar Negeri. Menjadi CEO dan mengendalikan perusahaan bukan sepenuhnya keinginannya sendiri. Melainkan karena paksaan dari keluarganya, terlebih neneknya yang sudah menetapkannya sebagai ahli waris utama.

Meski sudah tua, yang bahkan untuk seusianya harus lebih memperhatikan kesehatan. Nenek mereka justru masih sangat keras mengendalikan penuh apapun yang dikehendakinya. Tak ada satupun yang berani membantahnya, termasuk juga putra semata wayangnya, Kim Suk Hoon. Bahkan wanita itu kini sedang gencar memaksa Kim Bum untuk segera menikah dengan wanita pilihannya, yang tentunya wanita itu dari kalangan terhormat dan sederajat dengan keluarganya. Meskipun sudah berulang kali Kim Bum menolak permintaannya mentah-mentah, namun sang nenek tetap tak menyerah bahkan semakin gencar mendesaknya.




*Halooo chingu!
Kembali lagi dalam FF baru ini...oh ya maaf ya kalau nanti misalnya updatenya agak lemot hhee...
Karena aku masih dalam penulisan dua judul yang berbeda.
Tapi berhubung jarinya gatel dan idenya numpuk diotak makanya langsung buat FF ini.
Semoga kalian suka ya dan makasih yang udah sering mampir apalagi setia buat baca FF yang aku buat.

Happy Reading!
Please vote and comment ya 😁😁

The Greatest of Love ✔ COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang