Semua pasang mata keluarga Kim tertuju pada Soeun.
Wanita cantik itu hanya tertunduk diam, tanpa mengatakan apapun tentang keputusan mendadak Kim Bum yang ingin pergi ke Jerman untuk urusan pekerjaan. Soeun nampaknya cukup bingung. Entah apakah ia harus mendukung atau melarang? Jerman terlalu jauh. Sedangkan Kim Bum sepertinya tak berniat membawanya juga, karena rencana suaminya itu bukanlah untuk berlibur, melainkan untuk mengurus permasalahan perusahaannya. Membawa Soeun pergi mungkin hanya akan membebaninya. Terlebih Kim Bum hanya ingin fokus dalam bekerja, dan tidak memiliki waktu untuk bisa bersama dan menemani istri tercintanya. Sia-sia saja!Untuk beberapa saat yang telah ditunggu, Soeun yang sejak tadi hanya berdiam diri—terpaku seperti batu, akhirnya mulai menarik nafas panjang dan mendenguskannya. Keputusan "Ya atau Tidak" sudah terpikirkan olehnya. Ia kemudian menoleh Kim Bum disampingnya. Rawut wajah suaminya itu tampak cemas menatapnya.
Bagaimana tidak cemas?
Sejujurnya Kim Bum sangat mengkhawatirkan perasaan Soeun. Istrinya pasti terlalu terkejut dan merasa bingung akan keputusannya yang begitu tiba-tiba tanpa perencanaan lebih dulu. Tapi mau bagaimana lagi. Jika saja ini bukan urusan pekerjaan yang urgent dan akan banyak menyita perhatiannya, mungkin Kim Bum akan memilih tidak akan pergi, atau bila ia harus pergi, ia akan membawa Soeun bersamanya. Bukan pilihan yang menyulitkan, tapi dalam kondisi ini Kim Bum benar-benar tak bisa membawanya.Setelah berusaha cukup keras melawan hati, Soeun pun menyeringai senyum lebar pada suaminya hingga memperlihatkan deretan gigi putihnya. Senyuman manis yang dipaksakan Soeun, membuat Kim Bum mengerutkan keningnya heran.
"Jika itulah keputusanmu, maka pergilah!" ucapnya yang menampakkan ketulusan semakin membuat Kim Bum tertegun heran sekaligus tak percaya.Kim Bum tak percaya melihat sikap dan tanggapan Soeun yang justru begitu tenang tanpa ada protes padahal ia akan pergi meninggalkannya untuk sementara waktu. Kim Bum pun menaikkan setengah alisnya.
"Soeun, kau—""Ehm-hmm!"
Suara Suk Hoon yang berdeham, membuat Kim Bum menghentikan seketika ucapannya, dan semua pasang mata pun beralih mengarah kepadanya.
"Kalian ini sedang bicara apa?" tanyanya tegas yang mengarah pada Kim Bum dan Soeun. Keduanya terdiam menatapnya tanpa jawaban.
"Kim Bum! Bagaimana bisa kau memutuskan pergi secara sepihak, dan bahkan sampai hati meninggalkan istrimu. Kau tidak kuizinkan pergi!" tegasnya yang membuat Kim Bum seketika heran."Ayah! Bagaimana bisa aku tidak pergi? Aku harus menyelesaikan masalah ini secepatnya. Sebagai pimpinan perusahaan sekaligus penanggung jawab proyek ini, aku tidak bisa melepaskan tanggung jawabku begitu saja kan? Lagipula aku hanya pergi untuk sementara waktu, dan tentang Soeun...aku—" ucap Kim Bum mengutarakan maksud dari keputusannya untuk pergi, namun ketika membahas tentang istrinya ia pun kembali meragu. Kim Bum pun terdiam dan tampak berfikir sejenak, sebelum akhirnya ia kembali melanjutkan ucapannya.
"Aku ingin membawa Soeun juga, hanya saja aku tidak ingin membuatnya merasa sendiri dan kesepian karena aku akan lebih banyak fokus bekerja daripada bersamanya," ucapnya lalu menundukkan kepala.Halmeoni pun menghela nafas.
"Ya ampun Suk Hoon kau ini bagaimana? Anakmu—Kim Bum sudah sukarela memutuskan untuk pergi dan menyelesaikan semua masalah itu disana. Soeun bahkan juga tidak merasa keberatan. Lalu maumu ini apa? Kenapa kau malah menghalanginya pergi hah?" komentarnya jengkel terhadap sikap putra—Suk Hoon yang dinilainya tidak tegas.Suk Hoon tetap bersikap santai meskipun telinganya harus panas setiap kali ia menerima segala ocehan dan protes cerewet ibunya.
"Aku sama sekali tidak menghalangimu pergi untuk pekerjaan disana. Ayah mendukungmu! Kau tau itu! Tapi untuk masalah disana, kali ini ayah memang sengaja tidak mengingkanmu untuk pergi dan turun tangan langsung. Untuk masalah di Jerman, ayah akan mempercayakan hyung-mu yang pergi. Biarkan dia yang menyelesaikannya," ungkapnya dengan bijak dan kemudian meraih sebuah amplop coklat yang memang seusai makan malam tadi ia sempatkan untuk mengambilnya lebih dulu dari dalam ruang kerja, dan ia letakkan diatas meja ruang keluarga tanpa memberitahu semua orang apa isi amplop itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest of Love ✔ COMPLETE
Fanfic"Berbagilah luka itu padaku, dan aku akan membuatmu bahagia," - Kim Bum "Bersamamu aku lupa akan luka dan sedihku. Namun bersamamu aku selalu takut kehilangan!" - Kim So Eun Halooo chingu!! ketemu lagi sama FF aku kali ini yang sedikit berbeda hhee...