Chapter 11 | Is a muslim

24.8K 1.5K 18
                                    

"Kedua orang tuanya meninggal empat tahun yang lalu, tepatnya saat Fatimah berusia 14 tahun. Mereka meninggal karena sebuah kecelakaan parah yang disebabkan oleh sopir truk yang mengantuk. Fatimah merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ayahnya, bernama Nazir Hussein berdarah campuran Palestina-Suriah. Sedangkan Ibunya bernama Aisyah yang berdarah asli Indonesia.

Ayah Fatimah, merupakan seorang yatim piatu, kedua orangtuanya meninggal saat perang mulai berkecamuk di Palestina, namun lepas dari semua itu, ia lahir di Damaskus, di mana kota tersebut merupakan kota tempat Ayahnya berasal. Ia, pernah tinggal di Jericho saat kecil, salah satu kota yang disebut-sebut sebagai kota tertua di dunia. Kota ini berjarak sekitar tujuh kilometer dari Sungai Jordan, dan sekitar dua belas kilometr dari Laut Mati. Tuan Hussein menghabiskan masa kecilnya di Indonesia, selepas kedua orangtuanya meninggal. Ia, dibawa ke Indonesia oleh Tuan Daren yang saat itu bekerja sebagai wartawan di Gaza, kemudian diangkat sebagai anak. Ibu Fatimah sendiri, hanya wanita biasa yang dulu pernah bekerja sebagai guru sekolah dasar."

Kean menganggukkan keplanya sambil kembali menatap lembar demi lembar kertas yang ada di hadapannya. Siang ini, ia meminta Rangga untuk kembali menyelidiki latar belakang Fatimah. Walaupun enggan, mau tidak mau Kean harus menyelidiki hal tersebut, hal yang menyangkut jati diri Fatimah. Padalah, harusnya Kean tidak perlu repot melakukan hal itu, toh pada akhirnya ia akan menceraikan Fatimah juga. Tapi entah dorongan dari mana, Kean justru semakin gencar saja menyelidiki hal-hal yang di dalamnya bersangkutan dengan Fatimah. Ia, mendadak menjadi se-kepo ini.

Kean menutup map yang berisi lembaran kertas demi kertas yang ada di tangannya, kemudian ia menatap Rangga. "Fatimah mempunyai seorang Kakak?" tanya Kean sambil melipatkan kedua tangannya di atas meja. Oke, tingkat kekepoannya semakin bertambah.

Rangga mengangguk. "Iya Tuan, dari informasi yang disampaikan Tuan Daren, memang benar Fatimah mempunyai seorang Kakak laki-laki dari istri pertama ayahnya," jawab Rangga. "Boleh aku duduk?" tanya Rangga canggung. Rupanya sedari tadi ia berdiri.

Kean mengangguk pelan. "Istri pertama?" Kean menyenderkan tubuhnya pada kursi. "Aku tidak mengerti, sungguh. Kau yakin, jika pria tua itu memberikan informasi yang benar tentang Fatimah?" tanya Kean ragu, "Bukankah selama ini ia sangat tidak suka pada Fatimah?" tanya Kean lagi.

Rangga mengangguk yakin. "Aku yakin informasi ini benar, tapi jika masalah tentang yang Tuan tanyakan tadi, aku juga kurang begitu tahu. Sepertinya, masih ada hal yang disembunyikan oleh tuan Daren," jawab Rangga.

"Apakah Fatimah tahu jika ia memiliki seorang Kakak?"

Rangga terdiam sejenak, kemudian menggeleng. "Aku tidak tahu Tuan. Lagipula, sudah sejak lama Kakaknya Fatimah itu tinggal di luar Indonesia. Yang aku tahu, tuan Daren sempat mengatakan hal yang berkaitan dengan perang yang ada di Suriah belakangan ini. Aku juga tidak tahu maksud yang sebenarnya."

Kean terdiam sambil memainkan pulpennya di atas meja, kemudian ia mengangguk dan segera bangkit dari duduknya. "Baiklah, aku harap kau bisa aku percaya untuk menemukan orang itu," ucap Kean sambil berdiri di depan jendela besar yang menampilkan pemandangan siang kota Jakarta yang masih saja terlihat padat seperti biasanya. Pria itu, kemudian memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.

"Kakaknya Fatimah?" tanya Rangga sedikit bingung sekaligus terkejut.

Kean mengangguk pelan. "Benar," jawabnya santai. Ia, kemudian berbalik menatap Rangga yang ternyata sudah berdiri di belakangnya entah sejak kapan. "Ngomong-ngomong Rangga, apakah kau sudah menghubungi Adrian?" tanya Kean.

Rangga mengangguk. "Sudah, Tuan," jawabnya.

Kean kembali mengangguk. "Baiklah, sudah kau beritahu maksud dari tujuanku?" tanya Kean.

Pure Love [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang