Chapter 26 | Muslimah tangguh

21.2K 1.4K 6
                                    

Pukul 04.30 dini hari Fatimah terbangun dari tidurnya. Ralat semalaman memang ia tidak bisa tidur dan terus menerus menangis. Kejadian malam itu, benar-benar memporak porandakkan hati Fatimah.

Fatimah bangkit dari tempat tidurnya, berniat melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk melakukan sholat subuh. Sebelum ia benar-benar bangkit dan berjalan ke kamar mandi, Fatimah terlebih dahulu duduk sejenak di kasurnya, menatap sekeliling kamarnya. Ralat, kamar yang ia tempati di rumah Kean, dengan kata lain kamar yang di tempatinya merupakan kamar milik Kean. Itulah kenyataannya.

Fatimah ingat, dia sadar jika beberapa bulan terakhir ini ia hidup dengan uang Kean, bukan uangnya sendiri seperti sebelum-sebelumnya. Kehadiran Kean akhir-akhir ini secara tidak langsung perlahan membuat Fatimah bergantung pada pria itu. Terutama dalam hal ekonomi. Buktinya, beberapa bulan ini tak ada lagi telpon dari Kakak ataupun Kakeknya yang mendesak Fatimah untuk mengirimkan mereka uang. Fatimah lega karena itu, tapi dari sana ia juga merasa sedih. Hal itu justru membuat Fatimah merasa jika keluarganya hanya akan menghubungi Fatimah, atau menganggap Fatimah ada di antara mereka jika hanya mereka memiliki keinginan, fan Fatimah yang wajib mengabulkan.

Fatimah memegang dadanya pelan. Ah, kenapa rasanya sakit ketika Fatimah berada di situasi seperti sekarang ini, namun tidak ada satupun orang yang bisa Fatimah jadikan tempat mengadu. Hingga akhirnya, kata itu kembali muncul dalam pikiran Fatimah.

Andai saja jika kedua orang tuanya masih ada, mungkin Fatimah tidak akan merasa sendirian menghadapi semuanya. Banyak hal yang Fatimah lewati sendirian; entah itu kesedihan atau kebahagiaan, semuanya hanya Fatimah sendiri yang merasakan. Fatimah tidak yakin jika ia bisa melewati situasi seperti ini, terlebih saat tiba-tiba saja otaknya memutar kejadian semalam.

"Jahat untuk merebut paksa hatimu," ucap Fatimah dengan penuh keneranian.

"Silahkan saja, tapi dari sekarang aku sudah meningatkanmu, jika hasilnya akan tetap sama. Pada akhirnya, kita akan berpisah juga."

Fatimah terdiam sambil menunduk, kemudian matanya perlahan menatap manik mata abu milik Kean. "Islam telah mengatur segala sesuatu dalam al Quran. Tidak hanya aturan dalam beribadah, seperti sholat, zakat, puasa, haji dan lain-lain, Islam juga memberi aturan pada manusia dalam kehidupannya bersosialisasi. Bahkan, al Quran juga mengatur adab dan aturan dalam berumah tangga, termasuk bagaimana jik ada masalah yang tak terselesaikan dalam rumah tangga," ucap Fatimah pelan, kemudian kembali menatap Kean lekat. "Islam memang mengizinkan perceraian, tapi Allah membenci perceraian itu. Itu artinya, bercerai adalah pilihan terakhir bagi pasangan suami istri ketika memang tidak ada lagi jalan keluar lainnya. Dalam surat al Baqarah ayat dua ratus dua puluh tujuh disebutkan, 'Dan jika mereka berketetapan hati hendak menceraikan, maka sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui'. Ayat tentang hukum perceraian ini juga berlanjut pada surat al Baqarah ayat dua ratus dua puluh delapan hingga ayat dua ratus tiga puluh dua.

Dalam ayat-ayat surat al Baqarah itu, diterangkan aturan-aturan mengenai hukum talak, masa iddah bagi istri, hingga aturan bagi wanita yang sedang dalam masa iddahnya. Dari sina, kau bisa mengetahui bahwa agama Islam memberi aturan yang sangat lengkap tentang hukum perceraian. Tentu saja aturan-aturan ini sangat memperhatikan kemaslahatan pihak suami dan istri dan mencegah adanya kerugian di salah satu pihak.

Tidak hanya di surat al Baqarah, di surat ath-Thalaq ayat satu sampai tujuh juga dibahas aturan-aturan dalam berumah tangga. Di situ disebutkan tentang kewajiban suami terhadap istri hingga bagaimana aturan ketika seorang istri berada dalam masa iddah. Dari beberapa ayat yang telah aku sebutkan tadi, maka kau harus ketahui bahwa dalam Islam perceraian itu tidak dilarang, namun harus mengikuti aturan-aturan tertentu atau dalam situasi yang benar benar sudah terdesak dan tidak memungkinkan adanya jalan lain untuk menyelamatkan pernikahan," jelas Fatimah panjang lebar, mengutip kata-kata para 'alim ulama yang ia tonton saat mengikuti kajian.

Pure Love [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang