Chapter 8 | Everything will be fine

23.3K 2K 29
                                    

"Aku, akan segera mewujudkan mimpimu, Alana," ucap Kean pelan sambil menatap ponselnya yang di sana, menampilkan seorang wanita yang terlihat menampilkan senyum termanisnya pada kamera.

Wanita itu, mengenakkan gaun pendek tanpa lengan berwarna putih bersih, rambut cokelatnya yang digerai, dihiasi oleh penjepit rambut berbentuk pita yang memiliki warna senada dengan gaunnya. Kalung berlian berwarna putih, juga tampak menggantung menghiasi leher jenjangnya. Wanita itu, terlihat begitu cantik. Belum lagi, senyum yang menampilkan deretan gigi putihnya yang rapih, juga ditambah oleh lesung pipi kecil yang menghiasi pipinya, tampak terlihat jelas. Menambah kesan cantik ketika semua itu, dipadukan oleh senyum manisnya.

Kean menyenderkan tubuhnya pada Kursi kebesarannya. Tatapannya menerawang jauh. Sesekali, untuk mengurangi sesak di dadanya, Kean membuang napas pelan. Tidak ada hal yang sama ketika kehilangan sudah menghampiri. Dan Kean, membenci hal itu sengah mati. "Alana, aku merindukanmu," lirih Kean lagi.

Hening, tak ada suara yang datang menyapa pendengaran pria berambut cokelat itu. Mata abu-abunya, sesekali mengerjap menahan turunnya air mata yang sebentar lagi akan segera meluncur. Setelah sekian lama berdebat dengan pikirannya, akhirnya air mata pria itu jatuh, mendarat mulus tepat di layar ponselnya yang masih menampilkan sosok wanita cantik tadi.

"Kenapa kau harus pergi? Bukankah kau sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku?" tanya Kean lirih, "Maafkan aku, karena saat itu aku tidak bisa menjaga kalian, aku gagal," lanjutnya.

Kean, kemudian langsung segera menormalkan ekspresinya, saat terdenga suara ketukan pintu yang menandakan seseorang hendak masuk ke dalam ruangannya.

"Masuk," ucap Kean datar.

Hingga tak lama setelah itu, seorang perempuan bertubuh semampai terlihat di balik pintu yang kini sudah terbuka itu. Wanita itu, memiliki warna rambut merah pirang yang kontras dengan kulit putihnya yang mulus, wajahnya yang tirus, terlihat cantik dengan balutan make up tebal yang semakin menambah kadar keanggunan dari wanita itu. Tidak lupa, dengan bibirnya yang tipis, dibalut dengan lipstik berwarna merah, serta bulu mata lentiknya tampak mengerjap-ngerjap pelan sambil menatap pria yang ada di hadapannya. Ish, kenapa pria yang ada di hadapannya itu hanya diam sambil menatap dirinya dengan satu alis terangkat? Wanita itu, menghentakkan kakinya kesal.

"Kakak!!!" wanita itu, akhirnya berjalan mendekat kemudian memukul-mukul pundak Kakaknya sambil merengek.

Menyadari hal itu, Kean tersenyum tipis sambil menatap wanita yang merupakan adiknya itu dengan saksama. Kemudian, tangannya terulur untuk menarik adik kesayangannya itu duduk dalam pangkuannya. "Kau, sejak kapan pulang kemari?" tanya Kean pelan.

Wanita itu tersenyum, kemudian bangkit dari pangkuan Kean. "Please, berhenti melakukan hal itu padaku, Kak! Kellan akan mengejekku habis-habisan jika ia melihat aku masih sering duduk di pangkuanmu," gerutu wanita itu pada akhirnya.

Kean hanya tersenyum. "Well, aku rasa aku harus mencari seseorang yang baru, yang bisa aku jadikan penggantimu untuk duduk di pangkuanku," jawab Kean dengan nada gurauan, "Ngomong-ngomong Jessie, bagaimana wisudamu?" tanya Kean lagi.

Wanita itu, Jessie tersenyum lebar sambil menjentikkan jarinya. "Semua mata kuliah bisa aku taklukan dengan mudah, bukan hal mustahil bagiku mendapatkan nilai terbaik," jawab Jessie bangga. "Ngomong-ngomong, di mana dia?" Jessie mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan Kean. Ia, seperti sedang mencari sesuatu.

Pure Love [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang