Chapter 25 | About the hearts

20K 1.5K 29
                                    

Makasih buat yang udah mau setia nunggu cerita ini.
Maaf ya lama. Author lagi dalam auto magerXD

Jangan lupa kasih vote dan komennya yaa :D

TYPO BERTEBARAN!!!!!!

"Terima kasih sudah membantuku, Fatimah."

Fatimah mengangguk pelan sambil tersenyum tipis pada Adrian. Beberapa saat lalu, Kellan benar-benar membawa Fatimah untuk datang ke acara Isr'a Mi'raj yang diadakan oleh Adrian. Sesuai tujuan awal Kellan membawa Fatimah.

"Padahal aku berharap jika kau juga ikut menjadi jama'ah dalam acara Tabligh Akbar malam ini."

"Aku ingin, tapi ma'afkan aku Adrian, aku tidak bisa. Aku bahkan tidak izin terlebih dahulu pada Kean saat hendak pergi ke sini," lirih Fatimah, "Maafkan aku."

Adrian tersenyum dengan penuh pengertian. Wanita seperti Fatimah, merupakan tipikal istri yang tidak akan tenang bepergian selama ia tidak meminta izin ataupun mendapatkan izin dari suaminya. Tapi ia memaklumi. Seharusnya, sedari awal ia tidak membiarkan wanita sebaik Fatimah dijadikan bahan percobaan oleh Kean. Adrian sangat sangat menyadari jika, Fatimah terlalu baik untuk disakiti. Wanita yang rela mengubur dan membuang jauh-jauh segala sesuatu yang menyangkut kepentingan dirinya demi orang lain, tentu saja sudah mengalami berbagai macam kesakitan dalam hatinya, walaupun tak mudah bagi siapapun melihat semua itu dari seorang Fatimah.

"Aku mengerti, pulanglah Fatimah," ucap Adrian sambil tersenyum tulus.

Fatimah mengangguk pelan. "Sekali lagi, aku minta maaf, Adrian."

Adrian berdecih. "Hey, kau pikir dosamu seberapa besar hingga kau meminta maaf lebih dari sekali padaku?"

"Tapi-"

"Sekali lagi kau mengucapkan kata maaf, aku malah akan sengaja tidak memaafkanmu, Fatimah."

Fatimah tersenyum. "Baiklah. Yasudah, aku pulang, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Pukul 11.15 Fatimah sampai di apartemen Kean diantar oleh Kellan. Kellan tak mengucapkan apapun lagi mengetahui Fatimah lebih memilih kembali ke rumah Kean dari pada pulang sementara ke rumah Kakeknya. Fatimah mengerti, sebagai seorang sahabat, Kellan jelas tidak bisa menerima perlakuan Kean terhadap dirinya. Tapi siapalah Fatimah, ia tidak mungkin merajuk dengan pulang ke rumah Kakeknya dan akan kembali ke rumah Kean jika hanya Kean yang menjemputnya. Percayalah, Fatimah tidak semanja itu.

"Terimah kasih," ucap Fatimah pada Kellan.

Kellan mengangguk. "Jangan sungkan untuk meninju perut atau memendang tulang kakinya jika ia macam-macam padamu," ucap Kellan.

Fatimah terkekeh pelan mendengarnya. "Aku tidak pernah takut padanya."

Kellan tersenyum tipis mendengarnya. "Well, aku harap begitu," lanjutnya sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana miliknya. "Masuklah, sudah malam."

Fatimah mengangguk. "Terima kasih, Kellan."

Fatimah melangkahkan kakinya secara perlahan ketika ia berhasil membuka kode apartemen Kean. Ia, menapaki setiap langkah demi langkah dengan hati-hati, berharap Kean tidak akan menyadari kepulangannya. Entahlah, Fatimah hanya merasa jika ia sudah tidak punya muka lagi untuk sekedar bertatap muka dengan Kean. Kejadian beberapa jam lalu, begitu membekas di hatinya.

Pure Love [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang