4-

108 3 1
                                    

Bruukk.

Hasna mempercepat langkah kakinya menuju pintu rumahnya diujung sana.Seratus persen ia yakin pasti ini lagi lagi dan lagi perbuatan sang kakak.

Edo Alamsyah Utami; kakak laki-laki Hasna atau bisa dibilang keluarga Hasna satu-satunya.Ya!Semenjak kejadian itu Hasna tidak memiliki sosok orang tua bukan karna takdir tapi karna keegoisan mereka semua yang membuat Hasna menjadi wanita mandiri dengan beribu rasa sakit yg terpendam.

Hasna biasanya memanggil laki-laki yang berada dua tahun diatasnya itu dengan sebutan, kak Alam.

Seperti biasanya nama tengah lah yang digunakan oleh keluarga Utami, meski orang diluar sana lebih suka memanggil merek dengan panggilan, Amalia dan Edo.

Hasna membuka pintu rumahnya, "Kakak!" Jeritnya saat ia melihat kakaknya sedang tersungkur tepat disebelah meja ruang tamu.

"Kakak gak papa?Kok bisa jatuh kayak gini sih kak?"

Ia berusaha membantu kakaknya untuk berdiri dengan sekuat tenaga, "Darimana aja lo hah!" Alam mendorong Hasna hingga hampir terjatuh.

"Jam segini baru pulang!Lo mau pergi ninggalin gue?Sono pergi gue gak butuh lo, ngerti?!" Teriaknya sambil berusaha berdiri dengan kekuatannya sendiri.

Hasna menghampiri kakaknya yang sedang susah payah berdiri, "Enggak kak, gak gitu.Tadi Hasna ada pekerjaan tambahan jadi pulangnya telat"

Tapi semua tidak berjalan mulus, Alam malah menepis tangan Hasna yang ingin membantunya berdiri.

Alam menggoyang-goyangkan tubuhnya tanpa keseimbangan, "Gak usah drama lo!Bagi duit!"

"Aku belom gajian kak, ini masih akhir bulan" Jawab Hasna halus hingga ia tidak berani menatap mata kakaknya.

"Mau akhir bulan kek awal bulan kek, kalo gue bilang BAGI DUIT YA BAGI DUIT!" Teriak Alam sambil tepat di kuping Hasna sambil menekan beberapa kata terkhir.

Dengan reflek Hasna menutup kuping kirinya, "Aku gak punya uang kak, kan kakak kemaren abis minta uang sama aku tiga ratus"

"Ya trus kenapa kalo gue minta sama lo?Lo gak iklas?Iya hah?!" Alam mulai mendorong kecil tubuh Hasna

"E-enggak kak aku iklas, tapi hari ini aku bener-bener gak pegang uang"

"Gue gak percaya bacotan lo!Lo emang gak pernah iklas buat ngurusin gue!" Lagi-lagi Alam mendorong Hasna hingga ia benar-benar terjatuh.

Alam pergi meninggalkan Hasna yang sedang duduk sambil menundukkan wajahnya ke lantai, entah sampai kapan kakaknya akan memperlakukannya seperti ini.

Satu persatu pecahan vas bunga yang jatuh akibat ulah kakaknya ia bersihkan, meskipun ini sudah kesekian kalinya Alam memecahkan barang yang ada dirumahnya.

Belom lagi Hasna harus membersihkan botol minuman yang berada di meja ruang tamu.Jika boleh memilih Hasna ingin kakaknya terbebas dari kecanduan alkohol yang membuatnya menderita setiap malam.

Setiap hari,tepat setelah Hasna membuka pintu pemandangan ini yang selalu memanjakan mata Hasna hingga air matanya tidak berani jatuh ke bumi.

"Selesai!" Guman Hasna senang setelah selesai membersihkan semuanya.

"Kakak, kakak" Ujar Hasna pelan sambil mengingat kejadian tadi yang diperbuat oleh kakaknya.

Sebenarnya Alam, bukan seorang yang malas hanya karena pengaruh lingkungan ia rela memutuskan kuliahnya dengan cuma-cuma demi amarahnya sendiri.

Alasan kuat yang memaksa Hasna banting tulang hingga kerja part time demi membiayai hidupnya dan kakaknya.

Sayang, Hasna hanya mendapatkan belasan persen dari gaji utuhnya, sisanya akan dimakan Alam beserta teman tongkrongannya.

Hasna pergi menuju ke arah kamarnya dibelakang sana, "Huh" ia menghela nafas panjang

"Bunda, i miss you" Guman Hasna ditengah istirahatnya, "Ayah, do you miss me?"

My Bad ABDULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang