Baru sampai di Jakarta dan ingin menjelaskan semua yang telah terjadi, Fahmi malah di kejutkan oleh Audry yang sedang bercanda gurau dengan lelaki lain di teras rumah nya.
Walaupun tak ada kontak fisik pada keduanya, tetep saja membuat Fahmi cemburu pasalnya Audry begitu lepas tertawa nya hanya untuk pria di depannya itu.
Hatinya mencelos sakit, saat pikiran nya sudah tak karuan memikirkan bagaimana keadaan wanita yang sekarang ia cintai ini, kacau kah.
Tapi nyatanya tidak, dengan segala rasa yang bercampur aduk. Sekarang rasa itu memuncak di amarah.
"Udy!" Yang di panggil dan seorang yang di sebelah nya menengok ke sumber suara.
Tak butuh waktu lama Audry langsung masuk kedalam rumah tanpa menengok lagi ke arah suara, Fahmi makin mempercepat langkah nya mengejar Audry.
Namun sayang, langkah nya terhenti saat Rival menghalang nya."Sorry boy, dia lagi ga mau lo ganggu." Fahmi menepis kasar. Rival bersikap acuh dan mengangkat kedua bahu nya.
"Setelah boongin semua orang, lo masih berani nunjukin muka? Hebat." Ucap Rival.
"Gausah banyak bacot kalo gatau permasalahan nya!" Fahmi yang sudah tak terbendung amarahnya kini meninju ujung bibir sebelah kanan milik Rival.
"Udah mulai main kekerasan, oke." Rival menyeka sudut bibirnya yang berasa nyut-nyut an sehabis di pukul Fahmi.
Ia tak tinggal diam, membalas pukulan yang tadi sempat membuatnya mundur beberapa langkah.
Dan selanjutnya terjadilah pukul pukulan antara Rival dan Fahmi.
Sampai Andin yang melerai nya dengan sekali teriakan. Lalu keduanya berhenti menyakiti satu sama lain dan beralih menghadap Andin dengan masing-masing memegang beberapa bagian tubuh yang terasa sakit.
"Kalo mau ribut jangan dirumah saya!" Ucap tegas Andin setelah berhasil mendiamkan mereka.
"Maaf tante tapi dia duluan yang mukul saya." Bela Rival.
Berbeda dengan Rival, Fahmi malah mendekat ke Andin dan berlutut di depan Andin.
"Maafkan saya tante. Tapi saya harus bicara dengan Audry, banyak yang harus saya jelaskan. Tapi saat saya kesini Audry malah sedang bercanda dengan pria lain, tanpa memperdulikan ke khawatiran saya. Mohon maaf sekali lagi." Ujar Fahmi.
"Berdiri kamu." Suruh Andin.
"Ga sampe tante memaafkan saya."
"Saya bilang berdiri!" Saat ucapan tegas dari Andin, Fahmi terkaget dan langsung berdiri.
"Kamu bilang anak saya tidak perduli dengan kamu? Lalu kemana saja kamu saat anak saya mengurung diri di dalam kamar beberapa hari, dan hampir dua minggu tidak mau keluar rumah walaupun hanya depan teras?! Sama bukan tidak perdulinya kamu?!" Sergah Andin.
Fahmi dengan baik mendengarkan segala kata yang terucap dari Andin.
"Ga keluar kamar beberapa hari?" Tanya Fahmi heran.Andin hanya bergumam menjawab pertanyaan Fahmi.
"Saya harus ketemu Audry tante, saya mohon."
Tatapan memohon Fahmi nampak sangat serius pada Andin. Ia tidak tega melihat Fahmi seperti ini, dan memang antara Fahmi juga Audry harus ada penjelasan tapi ia disuruh untuk tidak menerima Fahmi lagi di rumah ini oleh kedua anaknya.
"Tan..."
"Maaf Fahmi, Audry sedang tidak ingin di ganggu." Ucap Andin lembut seraya membelai punggung Fahmi.Fahmi mengangguk pasrah, "Audry butuh waktu, InsyaAllah nanti tante bicarakan lagi dengan Audry."
"Terimakasih banyak tante. Kalo gitu saya permisi." Setelah salim dengan Andin, Fahmi melenggang pergi melewati Rival begitu saja.
Ia tak ingin melihat wajah pria itu lagi, bisa bisa Fahmi menambahkan beberapa lebam lagi di muka juga bagian tubuh lainnya milik Rival.
--
"Kenapa si mpok?" Andre yang sedang mengobrol asik di ruang tengah dengan teh Yani pun langsung terheran saat Audry menghempaskan tubuh nya begitu saja di sofa samping Andre duduk."Fahmi, di depan." Andre langsung berdiri dan ingin keluar menemui Fahmi.
Namun Audry menahan nya, "Jangan keluar, biarin aja. Dia lagi berantem sama Rival."
"Gabisa dong Dy, gue harus bikin perhitungan sama dia!" Andre duduk lagi dan menghadap Audry dengan protesnya.
"Ga dengan cara kekerasan dong." Balas Audry.
"Harus!"
"Dia Atlet karate, lo olahraga aja males. Lo doang mah bonyok ama dia! Liat aja tar si Rival gimana keadaan nya." Sergah Audry.
"Asal sakit hati lo terbalaskan, gue rela Dy." Andre memegang kedua tangan Audry.
Mereka saling menatap. "Gue cuma butuh waktu Dre, saat nanti gue merasa bener bener udah tenang gue bakal nemuin dia buat minta semua penjelasan."
Andre menyatukan alisnya, "Buat apa? Semua nya udah jelas dia cuma jadiin lo selingkuhan doang! Ngapain masih di kasih kesempatan."
Audry mengangguk, "Kita kan belom denger sendiri dari penjelasan dia, kita baru denger dari perempuan itu."
Andre menghela nafas, saat Audry sudah di sakiti tapi dia masih saja mau menerima penjelasan.
"Dy, baik boleh tapi jangan sampe bikin diri lo sendiri terlalu sakit. Iya kalo semua jawaban dari dia sesuai dengan keinginan lo, kalo engga gimana?"
"Makanya gue lagi nyiapin diri buat bisa nerima apa pun jawaban yang gue terima dari dia nanti." Jawab Audry.
"Dy, gue gamau lo sakit hati lagi." Andre mengelus puncak kepala Audry.
"Sakit hati wajar kan Dre?"
Andre mengangguk dan tersenyum, "kenapa jadi lemah gitu si Dy?""Karena gue sadar, menyelesaikan semua masalah ga harus dengan kekerasan dan emosi kan? Kalo emang emosi nya lagi ga stabil mending menghindar dulu." Ucap Audry lembut.
"Saluuutt gue saluuutt!" Andre menabok nabok pelan kedua pipi Audry.
"Gue dukung apa pun yang lo lakuin." Lanjut Andre
HAPPY READING YEAH
Maap sedikit, karena update pake hp. Belom bisa beli chasan laptop:(
HAIIII GAES, AKU COMEBACK HIHI.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Loved Widower
Fiksi UmumAnak gadis berusia 18 tahun yang cantik dengan balutan hijab simple nya, sedikit mempunyai trauma karna pernah cintanya tidak terbalaskan oleh sahabatnya sendiri dan menyebabkan ia begitu dingin dengan cowo cowo yang baru di kenalnya. Tapi memang h...