Latihan dan Kencan

438 31 0
                                    

'Azura POV'

Aku terbangun pagi - pagi oleh gonggongan anjing yang berat. Gila, untuk apa Frank disini? "Oy, Frank, pergi!"

Anjing itu berlari patuh sambil membanjirkan pikirannya ke kepalaku, membuat niatku untuk kembali tidur buyar seketika. Belum lagi ada banyak hewan kecil diatas pohon-kumbang, tupai, burung hantu, burung - burung, kupu - kupu, semuanya mengisi otakku demi menjagaku tetap bangun. Aku segera berdiri dan memutuskan untuk mandi, lalu mengganti pakaianku dengan kaus tanpa lengan bleu clair, shrug putih, dan celana selutut warna bleu foncé.

Sambil mengikat ujung shrug, aku menyelipkan seluruh isi celanaku kemarin dan menaruhnya ke saku celana. Penting bagiku untuk membawa barang Ariane - Ariane, karena rahasia mereka harus tetap ada di tangan Ariane lainnya.

"Apa itu?"

Aku menoleh kasar ke pintu,"Frank, jangan ikut campur!"

Frank menatapku tajam, "Apa itu?"

"Ini rahasiaku." kataku sengit. Memang benar, ini adalah rahasia Ariane, dan aku adalah Ariane.

Frank kembali tampak normal, "Lady, kau sudah siap latihan atau tidak?"

Aku mengangguk, "Siap."

Sedetik kemudian aku menyesali perkataanku karena dia menyuruhku lari 10 kali keliling lapangan hijau di dekat hutan. Gila! Besarnya nyaris seperti lapangan sepak bola!

Sambil mengatur napas, aku segera menuju naungan pohon rimbun. Frank menyentak, "Ini masih belum seberapa! Sekarang kau masih harus naik kuda! 30 kali keliling! Sana!"

Aku merengut dan membalas, "Dasar kloning PAK MANDOR LEWIS! Pergi sana, pergi! Aku bisa sendiri!"

Dia membalas, "Emangnya aku keliatan kayak orang berkumis dengan alis tebal, heh? Ayo, cepat!"

Aku melangkah menaiki pegasus poni ukuran standar yang kunamai Vega, "Oke, dengarkan aku, Vega, kita akan berlari dengan kecepatan tinggi, dan tentu saja setelah ini aku akan mengajakmu makan sekarung jerami dan apel. Sekarang tolong lari sekencang yang kau bisa!"

Vega meringkik - ringkik setuju di pikiranku, dan aku memberi aba - aba, "Siap, mulai!"

Aku dan Vega benar - benar berlari dalam kecepatan kosmik. Tak sampai 15 menit, kami sudah selesai memutari lapabgan, dan aku menepati janjiku. Setelah menjentikan jari, sekarung jerami dan apel bertebaran di depan Vega, yang memakannya dengan sangat lahap hingga kalian pikir bahwa aku tidak memberinya makan selama 12 minggu, alias setengah tahun di dunia sihir. 

Sekarang memang sudah bulan April, dimana musim semi bertebaran di mana - mana, dan aku bisa merasakan manisnya apel dan mangga-alpukat, ataupun rasanya sari-bunga Poppy Colibri yang merajalela di musim semi.

Aku bertanya pada Frank, "Latihan apa lagi?"

"Memanah." jawab Frank.

Aku dibawa ke sebuah gua dengan aneka ukuran buletin. Aku disuruh melihat dalam gelap dan memanahnya. Bukan latihan yang mudah, memang, tapi dia memaksaku habis - habisan dan akhirnya kami melanjutkan tahap dengan memanah dalam mata tertutup. Bidikanku jadi lebih mudah karena terbiasa menggunakan naluri, sementara Frank berteriak, "Kau harus merasa takut, supaya nalurimu naik!"

Aku menyentaknya kesal, "Sekarang diam atau aku bunuh diri!"

Rupanya kalimat itu ampuh membuat Frank diam seribu bahasa. Aku mengencangkan kain dan membayangkan ketakutan terbesarku-gelap. Mungkin ini tidak begitu berguna, tapi naluriku mengatakan sasaran dengan merasakan ketakutanku. Aku membidik dan....

TRAK!

Kain mataku kubuka dan aku melihat anak panahku tertancap tepat di buletin merah. 

Frank tersenyum puas, "Oke, saatnya panah jarak jauh!"

"Tunggu, apa!?" jeritku.

Frank tersenyum, "Sekarang pejamkan matamu dan bayangkan sebuah buletin. Dia berada di pohon tempat ayunan kemarin berada. Agak keatas, dekat cabang terendah--" Tanganku otomatis menarik panah dan mengangkatnya sesuai dengan prakiraan matematisku. "--Nah, ya, begitu, Aria. Sekarang menghitung. Jaraknya sekitar 30 km dari sini ke arah barat daya, aku ingin kecepatannya senilai 1.750 meter per setengah jam. Dan sekarang, hitung dan... tembak!"

Aku melepas anak panahku, yakin aku pasti tepat sasaran untuk sekali ini.  Kami menunggu hingga terdengar suara TAK! Dari pendengaran anjing Frank, sementara Frank menghitung waktunya. Kalau kecepatannya benar, maka seharusnya suara itu tidak terlalu lama. 

Dan memang benar.

Beberapa saat menunggu, Frank tersenyum, "Kecepatannya pas. Sekarang kita lihat apa sasarannya benar."

Aku dan Frank menaiki Vega, sementara Frank menunggang Vega dengan kecepatan penuh. Saat kami mendarat, aku menjerit histeris, "Yes! Pas! Yes, yes, yes!"

Frank terkekeh, "Kau sangat mirip anak kecil."

"Hai, kalian!" seru Elena, "Kalian melewatkan sarapan dan makan siang, sementara aku berburu! Hari ini aku berhasil menangkan ayam dan kalkun! Bagaimana kalau kita makan ayam teriyaki dan roti kalkun asap?"

Aku tersenyum, "Dan minumnya apa?"

Elena berpikir sejenak, "Kurasa, kita bisa minum... straw-choco-bubble!" 

Aku mengernyit, "Kurasa itu ide buruk..."

Elena tertawa, "Santai! Sekarang bantu aku mencari bubbleberry dan aku akan menghidangkan coklat, serta es krim stroberi dalam gelas, dilengkapi selai bubble-nya! Ayo!"

Tentu kali ini aku memasak dengan bersemangat. Aku meminta tolong Risa dan Rin untuk mencarikan bubbleberry, sementara aku membantunya membuat es krim stroberi dan coklat-soda. Aku bertanya padanya, "Jadi, kau itu sebenarnya siapa?"

"Aku sebenarnya cucu dari kakek penunggu disini. Well, ini bukan informasi yang boleh kuberikan, tapi kakekku memintaku untuk merawatnya, jadi selagi aku menjaga rumah, kadang aku pergi ke kakek." jawab Elena.

Aku tertawa, "Oke, oke, akan kujaga rahasiamu. Ini dia tiga cangkir coklat soda dengan es krim stroberi ."

Dia tersenyum dan mengalirkan selai bubbleberry, pencipta cita rasa bubblegum alami di dunia sihir ke dalam gelasnya sekaligus mengecek roti asap kalkun dan ayam. Dia tersenyum, "Oke, roti kalkunnya juga sudah siap. Ayam teriyakinya juga sudah hampir siap. Tolong ambilkan seledri... nah, ini dia!"

Frank muncul dan kami mulai makan. Hidangannya terasa sangat enak, dengan kesegaran straw-choco-bubble. Tak lama kemudian, aku mendapat waktu bebas, jadi aku mandi, memakai gaun bleu clair cantik berenda putih, lalu menuju ke rumah pohon Ariane.

Magical World-The Bleu FantasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang