'Frank POV'
Wah, harus kuakui, rumah itu mungkin cukup banyak barang sehingga Azu-Aria lama sekali di dalam. Dia bukan tipe yang pedulian, tapi dia termasuk anak yang teliti. Aku bisa merasakannya dari caranya membersihkan flute dan memainkannya.
Aku kembali menyentakan ayunan. Ayunan itu pun terus menyentak hingga akhirnya dahannya bergerak, sehingga menggoyangkan rumah pohon. Terdengar suara teriakan Azu-Aria maksudku dari dalam rumah. Yah, aku harus belajar memanggilnya Aria atau Ms. Bleu.
Aria menjulurkan wajahnya keluar jendela, tampak luar biasa kesal terhadapku, "Lain kali jangan keras - keras! Aku kira ada gempa!"
Aku terkekeh, "Hei, kau bisa mengguncangkan pohon dengan angin, bahkan menumbangkannya. Jadi untuk apa kau takut?"
"Frank!"
Sebuah batu kasar menjitak kepalaku. Aku meringis kesakitan sambil berteriak, "Oke, oke, aku kalah. Kau menang. Cepat turun, sini!"
Wajah Aria menghilang dan jendela tertutup rapat, lalu pintu terbuka dan tangga berderak -derak. Akhirnya dia muncul di samping ayunan, dengan raut masih kesal, "Sekarang aku sudah turun! Apalagi yang akan kau lakukan?" teriaknya.
Aku menarik tangannya kencang dan ku-pangku dia persis datas ayunan, sementara ia meronta - ronta, "Hei! Lepaskan! Cepat lepaskan, atau-KYAAA!!!!"
Aku dan Aria sama - sama naik ayunan, berdempetan, dengan memegang talinya bersama. Dia tampak nyaris jatuh saat aku memulai ayunan dan menjerit - jerit tak keruan, tapi aku segera menggeser tubuh dengan menjadi anjing. Aria jatuh terduduk di ayunan.
"Frank!" serunya kasar. Aku memasang teknik anjing yang alami-puppy eyes. Dia tampak menghilangkan kekesalannya dan tersenyum manis, "Oh, ya ampun...kau lucu sekali! Sini, ku-pangku! Ayo naik!"
Aku segera memasang posisi duduk diatas lutut Aria, lalu dia menyentak ayunan agar berayun pelan. Aku bisa merasakan sejuknya udara dan lenbutnya tangan Aria yang mengelus leherku lembut.
'Azura POV'
Aku kadang tidak mengerti dengan Frank. Dia menyebalkan saat dia manusia, tapi dia juga bisa lucu saat ia berubah bentuk. Aku bisa merasakan pikirannya penuh di kepalaku dan aku menggelengkan kepala.
Pikirannya saat dia menjadi anjing benar - benar seperti hewan yang manja, periang dan ramah. Dia tak bisa lembut, tapi itu bukan masalah. Aku menyukainya di banyak saat, membuatku merasa ini sebenarnya bukan diriku yang sekarang. Rasanya aku sudah nyaman dengannya sejak awal...menyenangkan. Aku tak begitu mengerti perasaan itu, tapi selama imi, dimana aku memikirkan Alex, aku teringat dengan Frank. Seakan separuh jiwaku memberontak untuk menyukai Alex. Pikiranku menyukai Alex, tapi Frank adalah sesuatu yang lain... entahlah.
Memantapkan pikiran tentang penolakan terhadap Alex bukan hal yang mudah. Kepalaku selalu pusing merasakannya, bayanganku selalu kembali pada Frank. Kurasa ada kemungkinan bahwa selama ini Frank pernah bertemu denganku saat aku belum membunuh orangtuaku. Tapi...yah, aku belum yakin. Harus kutanyakan dalam perasaan yang tepat.
Aku menepuk kepala Frank hingga ia terbangun. Aku terkejut saat kakinya menyangkut tanganku saat dia terjatuh dan kami pun jatuh diiringi sedikit asap.
Dan kini, tak ayal aku menjerit dalam hati.
'Author POV'
Frank dan Aria sama - sama jatuh ke tanah dengan Aria menindih tubuh Frank, serta badan saling menempel, terutama dengan bagian...
Bibir.
Aria tampak merah padam dan siap menjerit setelah terbangun, tapi Frank tak membiarkan kesempatan itu pergi. Dia segera melumat sedikit bibir Aria, lalu menjilat sedikit bibirnya sebelum akhirnya Aria berdiri.
"Frank! Apa - apaan sih kau ini?" tanya Aria sambil menjerit.
Frank tampak lebih sibuk mencecap - cecap bibirnya dan tersenyum, "Manis."
Aria tampak lebih histeris lagi, "Hei! Itu tadi memang jatuh, tapi kau tidak boleh langsung menjilat bibirku seperti itu!"
Frank terkekeh, "Paling tidak aku tidak menghentikanmu bangun, benar?"
Aria mengernyit, "Aku mohon."
"Berjanjilah padaku untuk tidak memberitahukan segalanya tentang ini."
Frank menoleh, "Baiklah. Tapi ada syaratnya."
"Apa?" tanya Aria kasar.
"Kau harus ikut aku jalan besok sore di sekitaran sini."
Wajah Aria seakan mengatakan bahwa Frank adalah orabg gila, tapi dia sadar dia tak bisa berharap banyak, "Baiklah!"
"Satu syarat lagi. Izinkan aku untuk melindungimu."
Mata Aria melebar. Baginya, di kamus Frank, melindungi berarti seakan pengorbanan nyawa, "Ta...tapi....dengan nyawamu?"
"Dengan nyawaku." Frank membenarkan.
"Apa kau tidak cukup dengan menjagaku?" jerit Aria.
"Menjaga dan melindungi itu berbeda buatku. Menjaga berarti tugas, tapi melindungi adalah kesetiaan." kilah Frank.
Aria mendengus, "Dengar, ya, berdasarkan kamusku, dan kurasa semua orang, itu sama."
"Aku tidak mengatakan bahwa pemikiranku tentang ini seperti orang normal." balas Frank, "Dan sudah kukatakan, 'berbeda buatku' tadi."
Aria menghela napas, "Baiklah." Dia mengulurkan kelingking nya, "Aku janji memenuhi syaratmu."
Frank mengulurkan kelingkingnya, "Agar aku tidak akan membocorkan peristiwa ini kepada siapapun." sambungnya.
Dan sekali itu, jari kelingking mereka terkait.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magical World-The Bleu Fantasy
Fantasía[TELAH DIREVISI] Azura Sophia Mallory adalah anak yang cukup beruntung karena telah selamat dari kecelakaan fatal yang merenggut orangtuanya. Bisa dikatakan ajaib apabila dia selamat saat itu. Lantas apa yang akan terjadi apabila ia adalah penyihir...