13

1.5K 239 23
                                    

"ASTAGFIRULLAH HAL ADZIM"

Suara menggelegar itu bukan berasal dari wira, melainkan dari brian yang barusan keluar kamar.

"Kok jadi wira sih mas!"

"Aku gak kuat nyetir jauh jauh bri, maksimal sehari 7 jam aku kuatnya"

"Tapikan wira masih kecil mas"

"Diakan udah 17 tahun, udah ada sim kan"

"Tapi mas-"

"Udah diem semua, iya wira yang nyetir berangkat nya, barangnya cepet masukin mobil, sarapan dimobil aja, cepet keburu macet nanti"

Semuanya langsung bergerak setelah wira bicara.

Perjalanan lancar sehingga adzan dzuhur mereka sudah sampai di telaga sarangan.

Selepas sholat mereka berputar mengelilingi danau tersebut.

Setelah puas melihat lihat, dan tentunya mengabadikan momen momen itu mereka berpencar untuk mencari keinginanya masing masing.

Jeje mengajak  wira berhenti di salah satu tempat lesehan yang tidak terlalu ramai, dan memesan 2 porsi sate kelinci.

"Mas jeje dingiiinn"

"Tadi disuruh pake jaket ngotot gamau"

"Tapikan wira gatau kalo suhunya nyampe 20 derajat mas"

Jeje melepas jaket yang sedari tadi dipakainya dan memberikan jaketnya kepada wira.

"Nih dipake, nanti kamu sakit"

"Nanti mas jeje ikut kedinginan"

"Aku masih pake hoodie ini gapapa"

"Makasih ya mas"

Jeje hanya menganggukan kepala sebagai jawabanya. Wira terlihat lucu dengan jaketnya karena ukuran mereka yang jelas sangat berbeda.

Tangan tanganya tenggelam karena wira tidak mau melipatnya.

Jeje jujur, wira terlihat sangat mempesona saat ini. Anak rambutnya yang tertiup angin ketika dia melihat danau dan senyuman yang seolah tidak dapat luntur itu sangatlah manis.

Diam diam jeje memotret wira tanpa sepengetahuan wira tentunya.

Selang beberapa menit kemudian, makanan mereka sudah diantar oleh pemilik tempat lesehan tersebut.

"Mas jeje ayo makan"

Jeje tidak mendengar nya karena pikiranya masih terfokuskan kepada peson wira.

"Mas? Jangan ngelamun weh"

Wira dengan tidak berperi kejejean menepuk pipi jeje berkali kali.

"Aduhh ra, sakit"

"Makanya jangan ngelamun, udah cepet dimakan"

"Iya nyonya jeje"

Yup, wajah wira langsung memerah mendengar pernyataan jeje tersebut.

"Apaan sih mas akutuh cowo ya"

"Yang bilang kamu cewe siapa weh?"

"Udah ah diem lanjutin makanya"

Setelah menghabiskan makanan mereka, mereka berjalan menuju mobil, tidak lupa mengabari brian bahwa mereka sudah kemobil dahulu.

"Ayo ra masuk duluan aja"

"Mas aku ngantuk"

"Kebiasaan ya udah kenyang langsung tidur"

Diam, tak ada jawaban. Wira sudah tertidur di seat depan. Jeje yang melihatnya mengacak rambut wira sedikit.

Jeje mendekat dan mencium kening wira namun sebuah suara menghancurkan momen momen indah tersebut.

"Mas jeje belum muhrim ya sama adek gue"

Jeje hanya berdehem, setelah mereka masuk dia berlalu meninggalkan tempat tersebut.

Sekitar pukul 10 malam mereka sudah sampai dirumah.

"Weh brian maen pergi aja, ini dafa gamau bangun"

"Wira juga gamau bangun ka, yaudah gendong aja"

Tentu saja jeje yang memiliki perbedaan badan yang signifikan dengan wira memudahkan dia menggendong wira ala baby koala.

Sedangkan saka yang badanya tidak jauh berbeda dengan dafa sangat kerepotan mengangkat dafa.

Karena paling dekat adalah kamar saka maka saka membawa dafa kekamar nya.

Liburan yang terlihat tidak indah namun penuh makna bukan?

You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang