22

1.4K 202 38
                                    

Sebelum baca part ini, note dari saya anggap saja sungjin lebih tinggi dari dowoon.😁



Beberapa hari sesudah malam dramatis itu, hubungan keduanya semakin mengerat.

Meskipun keduanya juga semakin sibuk namun mereka tetap menyempatkan suatu waktu untuk berdua.

Seperti saat ini, wira tengah belajar dimejanya, akan tetapi ia duduk dipangkuan mas jeje, bukan langsung dikursinya.

Jeje menghirup tengkuk wira, menikmati aroma mulberry yang sering keluar dari tubuh wira.

"Mas geli ih, aku gak mandi sore tadi"

"Wangi kok"

"Mas aku gabisa konsen"

"Ra, kamu udah belajar dari abis maghrib sampe sekarang jam 9, tanpa pending. Bahkan kamu gak makan malam"

"Namanya mau ujian mas, harus fokus ini"

"Ra..."

"Apa sayang?"

"Dih sayang sayang an kamu"

"Orang semuanya wira panggil sayang. Tanya aja mas brian"

"Iyadeh, mmm ra? Besok kan sabtu, otomatis libur kan ya"

"Ummhmm"

"Ayo ke ayah kamu ra? Minta restu"

"Mas yakin?"

"Iya ra mas serius, sekalian kita kasih pengertian ke adik kamu"

"Yaudah nanti wira telpon ayah sama satya"

"Makasih sayang udah percaya sama mas"

Wira tidak menjawabnya, melainkan menyandarkan dirinya ke dada mas jeje.

Sandaran wira berubah, bukan sandaran lama nya lagi, namun sandaran baru yang tak kalah nyaman.

Wira memutuskan untuk beristirahat, melangkah menuju kasurnya yang disusul oleh mas jejenya.

"Ra besok kasur ini jual aja ya?"

"Lho emang napa mas?"

"Masa abis nikah kamu mau pake kasur ini?"

"Emang kita tetep tinggal disini mas?"

"Enggak lah, kita pindah ke rumah mas"

"Nah yaudah, ini kasur tinggal sini aja"

Jeje hanya tersenyum menanggapi wira, lalu naik menuju kasurnya.

Keduanya meresapi malam dalam keheningan. Berfikir apakah jalan yang mereka ambil ini adalah jalan yang terbaik atau bukan.

_____________

Bumi berotasi sesuai dengan porosnya, membuat kita dapat membuat suatu kalimat. Bahwa matahari mulai menyinari bumi.

Kelima insan di rumah kecil itu belum terbangun. Bahkan mereka melupakan kewajiban mereka kepada sang pencipta.

Libur mingguan adalah waktu yang dinanti bagi anak sma seperti wira dan dafa, juga pekerja kantoran layaknya Jeje. Namun bagi anak kuliahan seperti brian dan saka, itu tidak berarti.

Yang paling muda adalah yang pertama kali bangun. Mencuci muka lalu bersih bersih diri tanpa mandi. Mengambil selang pink kesayanganya lalu menyirami puluhan bunga berbagai spesies didepan kos nya.

Pagar yang tinggi dan tertutup membuat mereka bebas berekspresi di halaman mereka.

Terlalu asyik mendalami hobbynya hingga ia tidak mendengar kedatangan sesorang dibelakangnya.

"Rajin banget pagi pagi dah bangun"

Dafa tersenyum lalu menjawab masnya. Ia tau, suara halus itu hanyalah milik sang imam di kos an itu.

"Tadi kebangun mas, eh sholatnya ketinggal"

Sedangkan saka hanya tersenyum lalu berjalan ke arah dafa. Memeluknya dari belakang tanpa berkata apapun.
Menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher yang lebih muda.

Dafa membalikan badanya, lalu menangkup wajah saka.

"Kenapa hmm?"

"Gapapa daf, kan kita jarang bisa begini"

Melepas tanganya dari pipi ehmm kekasihnya, lalu memeluknya.

"Dafa juga kangen mas"

Saka mengelus rambut dafa.

"Mau berenti backstreet daf?"

"Dafa takut mereka belum nerima mas"










"Ehmm lengket banget pelukanya kek gurita"

Dafa mendorong saka lalu kembali ke pekerjaan awalnya.

/Brian!/

TBC

You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang