[12] Awan

38 2 8
                                    

Hanya awan hitam yang ingin melepas hujan. Aku.
--R--


Semua tentang relasi.
Kamu tidak bisa seenaknya berlaku kepada seseorang. Kamu butuh relasi. Kamu butuh aturan yang memasangkan kamu dan seseorang itu.

Ya, jelas bukan? Kamu tidak mungkin pergi merangkul seseorang saat kamu bahkan tidak pernah menggenggam tangannya, atau lebih parahnya jika kamu bahkan tidak mengenalnya.

Kamu butuh relasi. Kamu boleh saja menggenggam, karena relasimu adalah kamu sebagai seorang teman. Kamu boleh saja merangkul, memeluk, mencium jika relasimu memantaskanmu begitu.

---

Angin cukup kencang. Pagi yang membunuh, sebenarnya. Renha harus menjaga rambutnya terlihat sempurna meskipun yang Renha inginkan sebenarnya adalah bersembunyi dibalik tubuh Adolf. Renha terlihat hiruk pikuk, mencoba menata rambutnya yang diporak-porakkan angin. Sedang Adolf masih fokus mengendarai motor kesayangannya itu.

"Akhirnya." Renha segera menemukan pijakannya, lalu merapikan rambut hitam pekatnya itu.

"Kenapa?" Adolf menatap kebingungan kepada Renha. Ia tahu Renha sangat tidak peduli dengan rambutnya, jadi sangat aneh jika saat ini Renha merapikan rambutnya itu.

"Nope." Renha melepaskan tangannya dari kepalanya.

"Hari ini anginnya kencang banget." Adolf merapikan jaketnya, lalu melompat-lompat ditempatnya.

"Are you ready?" Adolf menempatkan tangannya pada wajah Renha, seakan ia ingin meminta sesuatu. Renha yang mengerti maksud Adolf segera meletakkan tangan kanannya di atas tangan Adolf.

Suasana taman kota tidak jauh berbeda dengan pagi yang selalu mereka singgahi, hanya bertemu dengan gelap dan dingin. Adolf menarik tubuh Renha mendekat.

"What?" Renha menunduk, memperkuat pendengarannya agar dapat mendengar perkataan Adolf.

"Jangan jauh-jauh." Adolf tersenyum ringan.

Senyum, please. Renha lu kenapa sih selalu aja irit senyum lu?--Batin Adolf.

"Kamu... jangan senyum. Nanti aku jatuh." Renha bersungguh-sungguh.

"Apaan." Adolf mengerutkan keningnya. Ia lalu menegakkan tubuhnya, membiarkan kepalanya menabrak dedaunan pohon yang berada tepat disisi jalan taman.

"Jangan nabrak ah." Renha menarik tubuh Adolf, menjaganya agar tidak menabrak dedaunan. Adolf kegirangan menyambut perlakuan Renha. Mereka melakukan adegan itu berulang kali tanpa bosan.

"Lo duduk aja. Tungguin." Adolf berlari kesana-kemari. Pandangan Renha terus fokus pada Adolf, pria idamannya itu.

"Hay." Tak berlangsung lama, Adolf duduk disamping Renha. Menyandarkan tubuhnya pada tubuh Renha.

"Lurusin kakinya Ado." Renha menarik kaki Adolf agar tidak dilipat. Adolf bersandar dipundak Renha.

"Nyaman." Adolf bergumam.

Me too, Ado.--Batin Renha.

"Kita main ayunan, yuk." Renha menarik tangan Adolf.
Di bagian tengah taman kota memang terdapat ayunan dan mainan untuk anak kecil lainnya. Adolf segera menyetujui ajakan Renha.

Hello From Distance.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang