Aku siap.
Bertanggung jawablah!
--A--Langit masih gelap saat aku membuka mata. Entah kenapa hidupku selalu dimulai dengan melihat pada kegelapan.
Aku kembali membaringkan tubuhku dikasur, masih bermalas-malasan.
Putar lagu aja..Aku mengambil hpku. Memutar lagu Naked dari James Arthur.
Hei, you there
Can we take it to the next level
Baby, do you dare?
Don’t, be scared
‘Cause if you can say the words
I don’t know why I still careSeakan bertanya pada diri sendiri, aku terus mendengarkan lagu ini. Aku takut, Renha. Kita bisakah bersama?
Aku mengambil hpku yang sedari tadi berisik itu.
"Jam 3 lewat 15." Aku berbicara pada diriku sendiri.
Bentar lagi pasti Renha bangun. Dia kan mau lari pagi. Baguslah tidak hanya aku yang ingin bersama.Aku mengotak-atik hpku. Entah kenapa. Aku tidak pernah selengket ini dengan hpku. Bahkan saat dahulu aku pacaranpun aku tidak pernah membawa hpku kemana-mana. Aku akan menghubungi, saat aku merasa perlu. Tapi kali ini, seakan aku ingin tahu apa saja yang kamu lakukan. Aku ingin kamu menghubungiku. Sesibuk apapun aku, aku ingin kamu tahu itu. Mungkin aku sudah gila.
*Karena kamu tidak sedang jatuh hati padaku. Aku tidak diposisi dimana aku ingin membuatmu jatuh, dan kamu tidak diposisi dimana ingin jatuh. Namun satu yang pasti, kita miliki jarak. Jarak itu menentukan kesanggupan kita, akan jatuh atau hanya terantuk. *
Status fb tanggal 11 februari dari Renha. Dia mengibaratkan perbedaan dengan kata jarak. Aku suka, setidaknya ia tidak menuliskan perbedaan kami dengan kematian. Menarik bukan? Aku hanya sekedar menekan like. Ingin aku membalas statusnya. Hanya saja aku tidak punya kalimat yang bagus untuk ku tulis. Aku tidak seperti Renha, jatuh cinta kepada kata.Jika jarak kita memang penentu, kamu harus tau aku sudah jatuh sejatuh jatuhnya.
*Jangan pikirkan segala hal. Pikirkan saja hari ini, kenali takdirmu. Cintai itu.*
Renha memang pandai merangkai kata. Statusnya bahkan selalu ku baca. Dahulu juga Kristin menyukai kegiatan membaca status dari Renha. Katanya bagus, Kristin hanya tidak tahu, Renha menuliskannya dengan hatinya.Hpku bergetar, menampilkan nama Ma Renha disana.
"Hallo."
"Udah bangun?"
"Ia. Kangen?"
"What?"
"Kangen."
"Hm... jijk. Aku siap-siap yah."
"Iaia. Tunggu aku didepan. Aku ngak bawa hp beb."
"Ok beb. Gpl."
Panggilan diakhiri. Aku segera bersiap-siap.
---
Taman kota kembali dihuni mereka. Terlihat seakan sepasang kekasih, mereka datang bersama, bergandengan tangan saat berjalan, seakan tidak ada jarak disana.
"Hari ini aku ramal akan hujan." Adolf merapikan rambut Renha.
Aku ngak peduli, Ado. Sama kamu aku ngak peduli.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello From Distance.
RomanceJangan menghilang, agar tidak ada yang merasa kehilangan. Renha menatap layar handphonenya, kepada sebuah kalimat yang tertera disana. Hasil tulisan tangannya, perasaannya. Sebenarnya sulit, mencintai temanmu. Apalagi jika temanmu bukan teman biasa...