Ada yang pernah mengatakan, Kamu adalah orang yang sama dengan kostum berbeda.
Katanya mau memakai kostum apapun, kamu tetap kamu sebagaimana namamu dikenal.
Seperti cinta. Ya, Cinta.
Cinta datang selalu membawa serta kostumnya.
Ada yang dipermudah dengan langsung dikenali cinta itu, namun ada pula dengan kostum. Sebagai kakak, sebagai saudara angkatan, teman, sebagai senior, sebagai bos, musuh, junior bahkan sebagai sahabat. Kamu hanya perlu cukup jeli untuk mengenal namanya. Dia, cinta.----
Adolf telah berlari mengitari lapangan sebanyak 8 kali. Namun ia tampak enggan untuk berhenti berlari. Ia terus memacu detak jantungnya. Tak ingin jantungnya berhenti berdebar. Adolf memaksa jaketnya untuk meninggalkan tubuhnya, ia membiarkan jaket berwarna merah ungu itu terhempas dipinggiran lapangan.
Renha adalah cinta yang datang dengan kostum. Renha pernah memusuhiku, aku lalu menjadi temanmu Renha, lalu mungkin sahabatmu. Kini aku melihatnya dalam kostum yang disamarkan. Cinta.
Pikiranku terus dipenuhi dengan Renha. Tentang bagaimana kami bertemu, bagaimana aku merasakan kostumnya tidak lagi menggangguku.
Hari itu hari pertama aku menginjakan kakiku di FKIP pendidikan matematika.
Gedung yang biasa saja menurutku. Aku melangkah dengan hati-hati karena hari itu hujan, padahal musim hujan sudah lama berlalu. Ah sudahlah.
Gedung itu dipenuhi mahasiswa, mungkin karena akan diadakan pertemuan dengan mahasiswa baru.
Seusai aku mendaftarkan diri, aku mengambil tempat dipojokan ruangan, menunggu senior memberikan pengumuman."Itu Raka. Cakep banget." Kumpulan cewe didepanku sangat berisik. Aku mencoba mencari sosok Raka, yang katanya tamoan itu, namun tidak ada yang tampan disini.
"Bisa diem ngak?" Aku menatap mereka kesal. Mereka balas menatapku.
"Eh tu cewe .. lihat deh. Deketin Raka!" Mereka terus saja berisik. Aku berpindah tempat lebih kedepan.
Saat hendak menduduki bangku, tasku menyenggol sesuatu. Aku menoleh cepat. Cewe itu menatapku nanar.
"Maaf. Ngak sengaja. Tapi lu boleh marah. Emang gue salah." Dia langsung berpindah tempat. Saat yang sama kumpulan cewe ditempatku sebelumnya seakan bersorak. Cewe judes itu tentu saja bukan Nella, tapi Renha."Capek..." Aku berbaring dipinggiran lapangan, ditempat jaketku berada.
"Aku tahu kamu pasti kirain aku manusia paling menyebalkan." Aku tertawa memikirkan Renha.
Setelah kejadian itu, Renha dan aku terus saja bertengkar. Aku ingat saat dia tiba-tiba menjadi baik padaku. Saat itu jam mata kuliah Fisika.
"Lu bantuin ngak? Ayolah. Udah bosan nih gue." Aku menarik tangannya. Wajahnya sama sekali tidak berpaling dari dosen.
"Gue gangguin terus." Aku kembali berbisik. Tangannya ku genggam sambil ku remas erat.
"Kristanto! Kedepan kelas." Pak dosen yang entah siapa namanya itu memanggilku, aku segera meninggalkan Renha.
"Ini yang diomongin bapak tadi. Kristanto memperkuat kedudukannya, dengan mencari cinta diruangan ini." Semua orang tertawa. Aku memang memperkuat kedudukanku saat itu, dengan mencintai Nella. Mungkin itulah kenapa Renha berhenti bertengkar denganku, karena ada Nella.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello From Distance.
RomanceJangan menghilang, agar tidak ada yang merasa kehilangan. Renha menatap layar handphonenya, kepada sebuah kalimat yang tertera disana. Hasil tulisan tangannya, perasaannya. Sebenarnya sulit, mencintai temanmu. Apalagi jika temanmu bukan teman biasa...