enambelas

53 4 0
                                    

"Cel, gua pulang duluan sama Zio ya, mau bernostalgia dulu." Ucap Nata setelah kami semua sampai di parkiran

"Eleh kutil dugong. yaudh iya, hati hati jangan macem macem lu." Tunjuk gue kepada Zio dan Nata

"Tenang, ga macem macem paling cuma semacem." Kekeh Nata

"Yaudh kita duluan ya Vig, Cel." Ucap Zio

"Yoi, btw Bram mana?." Tanya gue

"Lagi ngebujukin pacarnya yang lagi ngambek." Jawab Zio

"Lah Gladis kenapa?."

"Biasa si Bram ketahuan ngacengin degem." Kekeh Zio "yaudh ya, gua sama Nata duluan." Ucap Zio menggenggam tangan Nata dan melangkah masuk kedalam mobil

*bunyi klakson mobil Zio*

"Cel?." Panggil Vigo setelah mobil Zio menghilang

"Yaa?." Tanya gue

"Bernostalgia juga ayok." Ajak Vigo menarik tangan gue masuk kedalam mobil

"Mau kemana." Tanya gue setelah memasang seat belt

"Tempat ngedate pertama kali kita kan di mall, jadi gue mau ngajak lu ke pelabuhan." Jawab Vigo yang langsung gue geplak

"Ga nyambung bego, tempat awal ngedate di mall kenapa malah jadi ke pelabuhan."

"Aduh." Vigo mengusap kepalanya "ya kan kalo ke mall udah sering, jadi gua mau ngajak lu ke pelabuhan sunda kelapa aja."

"Bodo amat Vig." Ucap gue yang dibalas kekehan oleh Vigo.

Vigo mulai mengendarai mobil keluar dari parkiran, selama diperjalanan gue dan Vigo sesekali mengejek satu sama lain dan terkadang bernyanyi bersama. Tak seberapa lama kita sampai, Vigo memarkirkan mobilnya diantara mobil mobil yang terpakir lainnya. Setelahny Gue dan Vigo pun keluar dari mobil

"Kenapa lu ngajak gue kesini?." Tanya gue sambil melihat sekitar yang banyak dengan kapal kapal.

"Supaya beda aja dari yang lain." Jawab Vigo. Vigo melirik jam di pergelangan tangannya yang telah menunjukan pukul 17.13 WIB

"Cel, kesana ayok, benter lagi senja." Ucap Vigo sambil menarik tangan gue.

Sore itu gue dan Vigo menghabiskan waktu dengan menikmati senja, dengan tangan Vigo yang berada diatas tangan gue

"Kenapa yang indah selalu cepat berlalu?." Ucap gue setelah senja yang indah telah berubah menjadi gelap malam

"Jangan bandingkan apa yang datang dengan apa yang telah pergi."

"Maksudnya?."

"Ya karena semua itu sama. sama kaya cinta, yang membedakan adalah perilaku dan sikap, justru perbedaan itulah yang harus dipertahankan."

"Cel." Panggil Vigo

"Hmm." Jawab gue

"Ga semua yang bersandar itu berlabuh, dan ga semua yang singgah itu betah."

"Karena mereka hanya ingin ditemani bukan dilengkapi." Tambah gue

"Gue ingin menjadi rumah lu Cel."

"Kenapa?."

"Karena sejauh apapun gue pergi, gue bakalan kembali kerumah." Ucap Vigo sambil tersenyum

Gue mengusap wajah Vigo pelan "Ga cocok lu melankolis kaya gini." Kekeh gue membuat Vigo memanyunkan bibirnya

"Ga asik lu ah, ga jadi sosweet kan." Rajuk Vigo

"Yaudh ah ayo pulang, di tungguin bunda ntar." Ajak gue yang diangguki Vigo

Vigo jongkok di depan gue..

"Eh, mau ngapain?." Tanya gue

"Gue gendong, cepet naik. Pegel ini." Gue pun naik ke punggung Vigo, melentangkan kedua tangan gue dengan rambut yang berterbangan dibawa semilir angin

"Gue terbang yey."

"Bocah dasar." Ucap Vigo yang langsung gue geplak

"Vig." Panggil gue

"Apa?."

"Makasih."

"Untuk?."

"Semuanya."

"I love you." Bisik gue

"I love you to."

FreakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang