Part 15 - Two annoying guests

25.5K 1.5K 44
                                    

Juno baru saja bangun dari tidurnya dan hendak menuju ke ruang makan untuk sarapan saat bel pintu berbunyi. Alisnya terangkat sambil melirik jam dinding yang baru menembus jam setengah delapan pagi.

Dengan langkah berat, dia membuka pintu dan tertegun menatap dua orang yang sudah berdiri di depan apartemennya. Satu orang cowok dan satu orang cewek. Dia langsung mendengus kesal sambil menatap judes kearah tamu tak diundang itu. Dasar tidak tahu aturan, rutuknya.



“Mau ngapain lu kesini pagi-pagi?!”, desis Juno ketus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Mau ngapain lu kesini pagi-pagi?!”, desis Juno ketus.

Yang diketusin malah main masuk tanpa dipersilahkan sementara satu orang lagi masih berdiri didepan pintu dengan ekspresi kaget melihat temannya yang langsung menyerbu masuk ke rumah orang tanpa dipersilahkan.

“Mana Claire? Dia dimana?”, tanya cowok yang nggak tahu sopan santun itu sambil mengedarkan pandangannya sekeliling.

“Easy, Ed. Jangan terlalu panik kayak gitu”, ujar cewek yang Juno yakin bernama Chelsea, teman satu profesi dan juga sahabat Claire.



“Pada kurang kerjaan amat sih pagi-pagi udah samperin orang?!”, cetus Juno sewot sambil menutup pintu lalu  berjalan menuju ke meja makan dimana sudah tersedia menu sarapan yang porsinya tidak seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Pada kurang kerjaan amat sih pagi-pagi udah samperin orang?!”, cetus Juno sewot sambil menutup pintu lalu  berjalan menuju ke meja makan dimana sudah tersedia menu sarapan yang porsinya tidak seperti biasanya. Seperti dibuat untuk dimakan beberapa orang.

“Dimana Claire, bro??? Bisa-bisanya lu tinggal bareng sama dia! Apa lu nggak tahu kalau nyokapnya bakalan marah kalau tahu dia tinggal sama cowok macam lu?”, cetus Edward dengan tatapan tidak suka.

Juno langsung melotot kearah Edward. “Maksud lu apa tinggal sama cowok kayak gue?! Lu pikir gue bakal apain cewek barbar itu?!”.

“Harus berapa kali gue bilang jangan ngatain dia kayak gitu”, balas Edward kesal.

“Memang kenyataannya begitu”, sahut Juno kalem sambil duduk lalu meneguk kopinya dengan santai.

“Jadi, kamu yang namanya Juno?”, tanya Chelsea sambil mengambil duduk tepat dihadapan Juno.

Juno mengangguk saja. Dia memperhatikan siluet wajah cantik yang unik dari cewek yang terlihat meraih cangkir kosong untuk mengisinya dengan teh dari teko kecil disitu, seolah sudah terbiasa dengan situasi yang ada di meja makan tanpa sungkan sama sekali. Dasar tidak tahu aturan juga, pikir Juno.

“Claire dimana, Juno?!!!”, untuk kesekian kalinya Edward bertanya dengan gemas.

Juno langsung berdecak kesal kearah sepupu yang seumuran dengannya itu. Kenapa sih pagi-pagi dia harus berhadapan dengan sepupunya yang ribet itu? Udah nggak ketemu selama dua setengah tahun nggak membuat mereka harus merasa kangen atau sekedar tegur sapa. Heck!

“Ini masih pagi! Otomatis Claire masih tidur atau lagi mandi! Apa perlu gue ingetin jam berapa lu datang kerumah orang tanpa tahu jam berkunjung sekarang?!”, sewot Juno kesal.

“Duduk, Edward! Sini! Kita sarapan dulu karena Claire udah siapin sarapan buat kita”, panggil Chelsea dengan santai. Dia sudah mengunyah french toast dengan cueknya tanpa dipersilahkan sama sekali oleh tuan rumah.

“Kenapa juga kamu main makan aja tanpa permisi?”, celetuk Juno dengan alis berkerut.

Why? Apa kamu nggak lihat porsi sarapan yang banyak ini?”, balas Chelsea tanpa merasa berdosa.

“Lagian juga lu nggak usah ngomong soal permisi. Karena jelas-jelas disini yang nyerobot orang tanpa permisi itu adalah lu!”, ujar Edward dengan suara datar. Dia sudah mengambil kursi kosong yang ada disamping Juno.

“Gue nggak ngerti apa maksud lu barusan”, sahut Juno acuh. Dia meraih omelette kesukaannya lengkap dengan sosis panggang dan kentang tumbuk.

“Lu masih berlagak nggak ngerti? Gue udah lihat info terbaru soal kalian yang datang ke cocktail party Jumat lalu. Apa-apaan maksud lu yang main gandeng Claire kayak gitu?!”, ujar Edward berapi-api.

Juno memutar bola matanya. “Ingatkan gue untuk protes sama nyokap gue karena terlahir dengan mempunyai sepupu model kayak lu. Sumpah deh lu malu-maluin gue banget. Emangnya kenapa sih lu sampe sebegini sewotnya? Apa lu udah dengar cerita yang sebenarnya dari gue? Atau dari Claire? Lu pikir gue kesana atas inisiatif sendiri? A big NO! Gue diajak sama pujaan hati lu itu”.

“What? Nggak mungkin!”, bantah Edward dengan wajah tidak rela. Chelsea hanya terkekeh saja melihat mereka berdua yang sedang berargumen.

“Lagian juga ada yang perlu gue sampaikan juga, Ed. Stop mengejar-ngejar Claire mulai dari sekarang karena dia udah jadi pacar gue”.

Edward yang sedang meneguk orange juice-nya langsung tersedak dan menatap Juno dengan tatapan kaget. Sementara Chelsea masih menekuni sarapannya sambil mendengarkan dengan kalem.

“Kalau bercanda jangan kelewatan! Atas dasar apa lu berani bilang kalau Claire itu pacar lu?! No! Gue nggak percaya! Lu pasti memaksa dia untuk melakukan semua itu!”, ucap Edward dengan tatapan menuduh.

Juno memutar bola matanya. Dia menatap Chelsea yang masih terlihat tenang tanpa perlu merasa kaget dengan perkataan Juno barusan.

“Tanyain aja sama dia. Gue yakin Claire pasti curhat banyak soal itu”, ujar Juno sambil menunjuk kearah Chelsea dimana cewek itu sudah mengangkat alisnya dengan tatapan datar. Edward langsung mengikuti arah yang ditunjuk Juno dan menuntut penjelasan.

“Chels, emangnya yang Juno bilang itu bener? Mereka berdua itu beneran pacaran?”, tanya Edward kemudian.

Chelsea mengerjap sesaat lalu menatap Edward. “Memangnya dengan mereka nggak pacaran pun apakah lu bisa mendapatkan Claire, Ed?”.

Balasan Chelsea itu spontan membuat Juno tertawa geli karena ekspresi Edward yang terlihat jengkel. Dia tidak tahan dengan lelucon yang ada meskipun dia merasa prihatin dengan Edward saat ini. Apa mau dikata? Dia tidak berniat untuk merebut Claire dari Edward, salahkan saja keadaan yang membuat dirinya harus berada dalam posisi untung dimana dia bisa mencium Claire dan kenyamanan yang tidak disengaja ditawarkan setelah kejadian itu.

“Ada apa ribut-ribut begini?”, terdengar suara Claire dari belakang, spontan ketiganya menoleh kearah Claire yang sudah rapi dengan terusan selutut berwarna biru pastel.

Juno tersenyum saja melihat sosok Claire yang menarik setiap harinya. Semenjak dia cuti, dia bisa melihat penampilan Claire di setiap paginya dimana cewek itu berangkat bekerja setiap pukul delapan pagi. Apalagi kalau Claire sedang terburu-buru dan melakukan pekerjaannya dengan cepat. Cukup menggemaskan.

“Claire, emangnya bener kalau kamu udah pacaran sama Juno?”, tanya Edward tanpa basa basi sambil beranjak berdiri menghadap Claire.

Cewek itu mengerutkan alisnya menatap Edward lalu menoleh kearah Juno dengan ekspresi datar. Dia tidak menjawab Edward dan berjalan mengitari meja makan lalu duduk disamping Chelsea.

“Claire?”, tanya Edward lagi sambil terduduk kembali menatap Claire yang duduk dihadapannya.

“Haruskah itu dipertanyakan, Ed?”, tanya Claire dengan jenuh.

“Sure! Karena aku butuh penjelasan kenapa kamu bisa terima dia dan aku nggak”, jawab Edward langsung.

“Can you just shut your mouth, Ed? Eat your breakfast now!”, tegur Chelsea dengan mimik wajah kesal.

Edward mengabaikan teguran Chelsea dan menatap Claire dengan tajam, sementara Claire hanya menghela nafas sambil membalas tatapan Edward dengan emosi yang tertahan.

Unwanted Kiss (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang