"Mai!" teriak Iqbal di depan kelas Mai. Teriakan Iqbal yang membahana membuat seisi kelas langsung menengok ke arah pintu kelas. Cewek cewek yang berada dikelas pun langsung heboh.
Kyaa, Kak Iqbal ngapelin gue pasti
Geer lo, dia ngapelin gue
Udah mending gue aja
"Eh, Rei lo juga. Keluar lo berdua," teriak Iqbal lagi.
Mai dan Rei bertatapan sekilas lalu keluar kelas menghampiri Iqbal. "Apaan sih Bang?" tanya Mai ketika sudah sampai di depan Iqbal.
"Ikut gue. Cewek cewek pada liatin gue tuh" ucap Iqbal percaya diri. "Mereka pada liatin gue kak bukan elo" sanggah Rei.
"Pedean lo... Udah ayo ikut gue. Oh ya Rei, panggil gue Abang oke?"
Rei terdiam sejenak. Sedetik, ia tersenyum, "Oke!"
Iqbal membawa Rei dan Mai ke depan laboratorium Sains yang jarang dikunjungi orang karena katanya angker.
"Jadi sebenernya mau ngomong apa sampe ke tempat sepi gini?" tanya Rei memulai pembicaraan.
"Jadi gini...." ekspresi Iqbal terlihat serius, membuat Mai dan Rei bersiap atas segala kemungkinan yang akan terjadi.
"Karena ternyata...." Mai dan Rei jadi takut-takut mendengar apa yang akan Iqbal ucapkan.
"Ternyata...." Iqbal menggantungkan kalimatnya membuat Mai kesal dan menampar pipi abangnya.
Tidak keras tapi itu tamparan yang mantap. Membuat Iqbal meringis kesakitan memegangi pipinya.
"Dasar adek durhaka. Abang ganteng gini ditabok mulu. Kasihan kan pipi gue. Ntar kalo gue gak ganteng lagi gimana? Gue gak keren lagi gimana?" protes Iqbal lebay.
Rei maju selangkah dan menepuk bahu Iqbal seolah sudah akrab, "Sabar Bang, mending lo ditampar adek lho sendiri. Kan lebih menyakitkan kalo ditampar sama gebetan"
"Lo bener juga ya Rei. Gue baru tau otak lo ternyata pinter juga kek dia" Iqbal menunjuk Mai.
"Ah udah, sebenernya lo mau ngomong apa sih Bang?" ucap Mai tidak sabar.
"Oh, gue cuma mau bilang lo pulang bareng Rei ya. Atau lo mau sekalian ke rumah Rei? Ntar gue jemput." jawab Iqbal santai.
Mai melotot tak percaya. Sedangkan Rei menaikkan sebelah alisnya sembari menatap Iqbal.
"Maksud lo?!" ucap mereka berdua bersamaan
"Ya Allah kompak banget lo berdua. Omongan gue kurang jelas? Oke karena gue ganteng dan baik hati akan gue perjelas." Iqbal berdeham, "Gue hari ini mau latihan basket terus les sampe malem. Jadi Mai, lo pulang dianter Rei. Atau mungkin lo mau pulang ke rumah Rei? Ntar gue jemput," tambahnya.
Mai menghela napasnya, "Gue pulang naik angkot atau taksi aja Bang"
"Kenapa?" tanya Iqbal bingung.
"Kasihan entar Rei nya repot" Mai membuat alasan.
"Lo hari ini ada agenda apa?" tanya Iqbal menoleh ke arah Rei.
"Hari ini gak ada agenda gue"
"Lo nggak keberatan kan nganterin Mai pulang?"
"Nggak" Rei menggeleng pelan.
Mana mungkin Rei keberatan mengantar Mai pulang? Yang ada ia malah ingin mengantar Mai pulang. Daripada Mai naik angkot atau taksi kan mending dianter sama Rei.
"Oke, masalah selesai. Silakan kembali ke habitat kalian" suruh Iqbal.
Mai langsung berbalik tanpa pamit pada abangnya. Disusul Rei yang juga berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMA
Teen FictionCover by: @ryan_ourdream7 (IG) "Cinta pada pandangan pertama adalah cinta yang paling jujur. Cinta yang lepas dari topeng dan kepura-puraan hubungan" ----------- Seperti itu lah yang dirasakan Melvino Alvis Rei saat p...