Rei menghentikan motornya di depan rumah Mai. Mai lalu turun dan melepas helmnya menatap sesosok wanita paruh baya yang kini sedang berada di halaman rumahnya sambil membawa selang.
Menyadari akan keadaan Mai dan Rei, wanita itu mematikan selangnya lantas berlari kecil ke arah gerbang. Wanita itu membukakan gerbang dan menatap keduanya yang kini juga sedang menatap wanita paruh baya itu.
"Eh, non Mai udah pulang" kata wanita itu.
"Kok malah berdiri di sini nggak langsung masuk kayak biasanya non?" Tanya wanita itu.
"Bi Dewi... Kapan baliknya?" Mai mengerutkan dahinya bingung.
"Sudah dari pagi non, maaf Bibi lupa kasih kabar atuh non"
"Eh, gak papa. Kaget aja Bi Dewi udah balik"
Bi Dewi tersenyum "Yaudah non sama temen non sekarang masuk masuk aja"
Mai mengangguk mengerti. "Eh tapi dia..." Mai menunjuk Rei yang masih setia di depan rumahnya.
"Tadi kata den Iqbal, Mas Rei disuruh masuk" kata Bi Dewi menyampaikan pesan.
"Udah atuh non, ayo masuk. Ayo Mas Rei mari masuk. Temen-temen udah pada nungguin" setelah Bi Dewi mengucapkan itu Mai dan Rei akhirnya masuk walau ada sedikit kebingungan di antara mereka.
Mereka berdua lantas masuk dan memarkirkan sepeda Rei di halaman rumah Mai. Mai dan Rei menatap ke arah sepeda motor yang jelas-jelas bukan sepeda milik Iqbal.
"Loh, sepedanya Dimas sama Vero kenapa ada di sini?" Tanya Rei heran.
"Mana gue tahu" ucap Mai datar.
Mereka pun masuk ke dalam rumah setelah memarkirkan sepeda Rei. Dan benar saja, di sana sudah terdapat Dimas, Vero, Arsa, Lia serta Iqbal dan juga Acha yang saat ini tengah bersantai ria sembari memakan cemilan.
"Hmm, berasa di rumah sendiri astaga" sindir Mai membuat mereka yang sedang menonton film sembari makan cemilan pun menoleh ke arah Mai dan Rei.
Arsa, Lia, dan Iqbal yang sudah biasa mendengar kalimat-kalimat pedas Mai pun hanya menoleh lantas kembali menonton film tak menghiraukan ucapan Mai barusan.
Sedangkan Dimas, dan Vero merasa jleb mendengar perkataan Mai.
Apa kita gak sopan ya? Batin Vero dan Dimas.
"Mai, kasihan Vero sama Dimas tuh. Jadi jleb kan denger ucapan Lo" Rei mengusap kepala Mai sambil terkekeh. Sekarang mengusap kepala Mai adalah favorit bagi Rei.
"Ih, suka-suka gue!" Balas Mai sambil menyingkirkan tangan Rei dari kepalanya.
"Manis deh" ucap Rei tersenyum.
"Apa?" Tanya Mai, ingin mendengar sekali lagi.
"Lha apa?" Tanya Rei balik.
"Apaan sih kok malah tanya balik?!"
"Emang apaan? Udah nonton film aja" ajak Rei, menarik tangan Mai untuk duduk di sofa.
Mereka semua akhirnya menonton film dengan khidmat. Film horror yang berdurasi sekitar hampir dua jam, sukses membuat mereka yang menonton ketakutan. Ada yang menggigit jarinya seperti Vero. Lia dan Arsa yang menonton dari balik bantal. Ada juga Acha takut-takut berani. Serta Iqbal yang melihat dari sela jarinya atau bahkan sampai meringkuk ketika adegan menyeramkan muncul. Sungguh, perilaku Iqbal ini teramat lebay.
Jika Vero, Lia, Arsa, Acha, dan Iqbal ketakutan, tapi tidak bagi Rei, Mai, dan juga Dimas yang menonton dengan santainya sembari melahap popcorn yang pas untuk dimakan saat menonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMA
Novela JuvenilCover by: @ryan_ourdream7 (IG) "Cinta pada pandangan pertama adalah cinta yang paling jujur. Cinta yang lepas dari topeng dan kepura-puraan hubungan" ----------- Seperti itu lah yang dirasakan Melvino Alvis Rei saat p...