1. Pertemuan

169 32 83
                                    

Sinar mentari menerobos masuk lewat jendela kamar yang pemiliknya sekarang ini sedang menyisir rambutnya di depan cermin.

Ia menggendong ranselnya setelah menyisir rambut panjangnya. Walau tidak memakai make up, gadis itu tetap terlihat cantik dengan gaya naturalnya.

Mai menuruni tangga menuju meja makan. Namun saat sampai, ia heran karena tidak ada abangnya, Iqbal disana. Hanya ada ibunya yang sedang duduk menghadap laptop. Ayahnya saat ini sedang berada di luar kota untuk urusan pekerjaan. Karena tak mau berlama-lama di dekat ibunya, Mai mengambil sepotong roti dan langsung pergi begitu saja.

"Mai, mau kemana nak? Ayo sarapan dulu," tegur ibunya, Lina.

"Abang kemana?" tanya Mai tanpa menghiraukan ucapan ibunya.

"Sudah berangkat tadi. Ayo kamu sarapan dulu nak," pinta Lina dengan suara lembut. "Kamu berangkat sama mama ya" tambah Lina yang membuat Mai membalikkan badannya.

"Hah? Kenapa?" ucap Mai tidak suka.

Lina ibunya menghela napas pelan. "Mama harus mengurus data kamu Mai. Mama sibuk waktu itu jadi belum sempet mengurus data daftar ulang pendaftaran sekolah kamu" jelas Lina.

"Yaudah sih, Mai berangkat dulu. Kan tinggal nyusul" kata Mai sambil menggigit rotinya.

"Mai! Ayo duduk dan sarapan dulu!" tegas Lina dengan tatapan yang tajam. Mai memutar bola matanya jengah. Mau tidak mau Mai menuruti perkataan ibunya. Ia duduk dan  memakan sarapannya dengan cepat.

Setelah selesai sarapan, mereka berdua masuk ke dalam mobil dan menuju ke SMA baru Mai, SMA Kusuma Wijaya.

Hari pertama masuk sekolah biasanya diisi dengan kegiatan MOS seperti upacara penerimaan siswa baru dan keliling sekolah bersama pengurus OSIS. Tapi berbeda dengan Mai. Dia mendapat ijin untuk tidak mengikuti MOS karena mengikuti Lina untuk mengurus datanya.

Jangan tanya kenapa Lina baru mengurus datanya sekarang. Karena kesibukannya itu, ia tak bisa mengurus data daftar ulang yang harus diurus oleh Lina sendiri. Oleh karena itu, ia meminta ijin agar mengurus datanya di hari ia senggang.

Mereka kini sampai di depan ruang Kepala Sekolah. Ibu Mai mengetuk pintu itu dan masuk ke dalamnya diikuti Mai.

Saat masuk, mereka berdua heran. Ternyata ada dua orang lagi selain Mai dan ibunya. Satu wanita paruh baya yang satu seorang laki-laki yang sepertinya juga murid sini. Mereka dan kepala sekolah melihat ke arah Mai dan ibunya.

Lina terkejut saat melihat sosok wanita seumurannya. Bagaimana tidak? Seseorang pasti terkejut saat melihat sahabatnya yang sudah lama tidak bertemu. Lina langsung menghampiri sahabatnya itu yang juga berdiri untuk menghampiri Lina.

"Nita! Apa kabar?" sapa Lina sambil memeluk sahabatnya. Nita yang membalas pelukannya pun menjawab "Baik Lin. Kamu sendiri baik juga kan?".

Sementara Lina dan Nita sedang reuni, Mai menatap lelaki itu yang juga menatapnya.

M. Alvis Rei

Mai membaca name tag di baju lelaki itu. Setelah itu ia mengalihkan perhatiannya ke arah lain. Mai tak sadar jika Rei masih melihatnya.

  Cinta pertama adalah cinta yang paling jujur. Cinta yang lepas dari topeng dan kepura-puraan hubungan.

Rei tersenyum kecil memikirkan pepatah itu. Mungkin pepatah itu memang benar batin Rei.

Setelah acara reuni kecil-kecilan ala Lina dan Nita, Lina memberikan berkas pada kepala sekolahnya  Mrs.Linda yang sedari dari hanya menonton dan bisa dibilang menjadi obat nyamuk.

REMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang