Seorang gadis tengah kesal, karena tak kunjung mendapatkan driver ojek. Sudah lima belas menit sejak Mai berdiri di gerbang ditemani handphonenya. Berkali-kali gadis itu memencet handphonenya memesan ojek online, namun semua driver tengah sibuk. Mai menghela napas, berulang kali juga kakaknya mengirim chat padanya untuk pulang bersama. Tentu saja Mai menolaknya. Karena sedang kesal akhirnya Mai memblokir kontak Iqbal.
Suara sepeda motor menyapa telinga Mai, tapi tak ia pedulikan. "Mai!" panggil seseorang. Mai menoleh dengan kesal "Apa sih bang? Gue gak mau pulang sama...." ucapan Mai terhenti ketika pengendara sepeda motor tersebut membuka helmnya.
"Bukan abang lo kok" Rei menyengir.
"Pulang bareng yuk! Kalo lo nunggu gojek bakal lama" ajak Rei. Mai berpikir sejenak, ia jelas tak mau menunggu lama lebih baik dengan Rei toh dia gak bakal nagih uang bensin. "Yaudah" balas Mai.
"Yaudah apa?" goda Rei.
"Yaudah gue pulang bareng lo!" Mai menatap kesal Rei. Moodnya masih belum membaik.
"Buruan naik" Mai lantas naik ke motor Rei.
Rei belum menjalankan motornya. Ia mengetikkan pesan ke seseorang terlebih dahulu lalu menjalankan motornya. "Mai mampir dulu yaa" ucap Rei. "Ha?" Mai tidak mendengar apa yang diucapkan Rei barusan.
"Mampir bentarrr" kini Rei menaikkan volume suaranya.
"Terserah loo" ucap Mai yang direspon Rei dengan anggukan.
Tak sampai 15 menit hingga mereka sampai di sebuah tempat. "Yuk turun!" ajak Rei. Mai pun turun dan menatap bangunan yang ada di depannya ini. Cafe? tanya Mai dalam hati.
Rei yang sudah turun lalu menggandeng Mai masuk ke dalam Cafe, dan Mai melototi Rei saat ia menggandengnya. Rei hanya pasang wajah nyengir kuda dan mempererat genggaman supaya Mai tidak bisa melepasnya.
Mereka pun masuk dan memilih tempat yang dekat dengan jendela. Saat mereka duduk, seseorang dengan pakaian pelayan mendekati meja mereka.
"Silakan Kak, menunya"Mendengar suara yang tak asing, Mai mendongak. Lantas ia mendapati abangnya yang memang memakai baju maidservant.
Jadi ceritanya, setelah tahu bahwa Mai memblokir Iqbal. Anjer gue diblokirr rutuk Iqbal. Iqbal pun menyerah dan memilih pergi ke Cafe untuk merencanakan sesuatu yang sejak tadi sudah terniatkan. Choco Cafe adalah cafe milik teman sekelasnya, sehingga ia bisa meminta untuk meminjam baju maidman dan menjadi pelayan sementara. Demi membalikkan mood adiknya. Yah walaupun mungkin Rei yang akan berperan lebih besar. Ia tak hanya merencakan bersama Rei saja tapi juga Vero, Dimas, Arsa,Lia juga Acha.
Mai mengambil menu yang diserahkan Iqbal. Ia pura-pura tak kenal saja, ia bahkan mulai menebak-nebak rencana Iqbal. "Makasih Mas, btw mukanya mirip kek seseorang bikin kesel aja" ucap Mai dengan nada pedas. Rei menahan tawa mendengar ucapan Mai. Sedangkan Iqbal menahan emosi karena adiknya ini.
"Nih" Mai menyodorkan menu pada Rei.
"Lo gak pesen?" tanya Rei.
"Liat muka yang mirip kek dia jadi gak mood" balas Mai.
"Ehhh, jangan gitu dong Maiii" balas sebuah suara yang muncul dari belakang kursi Mai. Ternyata itu adalah suara Acha.
"Jangan lampiasin ke pelayannya dong kasihan" ucap Lia.
"Walau mukanya mirip bang Iqbal yang bikin enek sih" sahut Arsa.
Lalu Dimas dan Vero yang berada di belakang kursi Rei pun menampakkan diri. "Mai, Happy Birthday!!" ucap Vero ceria. "Ngaco Lo, emang dia ultah ni sekarang" balas Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMA
Teen FictionCover by: @ryan_ourdream7 (IG) "Cinta pada pandangan pertama adalah cinta yang paling jujur. Cinta yang lepas dari topeng dan kepura-puraan hubungan" ----------- Seperti itu lah yang dirasakan Melvino Alvis Rei saat p...