Chapter 8

6.3K 372 53
                                    

Disclaimer © Masashi Kishimoto

Story' © NieyaNaruHinaLovers

Pairing : NaruHina

Warning!!!
Jika bosen tinggal klik tombol 'Back' nya

.

.

.

.

.

Happy Reading

🌻🌻🌻

Menghirup udara pagi memang baik untuk pernapasan, dan itulah yang dilakukan Naru kini. Menghirup dan membuang dengan perlahan, ia melakukannya berulang, membuat dadanya yang sedikit terasa sesak perlahan menghilang.

"Berada di rumah sakit benar-benar membosankan," gumam Naru, ia menutup matanya, merasakan hembusan angin pagi yang sejuk. Menerpa kulit wajahnya yang masih terlihat pucat, membawanya mengingat kembali kejadian tempo hari lalu, saat bagaimana ia memeluk gadis indigo-nya dengan erat. Sampai rasa nyeri di kepalanya kembali datang menyerang, bahkan lebih nyeri dari sebelumnya, begitu pula dengan tulang-tulang persendiannya terasa sakit berlipat. Membuat dorongan pelan dari Hinata pada tubuhnya dapat terlepas dengan mudah.

Semakin sakit dirasa saat Hinata berlalu pergi begitu saja meninggalkan dirinya, sebelum ia menyelesaikan ucapannya. Hinata berlari sekuat tenaga menjauhi Naru dengan berlinang air mata, bahkan teriakan Naru saat memanggil dirinya tak Hinata pedulikan sedikitpun. Tak menyadari Naru yang mengerang kesakitan sembari mencengkram kepalanya. Dan kegelapan mengambil alih seutuhnya kesadarannya.

Naru membuang membuang napasnya pelan, matanya yang masih terpejam terbuka secara paksa. Saat merasakan ada seseorang yang duduk dibangku samping kursi rodanya. Naru menoleh dan sontak terkejut saat tahu siapa seseorang tersebut.

"Hi-hinata..." lirihnya.

Naru kembali dibuat terkejut saat Hinata menubrukkan tubuhnya dan memeluk dirinya erat. Bibir mungil Hinata berujar maaf berulang kali, dan Naru bisa merasakan bahunya yang basah karena air mata Hinata.

"Maafkan aku Naru, maaf. Aku memang gadis bodoh, bahkan begitu jahat padamu. Maaf, maaf, maaf," Hinata terisak di bahu Naru, tangannya meremas bagian belakang baju pasien yang Naru kenakan.


Naru mencoba melepaskan pelukan Hinata, namun Hinata semakin mengeratkan pelukannya.

"Maaf," ucapan itu terus Hinata lontarkan, tanpa melonggarkan pelukannya.


"Hinata-chan, se-sesak!" ucapan Naru sontak membuat Hinata melepaskan pelukan mautnya.

"Kau ingin membunuhku, ya?" Naru tersengal dengan wajah cemberut. Ia mengatur napasnya yang tercekat, tak lama senyum tipis terukir dari bibir pucatnya.

"Maaf," kembali ucapan itu keluar dari bibir Hinata, kepalanya menunduk sembari menghapus air matanya.


MUNGKINKAH?(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang