Chapter 18

6.5K 369 94
                                    


Naruto © Masashi Kishimoto

Mungkinkah © NieyaNaruHinaLovers

Pairing : NaruHina

Warning !!!

Typo(s).
Jika bosan tinggal klik tombol 'Back' nya

Don't Like Don't Read

.

.

.

.

.

***

Menma mencengkram jaket hoodie yang Naruto kenakan. Menatap tajam shappire milik sang adik, yang sama seperti miliknya. Naruto yang ditatap tajam hanya balas menatap Menma dengan tatapan malas dan jengah.

"Aku muak mendengarmu berbicara seolah-olah kau tak memiliki orang tua dalam hidupmu! Apa kau tidak memikirkan perasaan Kaa-san juga Tou-san, hah?" ujar Menma dengan penuh amarah.

"Menma...

"Biarkan aku beri anak ini pelajaran Tou-san, jangan halangi aku," Menma langsung memotong panggilan Minato.

"Sudahlah Menma, adikmu sedang sakit. Ingat kata dokter," timpal Kushina mencoba melerai cengkraman Menma pada Naruto, namun Menma semakin erat mencengkram jaket hoodie tersebut. Membuat tubuh Naruto sedikit terangkat dan tubuh Kushina kembali mundur.

"Biar Kaa-san, kekerasan kepala yang dimilikinya harus dilunakkan," desis Menma tanpa menatap sang Ibu, "Apa kau pikir Kaa-san dan Tou-san tak menyayangimu, hah? Mereka sangat menyayangimu! Mereka begitu sedih, khawatir dan cemas serta ikut merasakan sakit saat melihat kau terbaring lemah tak berdaya. Kenapa kau masih saja bersikap dingin dan acuh pada Tou-san juga Kaa-san? Dimana hatimu, hah? Setidaknya hargai perasaan mereka, dengan kau tidak berkata yang membuat hati Kaa-san juga Tou-san terluka. Mereka orang tuamu Naruto, orang tua kita!" imbuhnya geram dengan gigi yang bergelutuk, matanya pun memerah menahan emosi yang seperti ingin meledak jika ia tak ingat tempatnya kini berada.

Naruto memegang tangan Menma guna melepaskan cengkraman pada jaketnya. Tatapan yang awalnya malas kini menatap tajam sepasang shappire yang sama seperti miliknya.

"Khe...orang tua ya?" kekehnya tersenyum kecut,
"Dan aku pun lelah mengatakannya padamu. Kau mungkin terbiasa merasakan bagaimana kasih sayang dari orang tua, Menma-nii. Tapi tidak denganku, aku tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tua walaupun aku memiliki mereka di sisiku, kau tahu kenapa? karena mereka terlalu sibuk memperhatikan anak sulungnya sehingga lupa dengan keberadaan anak bungsu dan mengabaikannya," imbuhnya dengan suara dingin.

"Kau bilang kalau aku tidak menghargai perasaan mereka, dan menyakiti hati mereka?" Naruto kini melontarkan pertanyaan pada sang kakak dengan mata yang berkilat tajam pun sudah memerah.

"Lalu bagaimana denganku, hah? Apa mereka pernah menghargai dan memahami perasaanku sedikit saja? Tidak pernah!! Mereka terlalu sibuk memberikan kasih sayang mereka untukmu, tanpa mempedulikan ku yang juga membutuhkan kasih sayang dari mereka!" sentak Naruto tersulut emosi, dengan napas yang memburu menahan sesak di dadanya.

MUNGKINKAH?(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang