"Ali... di...dia meninggal ma!!!" Prilly histeris dipelukan mamanya terlihat bingung.
"Tenang dulu sayang, tenang.. kamu jangan kayak gini inget ada baby didalam sini, ii gak boleh kayak gini" Alya menenangkan Prilly yang menangis histeris dipelukannya dengan mengingatkan bahwa ada calon anaknya yang akan ikut setress bila dia tidak bisa tenang.
Setelah beberapa menit akhirnya Alya berhasil menenangkan Prilly, kini putrinya itu sedang beristirahat.
Dan sampai saat ini Alya masih bingung dengan sikap Prilly yang tiba-tiba histeris, berkata yang membuat Alya terheran-heran. Ali meninggal?
"Ma...."
"Iya sayang, kamu udah tenang nak?"
"Ali ma, dia udah gak ada... dia.. dia udah ninggalin aku selama-lamanya..." Prilly kembali menangis sambil berkata dengan terbata. Alya sampai mengerutkan dahinya heran.
"Maksudnya apa i? Ali? Dia.."
"Iya ma.. Ali udah gak ada, tadi aku dengar sendiri dari suster yang lagi beresin ruang ICU yang Ali tempati. Makanya tadi aku syok banget dengarnya." Dengan suara terbata sambil berderai air mata Prilly menjelaskan penyebab dirinya histeris begini.
Cklek
"Nah itu Ali..." tunjuk Alya setelah membalikkan badannya karena mendengar pintu dibuka. Dipintu berdiri sosok mama mertua yang mendorong kursi roda dan dibelakangnya ada Vivah kakaknya Ali.
"A...ali, ka-kam...u masih hidup?" Prilly sampai bangun dari tempatnya dengan mulut menganga tak percaya. Apa-apaan ini? Kenapa tadi suster itu bilang kalau pasien diruang ICU sudah meninggal.
Prok
Prok
Prokk
"Bagus banget dramanya! Keren.." ucap Prilly tersenyum kecut. Ia merasa dibohongi. Prilly merasa kalau semua ini adalah sandiriwara yang Ali buat sengaja untuk memancingnya agar mau datang kerumah sakit.
"Mam, sebaiknya kita tinggalkan mereka berdua." Ucap Dewi.
"Jangan ma, ini semua Vivah yang buat. Tadi Vi sengaja menelpon ii dengan beralasan keadaan Ali parah supaya ii tau keadaan suaminya, supaya dia tau kalau Ali gak bisa tanpa dia!" Ucap Vivah buka suara. Sebenarnya Vivah sama sekali tidak berniat untuk membuat Prilly sampi sehisteris ini. Tapi pikir Vivah sepertinya Prilly salah paham.
"Jadi ini semua ka vi yang buat? Ka vi yang bikin drama ini? Jawab ka!" Tanya Prilly dengan suara mengeras. Sebelumnya tidak pernah Prilly mengeluarkan suara keras seperti ini pada siapapun, apalagi Vivah yang sudah ia anggap kakak sendiri.
"Maaf i, sebelumnya kakak minta maaf.. tapi ini bukan drama, Ali emang benar-benar sakit dan.."
"Dan dia mau mati iya? Ka vi tega banget sama aku! Aku belain malam-malam kesini karena khawatir, tapi ternyata semua ini cuma drama yang kalian buat? Kakak tega banget sama aku.." Prilly tak kuasa menahan tangisnnya. Prilly merasa ditipu oleh keluarganya sendiri. Ia bahkan rela mempertaruhkan calon anaknya sendiri dengan berlari-lari hanya untuk melihat keadaan suaminya. Tapi ternyata semua itu hanya.. ah rasanya Prilly ingin menjerit marah.
"Gak gitu i, Ali gak tau apa-apa.. dan kakak juga gak tau kalau kamu sehisteris ini, padahal kakak cuma ngasih tau keadaan Ali." Jelas Vivah.
"Tunggu dulu deh, mama rasa disini ada kesalahpahaman antara vi, ii sama suster tadi."
"Suster? Suster siapa ma? Dimana?" Vivah menautkan alisnya bingung.
"Jadi gini vi, tadi pas ii dikasih kabar sama kamu katanya kan Ali ada diruang icu, nah pas kita sampe rumah sakit kita langsung ke icu dan di icu itu ada dua suster yang lagi beresin kamarnya. Terus gak tau kenapa tiba-tiba ii langsung histeris sampe gak sadar, mama kan posisinya dibelakang dia jadi mama gak begitu jelas dengar suster itu ngomong apa." Jelas Alya panjang lebar agar tidak terjadi salah paham lagi. Alya baru sadar bahwasanya putrinya itu sedang salah paham dan sensitif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please. Forgive Me
FanfictionSebuah kebohongan besar dimasa lalu membuat Ali dibenci oleh Prilly. Ali harus merelakan dirinya kehilangan keluarga yang merupakan sumber kebahagiaannya, dibenci pula oleh keluarga besarnya, bahkan dihujat habis-habisan oleh para fansnya. Kebohonga...