PFM#14

2.2K 199 15
                                    

"Semua ini salah uta mi, kalau saja uta bantuin uti nyebrang semuanya nggak akan kayak gini." Uta menangis histeris dalam pelukan Prilly. Tepat setelah terjadi kecelakaan tersebut Ali dan Prilly datang, dan mereka langsung membawa uti kerumah sakit.

"Sssttttt... udah sayang, nggak ada yang salah, semuanya kecelakaan. Uta nggak boleh nyalahin diri sendiri sayang."

"Benar sayang kata umi, uta jangan sedih lagi ya... pasti uti baik-baik aja." Ali mengelus kepala uta dalam pelukan Prilly. Semuanya terjadi begitu saja, niat Ali dan Prilly menjemput Uta untuk mengajak makan bersama diluar, malah mendapat kejutan luar biasa membuat semua persendiannya lemas seketika.

"Ooohh.. jadi ini semua gara-gara kamu!! Heh anak sialan, kalau sampe terjadi sesuatu sama uti, kamu akan menerima akibatnya!" Tiba-tiba Widi datang memaki lalu mendorong tubuh uta hingga tersungkur kelantai.

"Widi!! Apa-apaan sih lo??" Bentak Ali tak terima sambil menyingkirkannya untuk menjauh. Wanita itu sangat keterlaluan.

"Dia udah bikin anak kita celaka li! Wajar dong aku marah sama dia!"

"Semua itu kecelakaan wid!! Lo jangan menyalahkan uta!"

"Tap..."

"Maaf permisi..."

Saat Ali dan Widi berdebat dokter yang menangani uti menghampiri mereka dengan wajah sulit diartikan.

"Iya dok, dokter bagaimana keadaan anak saya?" Tanya Prilly cemas. Wajahnya menyiratkan kekhawatiran luar biasa. Karena walau bagaimanapun uti sudah ia anggap seperti anak kandungnya, ia yang merawat dari bayi sampai besar seperti sekarang.

"Keadaannya saat ini kritis, uti mengalami pendarahan hebat, oleh karena itu membutuhkan transfusi darah secepatnya."

"Ya Allah... dokter, lakukan yang terbaik untuk uti dok."

"Pasti. Saya pasti melakukan yang terbaik untuk putri mba Prilly, tapi... masalahnya baru saja saya mendapat informasi kalau stok golongan darah B sedang kosong dirumah sakit ini."

"Ambil darah saya dok." Ucap Ali.

Ucapan Ali seketika membuat wajah Widi pucat pasi. Tidak, Ali tidak boleh mendonorkan darahnya.

"Jangan! Eummm.. maksud aku biar aku aja yang donorin darahnya, aku ibunya dok." Widi terlihat gelagapan hingga membuat semuanya menoleh. "Hampir saja keceposan. Bego, bego.." Widi mengutuk dalam diri.

"Kenapa harus elo?" Tanya Ali curiga.

"Enggak, maksudnya tuh.. takutnya golongan darah kamu sama uti gak sama, soalnya kan yang aku dengar anak perempuan itu cenderung lebih ke ibunya." Terang Widi gugup. Melihat sikap Widi yang aneh membuat Ali mengerinyitkan dahinya heran. Seperti ada yang disembunyikan.

"Kalau begitu mba langsung ke ruangan pengambilan sample darahnya saja." Ucap dokter Wira.

"Baik dok." Widi mengangguk ragu.

"Sebenarnya gue juga gak tau golongan darah gue sama apa nggak dengan anak itu." Widi membatin.

Entahlah, pikirannya saat ini hanya tak ingin segalanya terbongkar sia-sia.

-------------------------

"Bagaimana sus sudah selesai?"

"Sudah dok, golongan darah ibu Widi dengan pasien tidak cocok."

"Segera beri tahu keluarga pasien, dan minta untuk semuanya cek golongan darah, siapa tahu diantara mereka ada yang golongan darahnya sama dengan pasien." Ucap dokter Wira yang langsung dibalas anggukan oleh suster.

Please. Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang