Akhirnya bola panas yang selama ini memanaskan keluarga Ali dan Prilly terkuak kebenarannya. Semua hanya karena kurang komunikasi yang menyebabkan kesalahpahaman semakin melebar kemana-mana.
Malam ini keluarga besar Ali dan Prilly berkumpul untuk menyaksikan kembalinya Ali dan Prilly. Ya, mereka telah sepakat rujuk. Sudah jelas penyebab pertengkaran mereka adalah sebuah kesalahpahaman. Jadi tidak ada yang perlu di korbankan.
Keluarga besar mereka berkumpul juga sekalian untuk syukuran 4 bulan kandungan Prilly. Prilly sangat bersyukur sejauh ini kandungannya begitu kuat saat dia mengalami berbagai masalah, Prilly bangga pada calon anaknya, Prilly yakin kelak calon anak dalam kandungannya ini akan menjadi orang hebat dan kuat, buktinya saat dalam kandungan saja dia sangat kuat.
"Hey.. ngapain disini? Senyum-senyum sendiri lagi." Ali menghampiri Prilly yang sedang duduk disebuah ayunan berbentuk oval dan ikut duduk di sebelahnya.
"Aku bangga banget sama calon baby kita, dia ini baby terkuat. Bahkan selama ini dia nggak pernah meminta apapun dari aku." Ucap Prilly sembari mengelus perutnya yang sudah mulai terlihat buncit.
"Aku minta maaf ya, semua karena aku." Ali menundukkan kepalanya sedih. Teringat masalah yang telah mereka lalui karena perbuatannya. Coba saja waktu bisa di putar ulang, ingin rasanya Ali mengatakan semua kebenarannya dari awal.
"Hey, udah dong, udah berapa kali coba kamu ngucapin maaf? Udah nggak keitung sayang. Udah ya, semua udah terlewati. Yang penting kita masih sama-sama sampai detik ini." Ucap Prilly mengelus pipinya menenangkan. Prilly tahu Ali tidak sepenuhnya bersalah, ada orang lain yang berperan penting atas masalahnya ini.
"Makasih ya sayang, kamu udah kasih aku kesempatan. Aku cinta kamu." Ali mematap dalam mata coklat yang selalu menghipnotisnya itu. Tangannya terulur mengelus lembut pipi yang semakin terlihat berisi milik Prilly.
Prilly mengangguk kemudian menyenderkan kepalnya pada dada bidang yang selalu membuatnya nyaman. Ali dengan senang hati membungkus tubuh mungil milik istrinya itu. Biarlah malam ini menjadi saksi atas kembalinya dua insan manusia yang mempunyai cinta begitu besar. Bahkan mungkin bulan saja iri pada pasangan ini, mereka mempunyai cinta yang besar yang membuat mereka bisa kembali pada cinta abadinya.
-------------
Oeeeeeekk
Oeeeeekkk
"Cup cup sayang, Ina laper ya? Sini mimi dulu sama umi." Prilly mengangkat tubuh baby Ina yang beratnya sudah mencapi 10kg di usianya yang baru genap 2 bulan.
Oeeeekkk
"Lohh.. abang Inu juga laper ya? Sebentar ya sayang, gantian."
"Iya umi.. abang Inu laper ni, mau mimi." Baru saja Prilly meletakkan baby ina dan berniat mengangkat baby inu yang merengek minta jatah, ternyata sudah ada Ali yang mengangkatnya.
"Ini sayang." Ali memberikan inu hati-hati pada Prilly yang sedang tersenyum menatap mereka.
"Terimakasih abi."
"Oh iya, kakak Uti sama abang Uta udah berangkat bi?" Tanya Prilly sembari tangannya menepuk pelan pantat Inu agar tertidur kembali.
"Belum, masih.."
"Umi..."
"Umi.."
Belum juga Ali menyelesai ucapnnya, kedua anak laki-laki dan perempuan itu datang dengan saling berebut masuk.
"Abang, kakak, jangan berisik. Dede lagi bobo." Ucap Prilly pelan. Jari telunjuknya ia letakkan di bibir mengisyaratkan agar tak berisik.
"Abang sama kakak tunggu di luar aja yuk sama abi?" Ajak Ali sambil menggiring Uti dan Uti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please. Forgive Me
FanfictionSebuah kebohongan besar dimasa lalu membuat Ali dibenci oleh Prilly. Ali harus merelakan dirinya kehilangan keluarga yang merupakan sumber kebahagiaannya, dibenci pula oleh keluarga besarnya, bahkan dihujat habis-habisan oleh para fansnya. Kebohonga...