PFM#13

3.2K 262 17
                                    

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam. Masuk li..."

"Bawa apa itu?" Alya mengerinyitkan dahinya ketika melihat Ali membawa sesuatu di tangannya.

"Ini mi, Ali bawain mainan buat Uta."

Alya mengangguk paham. "Kebetulan kita lagi sarapan, sekalian ikut sarapan yukk?" Ajaknya.

"Tapi mi, nanti Uta.."

"Udah, jangan dengerin apa kata Uta. Malah dengan kamu terus deketin, lambat laun Uta pasti terima kamu lagi."

"Hayoo siapa yang datang niiiih..." Lanjut Alya sembari kembali bergabung di ruang makan dan di diikuti Ali dibelakang nya.

Trakkk

"Oma, ngapain ajak dia kesini?" Uta menggeser piring berisi sarapannya dengan kasar hingga menimbulkan suara. Alhasil Prilly dan yang lain mengalihkan pandangan mereka pada Uta.

"Uta!!" Tegur Prilly sembari menggelengkan kepalanya. Rupanya waktu sebulan belum cukup bagi Uta untuk menerima kembali abi-nya. Satu bulan sudah Ali rutin bolak-balik kerumah mertuanya untuk terus meyakinkan dan membuktikan pada Prilly bahwa ia mau bertanggung jawab sebagai seorang suami dan abi bagi anak-anak mereka. Dan selama sebulan itu juga Ali tidak pernah lagi pulang kerumah miliknya dan Prilly, rumah mewah itu masih tetap ditinggali oleh Widi dan Uti. Selama sebulan ini Ali pulang kerumah mamanya di Bekasi, namun lebih sering pulang ke apartemen karena lokasinya yang strategis, terutama dekat kerumah orang tua Prilly.

"Uta udah kenyang! Mau berangkat sekolah!!"

"Abi anterin ya?" Tawar Ali.

"Gak usah!!"

"Uta!! Jangan kasar!" Kali ini Prilly tidak tahan lagi melihat perlakuan Uta pada Ali. Seburuk-buruknya Ali, dia tetaplah ayah kandungnya Uta, Prilly tidak ingin anaknya menjadi anak durhaka.

"Umi bentak Uta??" Ucap Uta dengan suara bergetar dan mata berkaca. Sebelumnya Prilly tidak pernah membentak, apa lagi memarahinya seperti ini. "Umi jahatttttttt...!!" Uta berlari keluar tanpa menghiraukan panggilan dan teriakan siapa pun.

"Mang Asep, kita berangkat sekarang." Katanya pada mang Asep supir pribadi keluarganya setelah sampai luar.

"Loh den, kenapa nangis?" Mang Asep yang melihat majikan kecilnya itu berkata dengan suara bergetar dan wajah memerah sontak saja khawatir. Ada apa gerangan.

"Gak apa-apa kok mang, ayook kita berangkat sekarang." Balas Uta kemudian bergegas menaiki mobil. Tidak mau melihat majikan kecilnya lebih kesal lagi, mang Asep langsung mengangguk lalu bergegas menaiki mobil.

"Mang Asep.. tunggu mang," Prilly menghentikan mang Asep yang akan melajukan mobilnya.

"Iya mba pril?" Mang Asep membuka kaca jendela mobilnya.

"Uta, maafin umi ya sayang..?" Ucap Prilly menyesal. Prilly menghampiri tempat duduk Uta dibelakang setelah mang Asep membukakan pintunya.

Namun Uta hanya diam tidak membalas atau sekedar merespon.

"Sayang, maafin umi... umi gak bermaksud bentak Uta, umi cuma..."

"Mang Asep, ayokk berangkat! Udah siang nih, Uta bisa telat." Bukannya membalas perminta maafan umi-nya, Uta malah menyuruh mang Asep untuk segera berangkat. Sepertinya Uta benar-benar marah.

"Tapi den..."

"Gak apa-apa mang Asep, berangkat aja. Aku gak mau Uta terlambat kesekolahnya." Sela Prilly menyuruh supirnya untuk menuruti permintaan anak sulungnya tersebut. "Hati-hati ya sayang, maafin umi, I love you..." Prilly mengecup dahi putranya lembut sebelum akhirnya membiarkan mobil itu berlalu.

Please. Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang