PFM#15

2.2K 192 5
                                    

...

"Uti adalah putri gue dan Widi!"

"Saat itu Widi tidak sengaja ketemu Ali, dan disanalah semua berawal."

"Awalnya Widi ngejebak Ali dengan cara berpura-pura hamil supaya dia mau ninggalin istrinya, tapi saat itu Ali bersikeras menolak dan tidak mengakui perbuatannya, karena memang dia tidak pernah berbuat. Disanalah Widi merasa frustasi, dia tidak mau kehilangan kesempatan kedua untuk ngedapatin apa yang dia mau. Akhirnya gue diminta Widi buat ngehamilin dia."

"Karena dia tahu Ali bukanlah orang bodoh yang mau percaya gitu aja tanpa ada bukti, dengan segala kebodohannya yang sudah dirasuki setan dia merelakan dirinya hamil tanpa suami. Bahkan saat itu gue pernah menawarkan menikah dengan dia tapi dia menolak, tetap bersikeras mengancam Ali supaya mau menikahinya."

"Bahkan saat itu Ali masih tetap tidak percaya, namun juga tidak mau Widi bertindak bodoh menghancurkan keluarganya yang sedang bahagia-bahagianya. Akhirnya dia memutuskan untuk bertanggung jawab tapi dengan satu syarat, hanya sekedar memenuhi kebutuhan Widi untuk kandungannya. Di situ Widi mau menerima dari pada tidak sama sekali. Ali sering berkunjung diam-diam tanpa sepengetahuan istrinya."

"Singkat cerita, Widi melahirkan dan dia mengurus bayinya dengan baik. Waktu itu Ali datang karena mendapat kabar Widi sudah melahirkan, Widi meminta Ali untuk menikahinya, namun sayang Ali tetap bersikukuh tidak mau menikahi Widi. Akhirnya Widi marah, benar-benar marah dan mengancam akan membunuh bayinya, perang besar terjadi saat itu tepat gue datang dan gue manyaksikan sendiri di depan mata gue Widi mau membanting bayinya. Dengan segala keberanian gue, gue menyelamatkannya, entah kenapa gue yang bajingan ini tidak bisa melihat bayi itu terluka, walau sedikitpun."

"Setelah Widi ditangani dokter, Ali berniat membawa bayi itu pergi, saat itu gue sempat melarang dia, karena walau bagaimanapun bayi itu adalah darah daging gue, tapi disitu gue juga sadar kalau gue yang bajingan ini tidak akan mampu merawatnya, mau gue kasih makan apa dia nanti. And finally, Ali membawa bayi itu pulang dengan alasan yang tidak pernah gue tahu, yang gue tahu istrinya mau menerima bayi itu, padahal dia juga sedang punya bayi, yaitu Uta."

"Bohong! Apa yang dia katakan semuanya bohong!! Bajingan ini cuma mau uang, dari dulu dia selalu ngancem aku buat dapatin apa yang dia mau. Li, kamu percaya sama aku kan? Uti anak kamu li, dia anak kita." Pekik Widi setelah Arka mengakhiri cerita panjangnya.

"Manusia ular kayak elo memang nggak ada niatan tobat ya? Lo sudah terpojok tapi tetap berkelit, buat apa gue bohong? Toh nggak ada untungnya." Ucap Arka dengan gelengan kepala tak percaya. Perempuan yang pernah ia cintai ternyata tidak lebih seorang penjahat.

"Semua sudah jelas, siapa Uti sebenarnya. Dia bukan ANAK GUE! Jadi lo angkat kaki dari hadapan gue sekarang juga dan jangan pernah mengganggu kami sebelum gue laporin lo ke polisi. Silahkan pergi Widi!" Cetus Ali menatap Widi tajam. Rahangnya mengeras menahan amarah.

"Oke gue pergi, tapi sebelum itu gue mau lo duluan pergi ke neraka prilly!"

Brughhh

"Awssss...shh."

"Umiiiii..." Pekik Uta dan Uti berlari menuruni anak tangga.

"Widi! Apa yang lo lakukan?" Ali sangat terkejut melihat Widi dengan nekadnya mendorong tubuh Prilly hingga perutnya membentur sudut meja yang lancip.

"Gue nggak suka dia bahagia terus, sementara gue selalu menderita! Biar dia rasain, kalau dia nggak mati, setidaknya bayinya yang mati!" Widi tertawa puas saat melihat Prilly merintih kesakitan meremas perutnya sebelum akhirnya dia pergi karena dua orang security menyeretnya.

"Awwsssa... shh. Ali sa-kit.."

"Apa yang sakit sayang? Kamu tenang ya, kita kerumah sakit sekarang."

"Abi darah,"

"Astaghfirullah, darah?" Ali semakin panik ketika melihat darah mengalir di balik dress yang Prilly kenakan. Ali langsung menggendong Prilly untuk dibawa kerumah sakit.

"Abi Uta ikut."

"Uti juga abi."

"Kalian dirumah aja ya, abi janji umi baik-baik aja, oke?" Ucap Ali lembut. Akhirnya Uta dan Uti mengangguk setuju.

..............................

"Bagaimana keadaan istri saya dokter?" Ali langsung mengajukan pertanyaan saat dokter yang menangani Prilly keluar dari ruang UGD.

"Syukurlah bapak langsung membawanya kerumah sakit, kalau tidak, mungkin janinnya tidak dapat di selamatkan mengingat benturan yang cukup keras." Ucap dokter yang ber-nametag Reihan tersebut.

"Terimaksih dokter,"

"Kalau begitu, saya permisi." Ali mengangguk.

"Ali, gimana Prilly?" Tanya Alya tergopoh menghampiri Ali di depan UGD. Tersirat kekhawatiran di wajahnya yang sudah tidak lagi muda namun tetap terlihat cantik. Tadi Alya mendapat telpon dari Ali kalau Prilly masuk rumah sakit.

"Masih di dalam ma,"

"Bagaimana bisa ini terjadi? Kalian berantem lagi?"

"Nggak ma, panjang ceritanya, nanti aku jelasin, kita liat Prilly dulu ya ma." Alya mengangguk lalu masuk kedalam UGD.

"Sayang, kamu baik-baik aja? Apa yang kamu rasain?" Tanya Alya sembari mengelus dahi Prilly lembut. Alya merasa iba melihat keadaan putrinya. Akhir-akhir ini Prilly mendapat ujian yang begitu berat, tapi dia tetap tegar. Kalau ia ada di posisi Prilly mungkin Alya sendiri tidak bisa setegar putrinya itu.

"Aku baik-baik aja ma, mama jangan khawatir." ucap Prilly pelan tersenyum tipis.

"Permisi pak, bu.. pasien akan di pindahkan ke ruang rawat."

"Iya sus."

"Mari pak, bu.." Ali dan Alya mengangguk mengikuti suster yang membawa Prilly. Kondisi Prilly memang belum dikatakan baik, makanya harus dirawat agar mendapat penanganan langsung dari dokter.

"Mama keluar dulu ya, mau kabarin papa." Pamit Alya.

"Iya ma."

Sepeninggal Alya, Ali mendekati Prilly lalu duduk dikursi samping brangkar.

"Ada yang sakit sayang?" Tanya Ali sambil mengelus rambutnya pelan.

Prilly menggeleng sembari tersenyum simpul.

"Li, aku.."

"Aku mau minta maaf sama kamu, aku udah jahat sama kamu, aku juga udah nggak percaya sama kamu." Ucap Prilly dengan mata berkaca.

"Harusnya aku lebih dewasa menghadapi masah kita, harusnya aku nggak begitu saja percaya sama wanita itu, harusnya aku..."

"Sstttt.. udah sayang, udah ya, kamu nggak perlu minta maaf. Aku ngerti kondisi kamu saat itu, ini bukan sepenuhnya salah kamu, aku juga salah. Kita hanya harus lebih banyak lagi belajar." Ali membawa Prilly kedalam pelukannya. Mengelus punggungnya menenangkan sembari mencium pucuk kepala istrinya lembut.

..............

No edit!

Dapat kabar tidak mengenakan dari wattpad tentang funfiction. Tapi...
Yasudahlah aku tetap semangat. Tujuanku menulis karena memang hoby ko😊

See you😙

Please. Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang