7#Perih

3.5K 256 8
                                    


Satu bulan sudah Ali dan Prilly pisah rumah, keduanya masih betah dengan kehidupan masing-masing tanpa mempedulikan ada seseorang yang menjadi korban atas ke egoisan mereka.

Uta. Ya, Uta adalah korbannya, korban perpisahan dua orang dewasa karena permasalahan rumah tangga yang belum terselesaikan. Meskipun mereka hanya pisah rumah tapi Uta cukup merasakan perbedaannya, selama seminggu Uta seperti anak yang kehilangan arah. Keluar rumah hanya saat sekolah, setelahnya Uta mengurung diri dikamar. Prilly, Alya, Arya, Aldo, Dewi, Vivah bahkan sampai suami Vivah yang biasa cuek pun ikut membujuk keponakannya itu, tapi tetap saja tidak ada yang mempan. Uta memang tidak pernah memberitahu kalau ia rindu abi-nya, tapi Prilly cukup peka. Dan salahnya Prilly masih enggan berkomunikasi dengan Ali, dan parahnya lagi, Ali pun tidak berusaha datang barang untuk menjenguk anaknya. Rumah tangga mereka kini sedang diuji memang.

"Gimana i, Uta udah mau diajak ngomong?" Tanya Arya. Kini mereka sedang berkumpul diruang keluarga. Memang setiap malam minggu mereka menyempatkan untuk berkumpul bersama, ada Dewi dan Vivah juga yang ikut bergabung. Sayang kurang satu orang. Ali

"Aunty ii, Uta kenapa emang?" Sahut Lea anak sulung Vivah. Lea kini sudah beranjak remaja, tumbuh menjadi gadis cantik dan pintar.

"Enggak apa-apa sayang, biasalah anak kecil suka ngambek." Prilly membalas sambil menyunggingkan senyum tipisnya.

"Yaelah, katanya udah gede, tapi masih suka ngambek."

"Eh Lea, masa adiknya lagi ngambek diledekin sih, Lea  juga dulu suka ngambek!" Vivah menyahut.

"Hehe, mommy nih buka aib aja.." cengir Lea membuat semua orang yang melihatnya terkekeh. Anak itu memang paling pandai kalau soal mencairkan suasana.

"Bu, ibu..." Sarah asisten rumah tangga mereka tiba-tiba lari tergopoh menghampiri mereka.

"Kenapa mbak Sarah?" Tanya Prilly khawatir. Melihat wajah mbak-nya itu membuat Prilly khawatir.

"Anu bu, itu.."

"Itu apa?"

"Abang Uta, dia pingsan." Prilly langsung berlari menaiki tangga tanpa menghiraukan siapapun. Seketika persendiannya terasa lemas mendengar mbak Sarah memberitahu kalau putranya pingsan. Mereka yang tadinya sedang bercengkrama ikut panik dan menyusul Prilly.

"Utaaaa!!! Ya Allah nakkk, bangun sayang.." Prilly terduduk membawa tubuh lemas Uta kedalam pelukannya. Air matanya tumpah tidak terbendung lagi.

"Utaaaa...!"

"Gimana ceritanya mbak bisa kayak gini?"

"Saya gak tahu bu, tadi saya masuk bawain makanan buat abang, tapi abang nya udah pingsan dilantai."

"Al, cepat siapin mobil!" Pekik Arya. Melihat keadaan cucu satu-satunya yang terkulai lemas dilantai dengan wajah pucat membuat Arya panik bukan main.

"Kita bawa Uta kerumah sakit,"

"Iya pi," Prilly melepaskanpelukannya, membiarkan papi-nya membawa putra satu-satunya itu.

---

"Gimana Uta tante?"

"Iya win, gimana keadaan cucuku?"

"Uta baik-baik aja kan?"

"Ii, mas, mbak, duduk dulu, satu-satu ya nanya nya. Jadi begini, menurut diagnosa, Uta diduga mengalami gejala tifus." Dokter Winda yang merupakan masih kerabat dekat keluarga Prilly menjelaskan setenang mungkin agar mereka tidak shok mendengarnya.

Please. Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang