Part 1

1.3K 121 24
                                    

Laut Selatan, 30 Juni 1994

Air laut memenuhi seluruh dadaku.

Aku tidak bisa bergerak. Kakiku lumpuh, tanganku seakan enggan membawaku keatas.

Tolong. Seseorang tolonglah aku.

Aku takut. Cahaya matahari semakin hilang dari pandanganku. Ini semakin gelap. Ini semakin dingin. Aku sangat takut.

Satu persatu inderaku mati. Aku tenggelam, sudah sangat dalam. Perasaan, pengelihatan, pendegaran. Semua inderaku melumpuh.

Kemudian aku mendengar sebuah suara tepat disebelah telingaku ketika harapanku untuk hidup hampir sirna.

"Talula, akhirnya aku menemukanmu"

.
.
.

"Oh Tuhan, Seokjin akhirnya kau siuman" seorang wanita menangis sambil memeluk Seokjin sesaat ia siuman.

"Yoongi, kau berat" keluh Seokjin

"Ah maaf maaf aku terlalu senang" Yoongi melepas pelukannya dan menatap Seokjin dengan lekat .

"Sudahlah jangan menangis. Kau membuatku sedih" Seokjin menghapus air mata sahabatnya itu dan memeluknya lagi semakin erat

"Maaf ya, aku sepertinya merusak kebahagiaan pengantin baru. Aku tidak tau kalau canoku akan terbalik"

"Kau juga kebahagianku Seokjin. Aku tidak bisa membayangkan jika aku kehilagan sahabatku. Ah tidak, kau saudariku"

Sebuah pintu terbuka dan menampilkan pria bersurai silver membawa buah dan bunga. Ia terkejut melihat Seokjin telah sadarkan diri.

"Noona! Syukurlah!" Katanya sambil tersenyum lebar dan berlari menuju ranjang Seokjin. Dan dibalas dengan lambaian Seokjin yang berusaha menenangkan tangisan sahabatnya itu.

"Sayang, ayolah sudah menangisnya. Aku juga ingin memeluk Seokjin noona" Protesnya pada istrinya itu

"Dasar tidak pengertian" Yoongi menggerutu pada suaminya itu dan melepas pelukannya pada Seokjin

"Noona, kami sangat khawatir. Aku senang Noona sudah siuman" jimin memeluk Seokjin erat

"Astaga. Kau sudah punya istri kenapa masih memelukku seperti ini huh? Di depan istrimu lagi" Yoongi hanya tersenyum melihat interaksi kedua orang yang ia cintai itu.

"Tidak boleh? Kan aku bilang seumur hidup aku akan menjadi adik kecilmu"

"Lepas lepas. Dasar bayi besar" Seokjin melepas pelukannya

"Jadi? Bagaimana aku bisa disini?"

"Kau ditemukan di dekat bukit karang oleh warga setempat yang membantu kami dan penjaga pantai mencarimu. Yoongi sudah histeris karena kau hilang selama satu setengah jam. Jujur aku juga sudah putus asa" Jimin menjelaskan pada Seokjin

"Kukira juga aku sudah mati" Seokjin tertawa, dalam hatinya bersyukur dia bangun di rumah sakit. Bukan di surga. Oh, atau neraka mungkin.

"Yah! Kenapa kau tertawa? Ini tidak lucu sama sekali" Yoongi memarahi Seokjin. Dan faktanya memang dia terkenal ketus. Semua orang juga akan bingung kenapa Jimin bisa jatuh cinta pada wanita tsundere seperti Yoongi.

"Aku juga tidak mengira ini lucu. Tapi, ya.. aku bersyukur bisa bangun lagi. Dan bertemu kalian lagi. Iya kan chim?" Seokjin menyubit gemas pipi Jimin dan menggerakkannya ke kanan dan kiri. Jimin hanya tersenyum lucu. Sementara Yoongi heran dengan kelakuan dua orang di depannya itu.

"Oh ya, apa kau sudah hamil?" Celetuk Seokjin pada Yoongi dan membuatnya membelalakan mata .

"Ini baru tiga hari setelah kami menikah Seokjin. Ya Tuhan, pertanyaan macam apa itu?" Yoongi menjawab ketus dan Seokjin hanya terkekeh

Across The Sky [Namjin FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang