Benar. Pertarungan antar dewa tertinggi memang tak jarang berlangsung damai. Apalagi pertarungan melawan Azoc yang memang terkenal dengan keserakahannya, bahkan dewa dunia alam baka pun tak seserakah dirinya. Azoc dengan legiunnya menunggu pasukan dewa lain di kuilnya. Memang tak banyak dewa yang mendukungnya, tapi jangan lupakan dia adalah dewa tertinggi disini, ditambah pasukan istrinya dan putrinya. Tentu tak mudah mengalahkannya.
"Hei bocah! Mengajakku perang huh? Mana kedewasaanmu?" Azoc tersenyum licik membuat Bada geram
"Kalau bukan karena kau adalah dewa paling tamak dan paling tidak bijaksana disini. Aku juga tidak mau berperang" Bada ikut tersenyum licik merasa bahwa perkataannya sangat pas untuk menohok perasaan Azoc.
"Tahu apa kau bocah cengeng? Jadi berperang demi manusiamu ?" Azoc tak tau malu rupanya
"Dia Talula putrimu. Dulu kau binasakan dia dari dunia ini , lalu apa untungmu membinasakan dia saat sudah menjadi manusia?"
"Cih, harusnya kau malu Bada! Kalau kau ingat lagi siapa yang menodai Talula, lalu ingat juga rencanamu menjadikan anak cacat itu menggantikanmu? Menolak takdir dan mau membuat seluruh bumi tau keberadaan kita hah?!? Mau menyama ratakan kita dengan manusia?" Bada geram, campur aduk rasanya. Beberapa perkataan Azoc benar, kalau saja ia tidak bijak mungkin ia sudah termakan dengan omongan Azoc yang mengarahkan bahwa ini semua terjadi karena ulahnya.
"Suatu saat wanitamu itu akan mati, dia itu manusia. Takdirnya memang begitu" Azoc tersenyum licik lagi. Sontak tak hanya Bada yang geram, semua pasukannya mulai naik pitam dengan kesombongan Azoc.
"Tenang. Bijak" Keta maju ke barisan berusaha menenangkan Bada
"Lihat, bahkan dengan perang ini kau masih butuh dukungan ibumu? Bocah"
"Jaga sikapmu Azoc. Beginikah dewa tertinggi berlaku?" Keta mulai angkat bicara
"Jangan sok bijak kau wanita jelek" Eter, istri Azoc yang paling ia cintai mencela omongan Keta.
"Tenang. Omongan wanita bodoh itu tak akan membuat ibu bergeming" Keta tersenym menatap Bada yang tak terima Ibunya diperolok.
"Dasar pasangan keparat!" Suara itu membuat seluruh pasukan menoleh. Darya dengan gagahnya datang ke situ, membuat semuanya heran. Bahkan kakinya sudah tampak kuat dan badannya berbeda sekali saat dulu ia belum dilatih. Hanya keluarganya saja yang tahu bahwa ia sudah mendekati sempurna sekarang. Azoc mulanya kaget dengan penampakan Darya.
"Oh sudah tidak pincang?"
"Lancang sekali kau Azoc!" Keta sangat geram
"Bu" Darya mengangguk, seolah berkata ia baik baik saja. Ia naik sejajar dengan Azoc.
"Aku harus bersyukur ada di barisan ini, kakakku Bada. Dan asal kalian tahu, aku adalah anak kandung mereka" Darya menunjuk Azoc dan Eter dan membuat semua terperangah akan kata katanya. Termasuk Azoc dan Eter yang baru mengetahuinya kalau ternyata Darya bukan anak yang dibuat Keta. "Kalau saja Ibu Keta dan Ayah Votan tak menyelamatkanku di lembah ratap, kupastikan aku sudah di alam baka sekarang. Atau aku tidak cacat, dan mereka menerimaku, pasti aku sudah menjadi jahat seperti mereka" Darya tersenyum.
"Kenapa? Kaget? Aku ini anak yang kalian buang!!"
"Siapa yang mau menerima anak cacat sepertimu?" Azoc masih dengan sikap tamaknya
"Aku. Aku serta Ibu dan Ayahku. Bahkan Darya jauh lebih baik dibanding ayah kandungnya yang selalu merasa sempurna. Padahal busuk dan lebih rendah dari iblis"
"Terimakasih telah membuangku. Terimakasih karena membuatku benci padamu dan membangun kekuatanku untuk memusnahkanmu. Perang ini bukan hanya untuk cinta Bada saja. Tapi ini semua untuk kami yang muak dengan ketamakkanmu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Across The Sky [Namjin FF]
Fanfic(GS) Air laut memenuhi seluruh dadaku. Aku tidak bisa bergerak. Kakiku lumpuh, tanganku seakan enggan membawaku keatas. Tolong. Seseorang tolonglah aku. Aku takut. Cahaya matahari semakin hilang dari pandanganku. Ini semakin gelap. Ini semakin d...