Hari ini sesuai dengan rencana Namjoon, Hoseok datang ke apartemen Seokjin untuk melakukan pemeriksaan. Namjoon berkata pada Seokjin ia khawatir dengan Seokjin yang sering lelah sehingga ia meminta dokter Jung untuk memeriksa Seokjin.
"Selamat Seokjin-ssi, kelelahan dan mual itu bukan pertanda buruk. Anda tengah mengandung, kira-kira usianya 1 bulan" Hoseok tersenyum pada Seokjin
"Hamil dokter? Anda yakin dokter" Seketika wajah Seokjin kaku mendengar berita itu iya menoleh pada Namjoon dengan ekspresi kaget. Namjoon hanya tersenyum pada Seokjin.
"Namjoon, jaga ibu dari anakmu baik-baik ya. Hubungi aku bila ingin memeriksakan janinnya" Hoseok membereskan perlengkapannya kemudian melangkah keluar
"Kim Nam Joon, Ya Tuhan. Aku hamil Joon kenapa kau tenang sekali?" Seokjin menghujani Namjoon dengan pertanyaan saat Namjoon kembali dari mengantar Hoseok keluar
"Aku sudah mengiranya sayang. Morning sickness, mudah mengantuk, tiba-tiba menginginkan sesuatu secara berlebihan, dan emm.. sedikit nakal belakangan ini kurasa cukup meyakinkan kalau Jinnie ku sedang mengandung" Namjoon tersenyum sambil mengelus rambut Seokjin
"Tapi.. tapi kan. Kita belum menikah Joonie ini tidak baik" Seokjin menyembunyikan wajahnya di dada Namjoon
"Apa yang buruk memiliki anak dari wanita yang sangat kucintai hm? Kita akan menikah sayang, kau mau kapan? Sekarang? Aku siap kapanpun kau mau"
Seokjin menatap lekat mata Namjoon. Matanya tak bisa mengisyaratkan apapun.
"Itu sangat cheesy dan romantis. Tapi menikah itu bukan cuma melibatkan kita Kim Nam Joon, tidak semudah itu. Apa yang akan kau katakan pada Ayah Ibuku tentang ini? Aku ini anak perempuan satu satunya dan aku hamil di luar nikah. Kau siap dengan amukan ayahku ?"
Ini yang sejak beberapa minggu lalu Namjoon fikirkan . Bagaimana cara menghadapi keluarga Seokjin dan terutama ayah berototnya itu
"Besok kita pergi ke Anyang"Jawab Namjoon mencoba meyakinkan hatinya
"Besok? Bahkan sekarang hanya 3 jam menuju besok. Apa yang akan kau katakan Namjoon? Kau sudah siap?" Tanya Seokjin dengan suasana hati yang bercampur aduk
"Kita hanya perlu berbicara jujur sayang. Aku akan mepertanggung jawabkan semua yang kulakukan. Kita sama-sama mencintai kan?"
"Ya aku tahu kita saling mencintai. Tapi Joon.." Seokjin meneteskan air matanya dan Namjoon langsung mendekap erat belahan jiwanya itu
"Apa yang kau takutkan sayang? Hm?" Tanya Namjoon sambil mengelus surai halus milik Seokjin
"Aku takut ayah menyakitimu. Kau tahu kan dia dulu atlet taekwondo bersabuk hitam? Dia juga berburu dan sangat handal menggunakan senapan. Bagaimana kalau ayah menyakitimu?"
"Ya Tuhan, Jinnieku sangat takut kehilanganku ya? Aku yakin ayahmu tidak begitu Jin. Aku siap dihajar atau dimarahinya sampai babak belur. Asal aku bisa bersamamu. Dan bayi kita"
"Jangan seperti itu. Kau membuatku tambah terharu" tangis Seokjin menjadi di dalam pelukan Namjoon
"Ya ampun, cup cup Jinnieku tidak boleh menangis. Sekarang kita istirahat, besok pagi kita akan berangkat ke Anyang" Seokjin mengangguk dalam pelukan kekasihnya
"Habis ini Jinnieku harus tidur ya. Jangan terlalu lelah. Mau kutemani atau mau tidur sendiri?"
"Temani aku Joonie" Namjoon terkekeh karena rengekan kelasihnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Across The Sky [Namjin FF]
Fanfiction(GS) Air laut memenuhi seluruh dadaku. Aku tidak bisa bergerak. Kakiku lumpuh, tanganku seakan enggan membawaku keatas. Tolong. Seseorang tolonglah aku. Aku takut. Cahaya matahari semakin hilang dari pandanganku. Ini semakin gelap. Ini semakin d...