"Wang? Apa kau serius?" Namjoon menatap Wang lekat. Memastikan kata-katanya benar.
"Kau ini bodoh atau kurang bergaul sih Bada? Sebegitu banyaknya buku yang kau baca dan kau masih belum mengetahui ini? Hahh.. miris" Jackson merutuki temannya yang ia fikir terlalu polos untuk mengetahui beberapa fakta darah campuran.
"Apa itu harus Wang? Mereka harus masuk ke akademi darah campuran saat berusia 20 tahun? Itu berarti..."
"Ya, Taehyung. Itu takdirnya sebagai anakmu. Namanya sudah ada dalam daftar dewa pendidikan. Takdirnya sebagai penjaga bumi" Wang mengangguk, menatap Namjoon yang sepertinya masih tak terima. Entah apa dia tidur selama ini, tapi yang jelas Namjoon tak tahu sama sekali tentang ini.
"Wah, wah... apa yang harus kulakukan?" Namjoon memijat pelipisnya
"15 tahun lagi. Persiapkan itu Bada. Lagipula suatu saat nanti Jin dan Taehyung akan tahu siapa dirimu"
"Tidak, aku tidak siap. Bukankah itu berarti aku harus meninggalkan mereka?" Jackson mengangguk lagi
"Itu sebabnya banyak dewa yang meninggalkan pasangannya saat bayinya masih dalam kandungan Bada. Mereka beranggapa bahwa pasangannya masih muda untuk melanjutkan hidupnya" mata Jackson memadam, ia sedikit menyinggung sahabatnya itu yang dinilainya memang terlalu jauh menjalani hidupnya sebagai manusia.
"Wang, apa aku terlalu egois mencintai kehidupan ini? Mencintai Seokjin dan Taehyung?" Namjoon menunduk, suasana seketika menjadi sendu
"Kurasa memang cinta itu egois Bada. Akupun tidak mengerti bagaimana cara mencintai yang benar. Dari sudut pandangku, kau terlalu lama hanyut dalam diri manusiamu Bada. Sampai kau tak memikirkan banyak hal yang berkaitan dengan keputusan yang kau ambil. Tapi aku tak menyalahkanmu, aku mengerti betul kau bahagia dengan semua ini"
"Pada akhirnya, Jin harus kehilangan aku dan Taehyung. Begitu?" Namjoon semakin terpuruk, ia terlalu bahagia sampai tak memikirkan konsekuensi apa yang harus diterima oleh makhluk yang paling ia cintai itu.
"Tidak hilang. Tapi kembali kepada takdir kalian" Jackson menatap iba pada sahabatnya itu
"Cih, kadang aku berfikir apa untungnya menjadi dewa kalau kita tak bisa menentukan takdir kita sendiri" Namjoon tersenyum pilu merutuki nasibnya
"Maksudmu?"
"Ya, terikat berbagai aturan, hukuman, kutukan, apalah itu padahal kau seorang Dewa. Aku tak habis fikir"
"Ah sepertinya pembicaraan kita terlampau jauh ya. Sepertinya fikiranmu perlu ditenangkan. Bagaimana dengan nektar?" Jackson mengalihkan pembicaraan itu sebelum semakin jauh. Jackson sangat mengerti bahwa pemikiran sahabatnya itu terkadang diluar batas. Sebelum melewati itu, mari kita alihkan fikirannya.
"Terserah" Lalu kemudian Namjoon mengikuti Jackson ke ruangannya
.
.
."Mama" Jin terbangun ketika merasakan pundaknya diguncang pelan oleh seseorang. Tae terlihat resah sambil mempoutkan mulutnya.
"Oh Tae, ada apa sayang?" Jin menangkup pipi putranya
"Ma, Tae boleh tidur dengan mama papa tidak?" Tanya Tae sambil mengusap matanya menyendarkan diri ke dada Jin
"Ada apa Tae? Tumben sekali jagoan mama merengek minta tidur bersama mama papa. Rindu mama peluk ya?" Jin mengusap pundak Tae, merasa heran karena Tae tak biasanya seperti ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Across The Sky [Namjin FF]
Fanfiction(GS) Air laut memenuhi seluruh dadaku. Aku tidak bisa bergerak. Kakiku lumpuh, tanganku seakan enggan membawaku keatas. Tolong. Seseorang tolonglah aku. Aku takut. Cahaya matahari semakin hilang dari pandanganku. Ini semakin gelap. Ini semakin d...