TIGA BELAS : Who Are You?

16 2 0
                                    

"Kok nggak di angkat-angkat, ya."gumam Sean. Ditengah malam ini dirinya sangat mencemaskan Nanda, perasaannya kalang kabut. Dia juga tidak tahu mengapa bisa seperti ini, sampai sekarang Nanda tidak bisa dihubungi.

"Nanda belum bisa dihubungi?"tanya Bundanya yang menghampiri Sean. Sean dan Bundanya sedang berada di balkon rumahnya, memperhatikan awan malam yang tenang.

"Belum, Bunda."jawab Sean seraya meneleponnya lagi.

"Mungkin, udah tidur."kata Bundanya mencoba menenangkan anaknya.

"Tapi Bunda tahu kan, kalau Sean mengalami hal seperti ini. Pasti terjadi sesuatu sama orang tersebut."

"Hush..Kamu jangan ngomong begitu,"

"Tapi itu juga yang pernah terjadi sama Bunda,"setelah mengatakan itu Sean langsung melihat ke langit malam, dia seperti mengirim pesan pada Nanda lewat semesta.

👻👻👻

"AAAAAAH!!"

"AW!"

Bersamaan dengan suara yang berasal dari dalam rumah tua itu, kaki Jeje tiba-tiba saja tersandung lalu terjatuh. Kakinya keseleo mengakibatkan dia tidak dapat berjalan, mereka menopang tubuh Jeje dengan susah payah. Sekali lagi sebelum melewati gerbang, mereka berempat menoleh ke belakang dengan raut wajah yang sedih.

"Kita benar-benar tega,"ujar Leni sambil menangis. Mereka berempat telah berada di dalam mobil, sedang perjalanan pulang. Mereka belum siap untuk memberitahu ini semua pada Sista, Mbaknya Nanda padahal dia berhak tahu keadaan adiknya.

Di dalam mobil tidak ada yang menanggapi perkataan Leni, semua sibuk dengan pikiran masing-masing. Mungkin mereka masih tidak percaya dengan apa yang barusan mereka alami, sekali lagi mereka mengingkar janjinya.

Kita masuk lengkap! Keluarpun kita harus lengkap!

Kata-kata itu masih terngiang dipikiran mereka. Bingung, diam, dan tak percaya. Mereka adalah anak remaja yang masih sekolah, mereka anak yang sudah sok tahu mengenai petualangan horornya ini. Padahal mereka tahu resikonya sangat besar, orang-orang disekitar mereka saja telah menasihati dan memperingati mereka bahwa apa yang mereka hobi-kan adalah salah! Namun, mereka menutup telinga mereka dengan perkataan-perkataan yang dilontarkan orang lain kepada mereka. Mereka semua benar-benar telah merasa sombong, sehingga Tuhan menghukum mereka dengan kejadian yang sebenarnya.

Jeje terus mengeratkan pelukannya pada Leni, Leni tahu sedari tadi Jeje tampak diam saja sambil menggigil. Gadis itu tahu bahwa Jeje sedang ketakutan yang mendalam, trauma bisa saja dirasakan Jeje.

"Gue takut,"gumamnya untuk kesekian kalinya, Leni hanya menanggapinya dengan usapan dikepala Jeje sambil menangis. Mengingat Nanda yang masih tertinggal di dalam.

👻👻👻

Sudah dua hari Nanda menghilang. Andi, Jeje, Kevin, dan Leni masih enggan berbicara pada siapapun. Mereka di rumah masing-masing, mengunci dirinya di kamar. Yang hanya mereka lakukan adalah berdiam diri, bengong, tidak ada lagi aktifitas yang mereka lakukan seperti biasanya.

Lagi-lagi Sista harus pulang dengan tangan kosong, dia sudah mengunjungi rumah-rumah orang yang terakhir bersama adiknya yaitu sahabat Nanda. Bahkan Sista sampai memohon namun, tidak kunjung dibuka pintu kamarnya. Sista juga berulang kali mendengar ucapan maaf dari kedua orang tua masing-masing, yang dia butuhkan sekarang adalah penjelasan mengenai keberadaan adiknya. Itu saja, Sista juga belum memberitahu orang tuanya padahal sebentar lagi Mama dan Papanya akan pulang ke rumah.

Seperti Sista yang mencari keberadaan Nanda, sama halnya dengan Sean yang juga mencari keberadaan Nanda. Dia sangat khawatir, Sean berulang kali memanfaatkan kemampuannya tapi tidak bisa dia lakukan. Karena ternyata itu sudah di luar kemampuannya.

Who Are You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang