TUJUH BELAS : Who Are You?

14 3 0
                                    

Pelajaran telah usai dilaksanakan. Gadis itu sedang merapihkan buku-bukunya, segera ingin pergi ke kantin berkumpul dengan keempat sahabatnya yang telah duluan ke sana.

"Nda!"panggil Sean ketika melihat Nanda beranjak dari tempat duduknya. Gadis itu mengernyitkan dahinya.

"Kenapa?"tanya Nanda.

"Lo bisa ceritain ke gue, kemana aja lo waktu itu? Dan sekarang, tiba-tiba lo udah kembali lagi?"

"Waktu Nanda ilang?"

"Iya"

"Panjang ceritanya, Sean. Nanda duluan ya, udah laper."katanya lalu meninggalkan Sean seorang diri.

Kantin kali ini terlihat ramai dari biasanya, semua murid berbondong-bondong untuk mendapatkan pesanan. Mengantri sana-sini, tapi tidak untuk Nanda. Walaupun gadis itu telat datang ke kantin tetapi pesanan yang selalu dipesan Andi membuat gadis itu tidak usah ikut mengantri.

"Hai."sapa Nanda kemudian duduk disebelah Leni.

Nanda seperti memperhatikan makanan yang telah tersaji dimeja. Sedangkan keempat sahabatnya telah melahap makanan masing-masing.

"Diperhatiin aja, itu makanan lo. Nanda."ujar Jeje sambil menunjuk makanan Nanda.

Nanda menjauhkan mangkuk soto ayam yang tampak menggiurkan, dia justru merasa tidak suka melihatnya.

"Kenapa? Lo kenyang?"tanya Leni yang memperhatikan gerak-gerik Nanda.

"Gue nggak suka soto ayam,"jawab Nanda kemudian beranjak dari duduknya.

"Gue mau pesen somay dulu ya," Setelah mengatakan itu Nanda berjalan mendekat kearah abang somay. Mengantri dengan murid yang lainnya, sedangkan keempat sahabat Nanda diam. Tidak merespon apapun.

Sean masih terdiam ditempatnya enggan untuk beranjak, dia benar-benar bingung dengan semua ini. Harusnya dia bahagia karena Nanda selamat, gadis itu kembali. Mengapa, dia memikirkan hal-hal yang tidak masuk diakal.

Cowok itu akhirnya beranjak dari duduknya, melangkahkan kakinya menuju perpustakaan. Ada buku yang harus dia pelajari disana. Waktu itu dia sempat ke perpustakaan sekolah dan disana juga ada Leni, Leni seperti sedang ketakutan. Ketika Leni pergi meninggalkan tempat itu. Diam-diam Sean mengintip sebentar kedalam ruangan itu. Dan benar saja, bahwa ada seorang wanita yang memakai seragam sekolah sama seperti dia ternyata wanita itu telah meninggal dengan cara bunuh diri. Arwah itu seperti meminta tolong namun, Sean tidak berniat membantunya. Dia capek harus berurusan dengan dunia ghaib lagi. Makanya waktu itu dia memutuskan tidak jadi kesana. Sekarang, dia kembali ke perpustakaan dan dia berharap perpus sedang ramai dikunjungi.

👻👻👻

"Hahaha... Iya, iya. Andi waktu itu kecebur di empang kan?" Leni mengingat kejadian memalukan bagi Andi, waktu itu mereka berlima masih duduk dibangku kelas 3 SMP. Dan Andi berniat ingin meledek Jeje yang lemot, eh saat cowok itu meledek Jeje. Kakinya malah meleset ke dalam empang.

"Udah deh, gue di bully aja."ujar Andi lesu, meminum teh manisnya sebagai menetralkan rasa kesalnya.

"Uluh, uluh... Jangan cemberut dong."sahut Leni seraya menepuk-nepuk pucuk kepala Andi dengan suara yang dibuat-buat.

Andi menepis tangan Leni. "Rayuan lo palsu,"katanya tambah kesal.

"Hahahah.."

Bukannya meminta maaf. Mereka berempat malah terus meledek Andi habis-habisan, mungkin itu yang dinamakan karma karena dulu cowok itu lah yang selalu mem-bully sahabatnya sendiri yaitu Jeje.

"Hahaha... Eh, Nda. Sean nggak ngomong apa-apa?"tanya Leni setelah puas tertawa. Kevin, Leni, Jeje, dan Nanda menghentikan aksinya.

"Ngomong apa?" Nanda balik bertanya setelah meminum es teh manisnya.

"Waktu lo ilang ya, dia tuh yang paling khawatir tahu Nda."jelas Kevin.

"Masa sih?" Nanda mengernyitkan dahinya. Dia masih belum percaya.

Mereka berempat serentak mengangguk. "Iya, Nanda. Kelihatan lagi dari mukanya." Jeje menambahkan apa yang dikatakan oleh Kevin.

"Suka kali dia sama lo, Nda."celetuk Andi asal.

Nanda terkekeh mendengar ucapan Andi. "Oh ya. Jangan panggil gue, Nda ya. Panggil aja Nanda atau Nan."

"APA?!" Serentak Andi, Kevin, Leni, dan Jeje mengatakan itu. Membuat mereka menjadi sorotan anak murid lain yang sedang berada di kantin.

"Sean!"

Panggilan dari seseorang membuat cowok itu berbalik badan untuk memastikan siapa yang telah memanggilnya tadi.

Tampang Sean biasa-biasa saja ketika cewek yang dihadapannya tersenyum padanya. Kedua tangan Sean dimasukkan ke dalam saku celananya.

"Ada apa?"tanya Sean.

"Gue panggil lo, mau kasih tahu. Kalau Bu Rere pengin ketemu sama lo."jawab Reni yang merupakan siswi kelas sebelah. Salah satu siswi populer, wajahnya juga tak kalah cantik dengan Nanda. Hanya saja, Sean tidak suka dengan Reni. Karena cewek itu terlalu mengejar-ngejar dirinya.

Sean mengernyitkan dahinya. "Ada apa?"

"Nanti juga lo bakal tahu,"jawab Reni lalu berjalan meninggalkan Sean.

👻👻👻

"Iya, Sean. Kamu mau kan? Jadi siswi pembimbing Reni, soalnya nilai dia sangat kurang di pelajaran Ekonomi."jelas Bu Rere.

Sekarang ini Sean telah berada di ruang guru, setelah Reni memberitahunya.

"Kenapa harus saya, Bu?"

"Karena kamu unggul di pelajaran Ekonomi, Sean."

"Nanda juga unggul, Bu."kilah Sean. Dia tidak ingin berdekatan dengan Reni apalagi mengira bahwa Reni dapat memilikinya.

"Sudah, Ibu udah tawarkan ini pada Nanda. Tapi, dia menolak."

"Kenapa?"

"Ibu juga tidak tahu. Kamu mau kan Sean? Ada untungnya juga loh, nilai kamu bisa bertambah. Itu masuk kenilai sosial. Nilai sosial kamu kan jelek, kurang. Bisa tidak naik kelas kamu, Sean."

Mendengar apa yang dikatakan Bu Rere barusan, membuat Sean sempat berpikir sebentar. Dia tidak mau mengecewakan papa dan mamanya, dia juga tidak mau menghamburkan lebih banyak uang papanya untuk biaya sekolahnya. Pada dasarnya, Sean manusia biasa. Yang pastinya, menginginkan kelulusan.

"Yaudah, saya setuju."jawab Sean akhirnya. Setelah berpikir cukup lama.

Sean keluar dari ruangan Bu Rere. Baru saja dia berjalan beberapa langkah, dia berpapasan dengan Nanda. Nanda tersenyum padanya, Sean tidak membalasnya. Itu membuat Nanda menjadi bingung.

"Sean!"panggil Nanda ketika Sean hanya melewatinya saja.

"Apa?" Sean diam ditempat.

"Kamu kenapa?"tanya Nanda penasaran.

"Nggak apa-apa,"jawab Sean dingin.

Nanda sempat berpikir sebentar. Lalu berkata, "Kata anak-anak. Kamu khawatir ya, pas Nanda hilang?"

"Iya."

"Terus, kenapa kamu rasanya cuek?"

"Karena lo nggak mau cerita ke gue,"

Nanda tersenyum simpul. Dia menghela napas lega. Kiranya, Sean marah tanpa alasan. Nyatanya, hanya itu alasannya.

"Nanda nggak mau aja, kejadian yang udah-udah dibahas lagi."jelas Nanda agar tidak ada salah paham.

"Tapi dengan lo kayak gini..."ucap Sean sempat terdiam.

Nanda menatap kearah Sean dengan heran. "Kayak gini apa?"

"Huft... Lo anggap gue apa sih, Nda?"tanya Sean lesu lalu berjalan meninggalkan Nanda seorang diri. Diam mematung, tidak memanggil cowok itu. Membiarkan Sean pergi, diam-diam senyum terukir dibibirnya.

👻👻👻👻

Hai...

Happy Reading😊

Who Are You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang