DUA PULUH SATU : Who Are You?

16 1 0
                                    

Malam yang sangat menakutkan. Menanti kabar tak pasti, berharap semua akan berakhir sekarang juga.

Asap mobil terus mengepul di luar. Sean tersadar dari pingsannya, meringis sakit ketika darah terus saja mengalir. Sean melihat ke sebelahnya, Nanda masih di sana dalam keadaan pingsan. Ingatannya kembali berputar, disaat dia memanggil nama Lingling. Dan temannya itu datang disaat yang tepat. Hingga akhirnya mobil Sean menabrak pohon besar.

"Malam ini Nanda harus kembali ke tubuhnya yang asli, Sean Kesempatannya hanya malam ini."ucap Lingling.

Sean mengangguk paham. Dia melanjutkan perjalanannya.

👻👻👻

"Sean kok belum dateng juga ya," kata Sista merasa gusar.

"Tenang Mbak, mungkin macet." Jeje mencoba menenangkannya.

Sista, Andi, Leni, Kevin dan Jeje telah sampai beberapa jam yang lalu. Rio memang sengaja tidak diajak, si kecil Rio telah dititipkan pada tetangga. Mereka telah menunggu di depan rumah Floures. Enggan untuk masuk ke dalam sebelum Sean dan Nanda datang.

"Itu mobil Sean!"kata Leni seraya menunjuk mobil hitam yang telah memasuki pekarangan rumah.

Sean keluar dari mobil, kemudian membuka pintu penumpang. Dia mengangkat tubuh Nanda yang terbaring pingsan.

"Nanda kenapa Sean?"tanya Sista cemas.

"Cuma pingsan, Mbak."jawab Sean seraya berjalan memasuki rumah.

Nanda di bawa ke dalam. Lalu dibaringkan diatas dinginnya lantai. Terdapat lingkaran putih, entah sejak kapan lingkaran itu ada. Sean menatap bundanya yang dibalas anggukan kepala, kemudian menatap Lingling yang dibalas anggukan kepala. Setelah itu menatap ke arah Sista dan juga sahabat-sahabat Nanda.

Sean mulai menjalankan ritualnya bersama dengan yang lain. Semua tampak diam, duduk membentuk sebuah lingkaran kecil. Berdoa atas kepercayaan masing-masing.

Beberapa menit kemudian, tidak lama setelah keadaan hening. Tiba-tiba saja tubuh Nanda berguncang dengan hebat. Cepat-cepat Kevin dan Andi menahannya, memegang kedua tangan Nanda dan kedua kakinya.

"SEAN!"teriakan Andi tidak mempengaruhi Sean untuk membuka matanya. Nyatanya, cowok itu masih konsentrasi sambil memejamkan mata.

"ARGHHHH!"

Bersamaan dengan tubuh Nanda yang tidak mau diam, terus saja memberontak. Namun, matanya tetap terpejam. Teriakan keluar dari mulutnya, kaca-kaca rumah Floures berserakan di lantai. Sista, yang melihat keadaan adiknya seperti itu. Sedih dan bingung harus berbuat apa. Yang bisa dilakukannya hanyalah berdoa.

"Sean... Tidak bisa..."

"Kamu bisa, Nanda."ucap Sean penuh yakin.

"Ruhnya sangat kuat, aku tidak bisa melawannya."

"Kamu bisa, Nanda!"

"Hanya seseorang yang dapat mengendalikannya, menghapus dendamnya."

Sean membuka matanya. Melihat sekeliling. Tubuh Nanda masih mencoba meronta untuk dilepaskan, Andi dan Kevin sudah kewalahan. Namun, dengan sisa tenaga yang dimiliki mereka berdua dapat menahan tubuh Nanda.

Who Are You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang