Chapter One

9.4K 369 23
                                    

Akan lahir dua bintang...

Satu diantaranya memiliki cahaya yang membutakan...

*

Daejin, 1995...

Seorang perempuan berlari kencang di jalanan. Dia tidak peduli dengan tubuhnya yang basah kuyup, dia juga tidak peduli dengan sepatunya yang berkali-kali menginjak kubangan air, mencipratkan air bercampur tanah ke pakaiannya. Perempuan itu terus berlari, wajahnya menjelaskan kepanikan dan ketakutan yang luar biasa. Perempuan itu tidak mengurangi kecepatan larinya, dia berbelok ke sebuah rumah yang sangat besar dan mengetuk keras pintunya. “Buka pintunya!” sahut perempuan itu, dia terus menggedor pintu itu dengan panik, “siapapun buka pintunya! Tolong aku! Tuan, Nyonya, tolong aku!”

Pintu terbuka. Seorang pria yang memakai piyama tidur muncul dari balik pintu. “Kau siapa?” tanya pria itu, “ada keperluan apa malam-malam begini datang kemari?”

“Tuan, tolong aku!” sahut perempuan itu, “saya Hana, pelayan Nyonya Park. Nyonya Park baru saja melahirkan, dan dia meninggal!”

“Lalu kenapa kau malah menemuiku? Kau seharusnya memanggil dokter,” sahut pria itu.

“Seorang bidan yang membantu persalinan juga meninggal, Tuan! Nyonya melahirkan bayi kembar, dan salah satunya membunuh bidan itu!”

Pria itu terkejut, dia segera berlari masuk ke rumahnya. Tak berapa lama, pria itu kembali keluar dengan pakaian lengkap dan menemui Hana. “Ayo,” ucapnya, mereka berdua berlari meninggalkan rumah. Keduanya terus berlari menuju sebuah rumah diujung jalan. Dari pintu, pria itu mendengar suara tangisan bayi yang begitu keras. Pria itu berlari masuk mengikuti Hana, tampak semua pelayan disana khawatir bercampur takut. “Kalian tunggulah disini,” ucap pria itu, dia berlari masuk ke kamar Nyonya Park.

Pria itu terkejut melihat Nyonya Park terbaring tak bernyawa di tempat tidur, sementara di lantai seorang wanita berpakaian bidan juga tergeletak. Di dekatnya, ada seorang bayi yang terus menangis. Pria itu mendekat, dia melihat mata bidan itu mengeluarkan darah dan bolamatanya berwarna putih. Pria itu menoleh, dia segera menggendong bayi di lantai dan menatapnya lamat-lamat. Cukup lama pria itu terdiam, dia kemudian mengambil sebuah kain bewarna putih di meja dan menutupkannya ke wajah bayi itu dan berjalan keluar kamar.

“Tuan, apa yang terjadi?” Hana mendekat, wajahnya tampak sangat panik. Pria itu menoleh, dia menjawab, “Hana, aku harus bicara denganmu. Berdua saja.” Pria itu berjalan menuju sebuah ruangan, Hana berjalan mengikuti pria itu dan menutup pintu. Pria itu menatap Hana, dia kemudian berucap, “Bawa bayi di kamar Nyonya Park keluar dari kota ini,” ucap pria itu, “apapun yang terjadi, kau harus membawanya sejauh mungkin dan jangan membawanya kembali kemari. Kau paham?”

“Tapi kenapa?” tanya Hana.

“Lakukan saja,” ucap pria itu, “kau tidak akan mengerti sekalipun aku menjelaskan panjang lebar kepadamu.” Pria itu menatap bayi di gendongannya, dia kemudian berucap, “Dan bayi ini, biar aku yang merawatnya.”

“Tunggu, kenapa kau malah memisahkan mereka? Mereka bersaudara, dan saat ini mereka tidak memiliki siapapun,” sahut Hana, “mereka berdua tidak bisa dipisahkan.”

“Sudah kubilang, kau tidak akan mengerti,” ucap pria itu, “kau lihat sendiri bayi ini sudah membunuh satu orang. Bagaimana jika dia nanti membunuh saudaranya sendiri? Itu akan lebih buruk, kan?”

Hana menatap bayi di gendongan pria itu. “Sebenarnya kenapa dengan bayi itu?” tanya Hana. Pria itu menghela napas, dia kemudian menjawab, “Bayi ini memiliki mata pembunuh. Dia akan membunuh siapapun yang menatap matanya, itu sebabnya dia harus dipisahkan dari saudaranya. Dia akan merasa bersalah andai suatu saat dia membunuh saudaranya sendiri.” Pria itu menatap Hana yang terkejut, dia kembali berucap, “Sekarang bawa bayi di kamar Nyonya Park keluar dari kota ini. Ingat pesanku, jangan sampai dia kembali kemari.”

Twins (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang