11. Titanen?

5.5K 639 140
                                    

(Y/N) POV

Saat ini aku sedang berhadapan dengan selembar kertas laknat yang akan menentukan masa depanku. Memang sih aku akan masuk ke pasukan pengintai apapun yang terjadi. Tapi perkataan Hanji sebelum aku memasuki ruangan membuat mentalku turun sedikit.

'(Y/N)! Semangat ya! Aku, Erwin, dan lainnya berharap padamu! Kau andalan kami semua, jangan berani mengecewakanku lho!'

Aku menghela nafas perlahan. Memulai mengerjakan tes tertulis akhir yang di takutkan kadet-kadet. Kulihat sekitar sejenak, perhatianku jatuh kepada sesosok pemuda berambut kuning dan bermata biru, Armin Arlert. Ia begitu tenang dan percaya diri. Mata kami bertemu secara tak sengaja. Ia tersipu malu dan mengalihkan pandangannya.

-30 Minutes later-

"Waktu habis" Sir Shadis berkata dengan santainya. Sama santainya denganku sekarang. Ada 100 butir soal yang diajukan dan mulus kujawab semua. Tapi aku meragukan jawabanku sendiri karena aku tak belajar semalam. Menemani Sir Erwin mengerjakan dokumen semalam suntuk. Mana beliau bilangnya dadakan lagi.

Aku beranjak dari kursiku dan menyerahkan lembar soal plus jawaban ke Sir Shadis. Setelah ini, para kadet boleh mempersiapkan diri untuk tes fisik atau beristirahat. Aku memilih untuk beristirahat. Kakiku melangkah sendiri ke arah kantin. Entah sial atau apa, aku menabrak seseorang, atau benda?

"Maaf"

Aku membungkuk dan pergi meninggalkan orang yang kutabrak tanpa memedulikan siapa ia.

"Oi"

Aku refleks menghentikan langkahku. Suara yang begitu familiar ditelinga ku, ya, suara Heichou. Aku berbalik arah menuju ke beliau.

"Maafkan atas tindakan saya yang tidak sopan. Saya benar-benar lapar sekarang"

Author POV

"Maafkan atas tindakan saya yang tidak sopan. Saya benar-benar lapar sekarang" ucap (Y/N) kelewat polos.

Levi menatap tajam bocah dihadapannya.

"Ikuti aku" ujar Levi.

"Tapi saya benar-"

"Diam, bocah"

(Y/N) terpaksa mengikuti Heichou nya itu. Padahal ia sedang merasa sangat lapar. Ia di giring menuju sebuah tempat dimana ada pohon rindang dan padang rumput kecil di sana. (Y/N) mencium aroma sedap makanan yang langsung membuatnya bersemangat.

"Duduklah" ucap Levi ketika sudah berada di bawah pohon.

Levi mulai menyiapkan beberapa makanan yang berada di balik pohon. Mata (Y/N) berbinar. Ia melihat makanan yang lezat-lezat.

"Aku hanya mengambil kelebihan bahan makanan. Jangan salah paham mengenai ini."

(Y/N) POV.

"Meskipun demikian, saya mengucapkan terimakasih banyak, Heichou. Sudah lama saya tidak melihat makanan lezat."

"Berhenti mengoceh dan makanlah. Akan menyusahkan bila kau pingsan saat ujian."

"Anda tidak makan?"

"Nanti saja"

Aku memulai acara makan seorang diri. Pertama, aku mengambil Pie apel. Menurutku tidak mungkin jika makanan ini dibuat karena kelebihan bahan. Lahapan pertama dan aku merasa melayang. Heichou pintar sekali memasaknya. Rasanya sempurna. Aku lalu mengambil makanan lainnya. Ketika dirasa cukup, aku berhenti makan.

"Saya sudah kenyang"

"Kembalilah"

Kami berdua berdiri bersamaan. Aku menghadap kearah Heichou.

You're My Savior, My Angel.  (Levi x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang