XIII

2.1K 97 1
                                    

Entah berapa lama aku beristirahat. Aku terbangun saat kudengar ketukan keras dipintu. Butuh beberapa saat bagiku untuk sadar dimana aku berada. Dan ketukan dipintu itu semakin keras dan cepat.
"YAA!!" teriakku sedikit serak agar ketukan yg membuatku agak sakit kepala itu berhenti. Aku bangun dan dg sedikit terseok, melangkah kepintu. Wajah Jeffry yg nyengir lebar muncul didepanku. Aku mendengus keras. "Nggak tertarik!" gerutuku cepat dan menutup pintu. Namun kaki Jeffry menahannya.
"That's rude!" protesnya dan membuka pintu. Dan baru kusadari ada Whitney disebelahnya. "Kamu masih belom makan kan? Cepat ganti baju. Kita makan malam," katanya dan tanpa menunggu ijinku masuk. Aku cuma bisa diam dg kecuekannya. Tak mampu melakukan apapun krn ada Whitney, meski sebenarnya aku ingin berteriak didepannya. Aku masih tahu harus menghormati Whitney.
"Well, what are you waiting for? Cepetan!" tukas Jeffry. Akhirnya aku menurut juga meski dg ogah-ogahan.

Dan seperti dugaanku, makan malamnya berlangsung dg tidak mengenakkan. Selain karena selera makanku yg sedang payah,meski masakan Itali direstoran ini cukup lezat, aku harus menikmati tayangan romans LIVE dari Jeffry dan Whitney didepanku. Aku heran bagaimana mereka bisa menemukan banyak alasan untuk berciuman.
Makan malam ini sangat lezat. Kiss
Terimakasih sudah menyuapiku. Kiss
Kau tampak cantik malam ini. Kiss
Aku sengaja memesan ini untukmu. Kiss
Besok aku harus kerja dan sementara waktu kita tak bisa bersama. Kiss.
AAAAAARRRGGGHHH!!!!!!!!!!!
WHY DON'T YOU JUST TAKE HER TO YOUR ROOM AND FUCK??!!!!! batinku kesel. Heran?! Si Jeffry kok gak risih meski ada aku didepan mukanya? Aku aja jengah luar biasa. Ini lagi, cewek sinting yg kelihatannya kena lem perekat ditubuh Jeffry. Bagaimana bisa dia jadi edan gini dg orang yg baru dikenalnya? Aku tahu ada perbedaan budaya antara kami, tapi kan gak perlu begini banget deh! Bikin empet.
"Kenapa Maz?!" tanya Jeffry heran. Mungkin dia bisa melihat kalau aku tak menikmati makananku. Atau mungkin, aku terlihat kesal?
"Nggak papa!" jawabku singkat dan dg ogah-ogahan kembali mengunyah spaghetti ku.
"Nggak suka masakannya ya? Nggak enak?" tanya Jeffry lg sementara satu tangannya mengusap kepala Whitney.
"Enak kok! Cuma pertunjukan langsungnya yg agak bikin empet!" gerundengku. Whitney jelas terlihat heran dg sikapku sehingga dia bertanya pd Jeffry apa yang ku katakan.
"Oh nothing. He just doesn't feel well. A bit dizzy with the long trip he had this morning," jawab Jeffry dg senyum menyebalkannya.
"Ooooww. . . ! You are such a good friend!" puji Whitney dan kembali mencium Jeffry.
"Oh please! Get a room!" gerutuku pelan dan segera bangkit. "Aku kembali ke kamar and you guys, enjoy the evening," pamitku dan langsung pergi tanpa menoleh lagi. Tapi aku sedikit heran saat kudengar Jeffry pamit sebentar pada Whitney.
"Kamu bener gak enak badan?" tanyanya dan menjejeri langkahku.
"Yup! Dan sudah lebih dari sepuluh menit tadi aku ingin muntah!" jawabku sinis meski senyumku terpampang lebar.
"Tidak bisakah kau sedikit bersenang-senang?" tanya Jeffry dg nada geli.
"Jelaskan maksudmu bersenang-senang?" tanyaku sengit dan melipat kedua tanganku didada. "Apakah aku harus nempel seperti benalu pada seseorang sepanjang makan malam? Ataukah setiap aku selesai mengeluarkan satu kalimat, aku harus mencium teman makanku sesudahnya? Oh rambutmu harum, then I kiss her. God, the weather is fine! Then kiss her. Ya ampun, taplak mejanya bagus, then kiss her! And OH My God, kamu bernafas, THEN I HAVE TO KISS?!!" semprotku kesal. Untung saja kami berada di lorong yg menuju kamar kami, yg waktu itu dalam keadaan sepi.
Yg membuatku heran, Jeffry justru tersenyum. Tampak lebih geli daripada tadi. "Are you jealous?" tanyanya dg senyum khasnya.
Rasa-rasanya ada asap yg keluar dari 2 lubang hidungku mendengar pertanyaan entengnya. "Kembali saja ke makan malam dan pacar sintingmu itu! Cium dia setelah kau bisa mengeluarkan satu kalimat utuh. Go get a room, and FUCK HER for sake! So the rest of us bisa istirahat dg damai dan tidak menikmati drama romans kalian yg memuakkan. Ok?!" semburku sengit dan meninggalkannya tanpa menoleh lagi.
Begitu sampai dikamar, aku langsung mengganti baju dg seragam tidurku, kaos belel dan celana pendek, menghempaskan diri diranjang sembari memasang ipod dan menyalakannya dg suara yg cukup keras hingga aku teridur lagi.

MEMOIRS II (Dimaz' classic story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang