"Gue yang sembraut ini, harus jadi mahasiswi yang baik dan santun? Gak salah? Haduh mimpi banget, tuhan. Sandiwara banget,"
"Baiklah, demi kesejahteraan Negara, harta, tahta, pria dan cinta. Aku rela menjalankan tugas ini dengan ikhlas"
Pagi ini, terlihat Nathan berkumpul dengan dua sahabat karib nya. Ketiga cowok itu terlihat asik mengobrolkan sesuatu sambil bergurau sesekali. Ada Ardan dan Budi, sahabatnya sejak masih kecil, mereka bertiga selalu bersama-sama kemanapun salah seorang dari mereka pergi. Seperti kata True friends on Joy and sorrow.
"Seriusan Dan? Kenapa putus?" tanya Budi penasaran. Bahkan Nathan ikut menatap Ardan karena rasa penasaran, bukankah kemarin kemarin hubungan Ardan dan pacar nya baik-baik saja.
"Gue gak cocok sama dia, selama ini sering banget kita ribut gara-gara hal sepele, padahal gue selalu ngalah tetep aja Windy selalu nyalahin gue, gue rasa putus emang yang terbaik." Jawaban yang begitu jelas dari Ardan membuat kedua sahabatnya mengangguk paham.
"Lagian elo, udah gue bilangin jangan sama Windy, ngeyel sih." ucap Nathan mengingat kerasnya dia dan Budi melarang Ardan untuk berhubungan dengan Windy. Mahasiswi yang terkenal dengan mulut pedas itu.
"Gue bucin waktu itu." Jawab Ardan enteng, "Btw, gimana keadaan keluarga lo? Nat," tanya Ardan mengalihkan pembicaraan.
"Baik, mama udah 100% sembuh,"
"Nat, pokoknya mulai sekarang lo harus hati hat. Gue yakin yang di incer bukan cuma bokap lo, tapi semua anggota keluarga lo juga." Sambung Budi menepuk bahu cowok itu.
"Gue tau Bud. Lagian bokap gue juga gak akan tinggal diem." ucap Nathan.
"So amat sih Lo, Bud. Lagian orang kaya om Fadil itu otaknya cerdas, gak kaya lo. Cuma satu centi," ledek Ardan.
"Gak ngerti Lo Dan. Gue ini sebagai sahabat yang baik dan menyayangi sahabat nya, gue harus ikut bertindak dan melindungi dalam situasi emergency kaya gini," Budi berdiri menjelas dengan begitu bijak.
"Ya ya ya, menekuni tata tertib Mario Teguh pasti begini. Heroik," ledek Ardan kembali.
"Dasar lo, kus .... " ucapan Budi terhenti ketika suara cempreng yang memekik kan menusuk gendang telinga mereka. Ardan dan Nathan sudah menggosok telinganya yang berdengung.
"Darling!!" teriakan dari seorang gadis dengan rambut yang di cat hijau di ujung nya.
"Pantes aja dingin begini, ada frozen datang." celetuk Ardan. Yang di angguki Nathan.
"Sweety heart," ucap Budi dengan tatapan terpesona.
Sedangkan Nathan malah mendengus sebal, sungguh dia benci situasi saat ini. Menurut nya, gadis yang baru saja datang ini sangat mengganggu sekali. Apalagi melihat Budi yang sepertinya benar-benar bahagia melihat gadis pujaan nya datang.
"Pagi Nathan, makin hari makin ganteng gini. Gemes baget deh," ucap Elsa mencubiti pipi Nathan dengan Nathan mengapit tangan kirinya.
"Apa si El? Risih gue." dengus Nathan melepaskan tangan Elsa yang melilit tangan nya dengan erat.
"Iiihhh,,, ko gitu sih," gadis itu merenggut dan semakin mempererat rangkulan nya.
"Sama gue aja El, gue maju ko Lo peluk erat kaya gitu, Lo kekepin aja gue mau," ucap Budi dengan begitu semangat.
"Idih ogah banget, rabies gue." Ucap Elsa dengan ketus membuat Budi mengerucutkan bibirnya.
"Jangan gitu doang. Lagian kenapa sih harus ngejar cowok yang gak mau sama lo?" ucap Budi, "Mending sama gue, Lo gak perlu ngejar, biar gue yang berjuang." di iringi cengiran nya Budi menggoda gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agen & Love
FanfictionMarissa Diandra. Gadis berusia 20 tahun yang berprofesi sebagai Agen rahasia. Bersama empat rekan nya yang mendapat tugas menjaga keluarga seorang pengusaha sukses, membrantas korusi, mengawasi pergerakan geng mafia dan bandar narkoba. Nathan Julio...