"Aku akan membalaskan dendammu! Tidak akan aku biarkan orang yang membuatmu sengsara hidup dengan tenang. Akan kubuat dia menderita bahkan lebih menderita dari kematian! Itu janjiku padamu!"
****
Setelah peristiwa di kantin itu Naruto terus mendekati Hinata. Setiap pagi Naruto selalu menyempatkan diri mampir di kelas Hinata untuk sekedar menyapa dan mengucapkan selamat pagi pada Hinata. Naruto bahkan tiba-tiba mendaftar jadi anggota klub seni rupa.
" Memangnya orang seperti dirimu punya bakat seni apa?" tanya Deidara melihat Naruto dengan nada meremehkan.
" Bagaimana kalau seni anggaran? Akan aku tambah anggaran untuk klub ini asal kau memasukkanku menjadi anggota." kata Naruto. Naruto bertekad untuk menggunakan semua yang dia punya untuk mencapai tujuannya, termasuk kekuasaannya sebagai ketua OSIS untuk bisa mendekati Hinata.
" Aku rasa seni itu bisa diterima." kata Sasori sambil menatap tajam Deidara yang bermaksud protes. Sasori tahu, pemuda berambut pirang panjang itu adalah seniman idealis. Deidara merasa klub senirupa itu seharusnya adalah sebuah tempat untuk orang-orang berbakat di bidang seni mengasah bakat mereka. Karena itulah dia tidak suka Naruto yang tidak punya bakat seni diterima masuk klub hanya karena menyogok. Tapi tidak dapat dipungkiri, dengan adanya dukungan dana yang memadai, klub tercintanya ini pasti akan jauh lebih bisa menjalankan misinya yaitu membina bibit - bibit berbakat seni yang ada di KHIS. Deidara menghela nafas.
" Baiklah. Tapi begitu masuk klub ini, kau harus mengikuti semua peraturan yang berlaku di klub ini dan tidak boleh protes sedikitpun. Kau juga tidak boleh keluar dari klub jika kami berdua belum mengijinkanmu. Kau mengerti?" kata Deidara tegas.
" Terserah kau saja." kata Naruto cuek.
" Kalau begitu tanda tangani lembar surat perjanjian ini." kata Deidara sambil menyerahkan selembar kertas dan bolpen di meja di depan Naruto. Naruto langsung menandatangani surat perjanjian itu tanpa membacanya.
" Sudah puas? Sekarang aku sudah jadi anggota klub senirupa kan? Apa kalian punya jadwal latihan melukis? Aku ingin belajar melukis." kata Naruto.
Sasori dan Deidara menatap Naruto kesal. Mereka bukan orang bodoh yang tidak mengetahui maksud dibalik masuknya Naruto ke klub senirupa. Seluruh sekolah juga sudah mendengar tentang gosip yang mengatakan kalau ketua OSIS itu sedang mendekati Hinata, pelukis anggota klub senirupa. Tentu saja itu akibat dari perbuatan Naruto yang menggandeng Hinata di sepanjang koridor sekolah untuk diajak makan berdua di gerai steak di seberang jalan.
" Kalau kau mengganggu Hinata, kau akan kami habisi! Dia adalah anggota klub senirupa yang berharga!" kata Deidara di depan muka Naruto.
" Dan kami sangat serius dengan ucapan kami." tambah Sasori.
Naruto menatap kedua pemuda tampan dan cantik di depannya. Naruto tahu kedua orang itu menyimpan sifat kejam dan sadis di balik wajah mereka yang rupawan. Apalagi keduanya berasal dari keluarga militer. Sasori adalah anak pasangan tentara dan dia juga cucu dari Nenek Chiyo, seorang veteran perang yang keberaniannya melegenda pada jaman perang dulu meskipun beliau adalah seorang wanita. Sedangkan Deidara, sejak kecil dia hidup dan diasuh di lingkungan polisi oleh Oonoki, komandan pasukan penjinak bom , karena itulah Deidara sangat familier dengan berbagai jenis bahan peledak. Selain itu, kemampuan berkelahi kedua orang dengan fisik mempesona itu tidak diragukan lagi. Sudah banyak siswa yang dihajar oleh kedua orang di hadapannya ini karena meremehkan mereka, jadi Naruto tidak akan mau berurusan dengan kedua orang ini jika tidak perlu. Bukannya Naruto takut pada mereka, kemampuan karate yang diajarkan sejak kecil oleh ayahnya yang juga seorang komandan tentara penjaga perbatasan Konoha pun tidak akan kalah dengan mereka berdua. Tapi dia tidak akan mau membuang tenaga untuk berkelahi untuk alasan yang tidak perlu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paint My Love
FanfictionNaruto © Masashi Kishimoto. Naruto,Naruhina, Mrate, ooc, angst, hurt. Hinata adalah pelukis. Tapi seseorang yang penuh dendam tidak hanya mematahkan tangannya, tapi juga menghancurkan hidupnya.