Part 8. Rival

4.7K 284 3
                                        

  " Aku akan membalaskan dendammu! Tidak akan aku biarkan orang yang membuatmu sengsara hidup dengan tenang. Akan kubuat dia menderita bahkan lebih menderita dari kematian! Itu janjiku padamu!" 

**** 

Naruto melihat sekitar ruang klub seni rupa. Di ruangan itu hanya ada 7 orang anggota termasuk dirinya. Selain Sasori, Deidara dan Hinata, ada seorang pemuda bernama Kankuro yang menggambari wajahnya mirip dengan Kiba, yang sedang sibuk memahat patung boneka berbentuk mengerikan, Sai, seorang pemuda berkulit pucat berambut hitam yang mengingatkannya pada Sasuke karena kemiripan wajahnya, yang sedang sibuk melukis, dan si menyebalkan Otsutsuki yang masuk jadi anggota klub seni rupa bahkan sebelum dirinya masuk jadi anggota. Dia terlihat sibuk merangkai bunga tapi matanya terus mencuri pandang kearah Hinata yang tentu saja tidak menyadarinya karena terlalu fokus pada lukisannya. Ugh! Ingin sekali Naruto mencongkel mata biru pemuda berkulit pucat itu lalu memberikannya untuk makanan burung gagak. Sadis? Biar saja, asalkan pemuda pucat itu tidak bisa melihat wajah Hinata lagi, pikir Naruto.

" Kenapa anggota klub senirupa sedikit sekali? Klub sepakbola saja anggotanya hampir 50 orang?" tanya Naruto tiba-tiba. Sasori dan Deidara serta semua anggota klub senirupa langsung menoleh kearah Naruto.

" Mungkin karena menjadi anggota klub seni rupa itu merepotkan." kata Shikamaru yang tiba-tiba masuk ke ruang klub seni rupa tanpa permisi lebih dulu.

" Shikamaru? Mau apa kau ke sini?" tanya Naruto pada sahabatnya itu.

" Rapat OSIS sudah dimulai. Dan mereka semua menunggumu. Aku yang disuruh menjemputmu ke sini." jawab Shikamaru sambil melihat sekelilingnya, melihat anggota klub seni rupa satu persatu dengan tatapan malasnya.

" Benarkah?" Naruto melihat arloji di pergelangan kirinya.

" Apa mereka memajukan waktunya? Tanpa seijinku?" tanya Naruto kesal.

" Dan apa maksudmu dengan menjadi anggota klub senirupa itu merepotkan?" tanya Naruto pada Shikamaru.

" Kau lihat mereka semua? Memahat patung, melukis, merangkai bunga, semua itu memerlukan bahan-bahan yang mungkin tidak mahal tapi juga tidak terlalu murah. Belum lagi kalau harus membawanya kemana-mana. Apa tidak merepotkan namanya?" jawab Shikamaru.

" Iya juga ya? Apa mungkin karena itu tidak ada yang masuk klub seni rupa?" tanya Sai.

" Jadi bukan karena tidak ada yang berbakat seni di KHIS?" tanya Naruto serius.

" Kau bercanda kan Naruto? Siswa KHIS itu anak-anak para bangsawan, pejabat dan orang kaya. Mereka diajarkan seni sejak kecil. Aku yakin kau juga dipaksa les piano atau biola sewaktu kecil meskipun keluargamu adalah keluarga tentara." jawab Shikamaru sambil geleng-geleng kepala. Kadang dia merasa Naruto itu berpikiran terlalu sederhana.

" Kau benar. Jadi seharusnya kan klub seni rupa bisa merekrut anggota lebih dari ini." kata pemuda pirang itu.

Naruto melihat piala dan piagam penghargaan yang disimpan di dalam lemari kaca di belakang meja Sasori. Ada beberapa piala dari kejuaraan lomba melukis yang di menangkan Hinata, piala-piala dan penghargaan milik Sasori dan Deidara dari lomba pahatan, dan bahkan ada piala dengan nama Sai tertulis di bagian identitas pemenangnya. Naruto tidak menyangka bocah kelas satu berwajah mirip Sasuke itu sangat berbakat dalam menggambar.

" Aku rasa klub ini hanya butuh promosi saja. Selama ini kita hanya mementingkan peningkatan kemampuan bakat individual anggota klub tanpa pernah berniat mencari anggota kan? Kita harus merubah pandangan kita itu. Kalau kita kemarin ibaratnya hanya memelihara bibit-bibit seni yang sudah muncul dan terlihat di permukaan, sudah saatnya kita menggali dan mencari untuk menemukan permata yang masih tersembunyi dan perlu diasah. Dengan begitu klub kita ini tidak akan terancam ditutup karena kekurangan anggota." kata Naruto setengah menyindir Sasori dan Deidara.

Paint My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang