"Aku akan membalaskan dendammu! Tidak akan aku biarkan orang yang membuatmu sengsara hidup dengan tenang. Akan kubuat dia menderita bahkan lebih menderita dari kematian! Itu janjiku padamu!"
*******
Deidara merasa sangat gembira saat Naruto datang ke ruang klub seni rupa. Pemuda cantik itu langsung mengurungkan niatnya untuk pulang cepat hanya untuk melihat Naruto kembali melukis. Dia terlalu gembira karena berpikir Naruto sudah mengurungkan niatnya untuk keluar dari klub seni rupa. Namun setelah menunggu dua jam dan Naruto masih terlihat bingung untuk memulai lukisannya, Deidara akhirnya pulang dan berharap juniornya itu segera mendapat ide untuk lukisannya. Entah kenapa Deidara merasa Naruto bisa menjadi pelukis hebat nantinya. Dan dia sangat ingin Naruto terus berlatih untuk mengasah kemampuan melukisnya.
Naruto menginap semalaman di ruang klub senirupa untuk menyelesaikan lukisannya. Awalnya dia tidak langsung bisa melukis. Naruto membutuhkan waktu berjam-jam untuk berpikir apa yang harus dia lukis untuk Hinata? Berbagai macam ide muncul di kepala pirangnya namun karena kemampuan melukisnya yang masih sangat minim dia tidak bisa menuangkan ide-idenya yang terlalu muluk itu ke dalam lukisan. Baru setelah lewat tengah malam dia baru bisa memutuskan gambar apa yang dilukisnya untuk diberikan kepada Hinata.
Naruto merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal-pegal setelah hampir semalaman duduk melukis. Dia melihat hasil karyanya sambil tersenyum puas.
" Aku harap kau bersedia menerima hadiahku ini Hinata." ucap Naruto penuh harap.
Naruto melihat ke arah jendela. Sinar mentari sudah tampak meninggi. Dia melihat arloji di pergelangan tangannya dan kaget saat melihat jarum kecil itu menunjukkan angka melebihi angka 9. Itu artinya sudah lebih dari 24 jam dia tidak tidur. Pantas saja seluruh tubuhnya terasa sangat lelah.
" Sebaiknya aku ke UKS untuk numpang tidur di sana." ucap Naruto. Dia berjalan dengan langkah pelan. Dia benar – benar merasa sangat lelah dan mengantuk. Naruto baru saja akan mengulurkan tangan untuk membuka pintu saat tiba-tiba pintu itu terbuka. Naruto terbelalak kaget melihat sosok Hinata yang berdiri di ambang pintu. Begitu juga Hinata. Gadis itu benar – benar tidak siap bertemu Naruto pada hari pertamanya kembali ke sekolah.
Hinata langsung berbalik dan bermaksud lari tapi Naruto segera menangkap tangannya lalu menariknya hingga Hinata jatuh ke pelukannya. Pemuda itu mendekap tubuh Hinata erat. Naruto tidak mau Hinata, gadis yang sangat dicintainya dan dirindukannya selama ini pergi begitu saja. Naruto tidak akan mau membiarkan gadis yang selama ini hanya bisa dilihatnya dari jauh dan kini sudah ada di depannya itu pergi lagi menjauh darinya. Sementara itu Hinata jadi sangat ketakutan dengan perbuatan Naruto itu.
" Lepaskan Akuu!!" jerit Hinata sambil berusaha melepaskan dirinya.
" Aku mohon jangan pergi lagi dariku Hinata. Aku mohon.." ucap Naruto sambil terus memeluk Hinata.
" Lepaskan!! Lepaskaan Akuu!! " Hinata menjerit semakin keras sambil terus memberontak.
Beberapa siswa yang sedang berada di ruang klub yang lain mulai keluar dan mendatangi arah suara jeritan yang mereka dengar. Mereka mengira ada gadis yang sedang dalam kesulitan, tapi saat melihat Naruto yang sedang memeluk Hinata, mereka berhenti dan hanya menatap pasangan itu. Mereka semua sudah tahu hubungan pasangan yang penuh drama itu.
" Maaf...Aku mohon maafkan aku...Aku mohon..." ucap Naruto sambil menangis.
" Aku tahu perbuatanku sangat jahat, tapi aku benar – benar tulus ingin minta maaf padamu. Aku benar –benar menyesal." kata Naruto sambil terus mendekap Hinata.
Hinata yang menangis tiba-tiba terdiam dan tidak melawan lagi saat dia melihat lukisan di belakang Naruto. Lukisan yang menggambarkan seorang gadis berambut panjang kebiruan dengan mata berwarna ungu lavender yang sedang dihujani bunga oleh seorang pemuda berambut pirang bermata biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paint My Love
FanfictionNaruto © Masashi Kishimoto. Naruto,Naruhina, Mrate, ooc, angst, hurt. Hinata adalah pelukis. Tapi seseorang yang penuh dendam tidak hanya mematahkan tangannya, tapi juga menghancurkan hidupnya.