"Aku akan membalaskan dendammu! Tidak akan aku biarkan orang yang membuatmu sengsara hidup dengan tenang. Akan kubuat dia menderita bahkan lebih menderita dari kematian! Itu janjiku padamu!"
***
Naruto memasuki aula pertemuan yang sudah disulap menjadi ruang pameran untuk meletakkan lukisannya.
" Lukisan yang terakhir selesai akan di pajang di tempat paling belakang dan paling sudut." Kata - kata Deidara terngiang di telinganya. Naruto mendengus kesal saat mengingatnya. Bagaimana dia tidak jadi yang terakhir kalau Deidara selalu menolak lukisan yang selesai dia buat? Lukisan abstraknya dibilang sampah. Lalu lukisan pemandangannya dibilang seperti lukisan anak kindergarten. Tapi saat dia membuat lukisan abstrak dengan warna dominan cat warna merah dengan perasaan kesal, malah diterima oleh seniornya yang berwajah cantik itu.
" Ini benar-benar karya seni yang mengungkapkan perasaan. Penuh kemarahan dan semangat." katanya sambil tersenyum puas memandang lukisan yang dibuat Naruto. Naruto bengong mendengar komentar Deidara itu. Karena menurut Naruto sendiri, lukisannya itu sangat jelek.
Naruto berjalan ke bagian belakang dan bagian paling sudut. Dan ternyata Deidara benar-benar menyediakan satu ruang di dinding dengan satu-satunya paku yang masih kosong dan belum diisi dengan lukisan. Naruto menggantung lukisannya dengan perasaan kesal, tapi tidak bisa protes. Dia memang paling akhir menyelesaikan lukisannya.
Naruto melihat-lihat seluruh ruang pameran. Karya-karya dari anggota klub seni rupa ditata dengan arstistik dan elegan. Lukisan-lukisan Hinata dan Sai dipajang dan ditata apik, lalu patung-patung dan ukiran karya Deidara dan Sasori ditempatkan di rak dan meja yang ditata sedemikian rupa hingga terlihat artistik. Bahkan boneka Kankuro yang menyeramkan pun ikut di pajang. Lalu ada beberapa rangkaian bunga milik Toneri sialan itu juga ikut di pamerkan. Naruto ingin sekali meremas-remas rangkaian bunga itu hingga hancur tapi dia menahan dirinya. Ruangan aula itu terlihat benar-benar mirip dengan galeri seni. Ternyata tidak sia-sia kerja keras yang mereka lakukan selama seminggu ini. Dengan anggota yang hanya 7 orang, minus Hinata, ternyata mereka mampu menyelesaikan semuanya sesuai waktu yang ditentukan. Dan besok pagi adalah waktu pemeran akan di gelar. Naruto terus berjalan berkeliling dan berhenti di depan papan kayu berukuran 2 x 1 meter yang dipajang di tengah ruangan dan masih ditutup dengan kain.
" Ini adalah karya utama yang akan dipamerkan dan akan menjadi sebuah kejutan nantinya. Jadi kita akan membuka penutupnya saat pameran dibuka nanti." jawab Deidara saat Naruto bertanya kapan mereka akan membuka kain penutupnya.
Naruto jadi penasaran dengan papan kayu itu. Sebenarnya ukiran apa yang dibuat oleh Sasori hingga mereka berdua menutupinya. Naruto segera membuka tali yang mengikat kain pembungkus itu lalu menyingkap kain penutup itu. Mata Naruto membeliak kaget melihat apa yang ada dibalik kain penutup itu. Bukan ukiran yang ada di balik kain itu tapi lukisan. Lukisan wajah seseorang pemuda pirang berambut pirang dan bermata biru yang sedang tersenyum.
" Ini.. Ini aku? " tanya Naruto kaget.
" Benar sekali. Benda yang kau bilang bodoh itu ternyata adalah lukisan wajah bodohmu." kata Deidara yang tiba-tiba sudah ada di samping Naruto. Sasori juga kemudian berdiri memandangi lukisan itu.
Naruto mengamati lukisan itu. Wajahnya dilukiskan dengan ekspresi gembira dengan pipi kemerahan terbakar matahari. Rambut pirangnya terlihat berkibar tertiup angin dengan latar pemandangan halaman belakang sekolah di bawah langit yang biru jernih. Tiba-tiba hati Naruto terasa hangat.
" Aku jadi ingat. Ini adalah saat aku main bola saat kelas X dulu." kata Naruto sambil tersenyum bahagia.
" Ya. Dan waktu itu kau belum jadi orang brengsek seperti sekarang!" kata Toneri yang tiba-tiba muncul dengan nada kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paint My Love
FanfictionNaruto © Masashi Kishimoto. Naruto,Naruhina, Mrate, ooc, angst, hurt. Hinata adalah pelukis. Tapi seseorang yang penuh dendam tidak hanya mematahkan tangannya, tapi juga menghancurkan hidupnya.