Part 17. Conscious

5K 290 4
                                    

"Aku akan membalaskan dendammu! Tidak akan aku biarkan orang yang membuatmu sengsara hidup dengan tenang. Akan kubuat dia menderita bahkan lebih menderita dari kematian! Itu janjiku padamu!"

****************

" Seandainya saja aku punya kemampuan melukis sepertimu Hinata. Aku akan melukiskan rasa penyesalanku padamu dalam lukisanku. Mungkin dengan begitu aku akan bisa menyentuh kesadaranmu. Tidak. Aku ingin menyentuh hatimu Hinata. Aku ingin bisa menyentuh hatimu agar bisa mengobatinya dari semua luka yang aku aku berikan padamu selama ini." ucap Naruto. Hatinya penuh dengan penyesalan karena telah menyakiti Hinata, gadis yang telah begitu tulus mencintai dirinya.

Tiba-tiba Naruto menemukan sebuah ide. Naruto segera bangkit dari duduknya. Pemuda itu berlari cepat menuju tempat parkir. Dia bahkan menabrak beberapa orang dan mendapat teriakan marah orang yang ditabraknya tapi dia tidak peduli dan terus berlari. Setelah itu Naruto lalu memacu motornya keluar dari rumah sakit menuju ke sekolah. Hari sudah menjelang malam saat Naruto tiba di gerbang sekolah. Satpam sekolah yang sudah tua yang sedang berdiri di depan gerbang tersenyum melihatnya.

" Masih ada kerjaan di ruang OSIS, Naruto?" tanya satpam bernama Keisuke itu. Mereka berdua memang lumayan akrab, sebab Naruto sering sekali menjadi siswa terakhir yang pulang dari sekolah dan Keisuke harus membuka kembali gerbang yang sudah dia kunci untuk Naruto.

" Tidak Kek. Aku mau ke ruang klub seni rupa. Apakah Deidara atau anggota klub yang lain masih ada yang berada di sana?" tanya Naruto.

" Tidak ada orang di sana. Tadi hanya ada orang dari toko alat tulis yang memasukkan bahan-bahan dan peralatan pesanan ke sana. Tapi aku sudah menguncinya lagi." jawab Keisuke.

" Kalau begitu aku boleh pinjam kunci ruang klub kan? Aku mau lembur malam ini." kata Naruto. Keisuke tersenyum lalu memberikan sebuah kunci pada Naruto.

" Ini pasti ada urusannya dengan seorang gadis." kata Keisuke sambil tersenyum.

" Bagaimana Kakek Keisuke bisa tahu?" tanya Naruto heran.

" Seorang pemuda tidak akan mau repot-repot datang ke sekolah malam - malam kalau bukan untuk seorang gadis. Kau pasti sangat menyukainya." kata Keisuke.

" Benarkah?" Naruto tersenyum malu. Keisuke menggelengkan kepalanya heran.

" Kau sangat menyukainya rupanya. Lihatlah wajahmu itu. Kau benar - benar sedang jatuh cinta rupanya." kata Keisuke sambil tertawa. Naruto makin salah tingkah mendengar ucapan kakek tua itu.

" Sudahlah Kek. Aku Masuk dulu." kata Naruto lalu menjalankan motornya mamasuki halaman sekolah yang sepi.

Naruto segera berjalan cepat memasuki gedung lalu menaiki tangga dan masuk ke ruang seni rupa. Dia melihat tumpukan kanvas baru , kuas, peralatan memahat yang masih mengkilat dan berkotak-kotak cat minyak serta beberapa balok kayu dan bunga-bunga kering di meja. Naruto lalu mengambil sebuah kanvas dan sekotak cat minyak dan kuas.

"Semoga kau bisa merasakan perasaan yang aku rasakan padamu, Hinata." ucap Naruto lalu mulai menyapukan kuasnya.

" Meskipun nantinya kau membenciku dan tidak memaafkanku aku rela. Asal kau bisa kembali bisa melukis dan tersenyum seperti dulu." ucapnya lirih.

****

Hanabi mendorong kursi roda yang membawa Hinata memasuki gerbang KHIS. Sebenarnya hari Sabtu adalah hari libur, tetapi suasana di sekolah itu benar - benar ramai karena acara pameran dan lelang yang diadakan klub seni rupa.

" Apakah kita terlambat Kak? Maaf ya Kak. Habisnya persiapan utnuk membawa Kakak ke sini itu memang harus rumit seperti itu. Aku tidak mau Kakak kenapa-napa saat kita disini." kata Hanabi pada Hinata sambil terus mendorong kursi roda kakaknya itu. Hanabi baru saja akan membelokkan kursi roda Hinata ke arah gedung timur saat seorang satpam lelaki yang sudah tua menghadangnya.

Paint My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang