"Aku akan membalaskan dendammu! Tidak akan aku biarkan orang yang membuatmu sengsara hidup dengan tenang. Akan kubuat dia menderita bahkan lebih menderita dari kematian! Itu janjiku padamu!"
****
Hanabi menyingkirkan kain penutup yang menutupi lukisan yang diletakkan di pojokan ruang klub seni rupa. Dia melihat lukisan-lukisan itu dengan perasaan heran.
" Apakah benar Naruto yang melukis semua ini?" tanya Hanabi.
" Kalau lukisan di papan kayu itu kakakmu yang melukisnya. Tapi yang lainnya adalah lukisan Naruto. Dia melukisnya dalam waktu semalam. Bahkan saat dipamerkan waktu itu, lukisannya masih basah. Aku rasa dia benar – benar ingin menunjukkan bahwa dia benar – benar bisa melukis pada kakakmu." Toneri beranjak dari kursinya sambil membawa rangkaian bunga yang baru saja dibuatnya lalu menaruhnya di rak.
Hanabi melihat lukisan wajah - wajah Hinata yang dibuat Naruto. Gadis itu lalu mengamati lukisan – lukisan itu satu persatu. Meskipun bentuk wajah yang dibuat itu tidak begitu bagus, tapi goresan warna lukisan itu mampu memberitahu semua orang bahwa wajah dalam lukisan itu adalah wajah Hinata karena bentuk dan warna mata yang digambar itu benar – benar mirip dengan mata kakaknya. Mungkin Naruto paling ingat dengan bentuk dan warna mata Kakaknya itu.
" Apakah benar Naruto yang melukis semua ini? Sejak kapan dia jadi bisa melukis? " tanya Hanabi masih tidak percaya bahwa Naruto bisa melukis gambar seperti itu.
" Oya Kak Toneri. Lukisan - lukisan ini tidak laku di pelelangan ya?" Hanabi kembali melihat lukisan – lukisan yang kini dia jajarkan itu satu persatu.
" Sebenarnya banyak yang ingin membeli lukisan itu tapi Deidara melarangnya. Dia bilang lukisan itu bersifat sangat pribadi dan dia tidak tega menjualnya. Padahal banyak yang menawar dengan harga yang tinggi. Adegan dramatis antara kakakmu dan Naruto itu ternyata jadi promosi yang begitu mengena bagi para pengunjung pameran. Mereka ingin memiliki bukti cerita cinta yang barusan mereka lihat secara live itu. Tapi Deidara tetap kukuh pada pendiriannya. Dia bilang lukisan itu dibuat Naruto hanya untuk Hinata jadi Deidara ingin semua lukisan Naruto diberikan pada Hinata." kata Toneri. Hanabi tersenyum gembira.
" Kalau begitu, boleh aku membawa semua lukisan ini pulang ke rumah?" tanya Hanabi.
****
Naruto menatap langit sore dari jendela ruangan OSIS. Pikirannya menerawang membayangkan wajah Hinata yang terakhir kali dia lihat seminggu yang lalu di taman rumah sakit. Wajah gadis yang dicintainya itu terlihat begitu sedih. Meskipun sudah seminggu, tapi Naruto ingat benar ekspresi kesedihan yang tergambar di wajah cantik Hinata. Naruto yakin kesedihan Hinata itu disebabkan oleh perbuatannya dulu dan itu membuatnya merasa sangat bersalah.
" Sampai kapan kau akan terus begini Naruto? Aku sudah bosan dengan wajah surammu itu. Kalau kau merindukannya cepat temui dia. Jangan hanya jadi pengecut yang hanya bisa meratapi nasib seperti ini." kata Shikamaru yang tiba-tiba masuk ke ruangan Naruto.
" Tapi aku takut dia histeris lagi saat melihatku.." kata Naruto sedih.
" Kalau begitu kirimi dia hadiah, biar dia tahu perasaanmu padanya. Kalau kau diam saja, selamanya dia tidak akan tahu kalau kau benar-benar mencintainya. Oya. Kirimi dia bunga. Semua perempuan kan menyukai bunga." saran Shikamaru.
" Hinata alergi serbuk bunga." kata Naruto makin sedih.
" Kalau begitu beri dia coklat atau apapun benda kesukaannya." kata Shikamaru.
" Aku bahkan tidak tahu apa makanan yang Hinata sukai, warna favoritnya atau apapun yang disukainya." jawab Naruto makin sedih lagi.
" Dan kau bilang kau mencintai gadis itu?! Ya Tuhaan! Lelaki macam apa kau ini?! Kalau begitu berikan apapun yang kau mau yang bisa mengungkapkan perasaanmu, lalu selesaikan masalahmu agar kau bisa cepat kembali mengerjakan tugasmu sebagai ketua OSIS! Sudah dua minggu ini kau telah banyak mengabaikan tugasmu, Naruto!! Dasar merepotkan!! " Naruto langsung berdiri mendengar saran Si Rambut Nanas, sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Paint My Love
FanfictionNaruto © Masashi Kishimoto. Naruto,Naruhina, Mrate, ooc, angst, hurt. Hinata adalah pelukis. Tapi seseorang yang penuh dendam tidak hanya mematahkan tangannya, tapi juga menghancurkan hidupnya.